Sabtu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 25 Mei 2013 10:21 wib
11.362 views
Indahnya Ketika Datang Kesadaran
Jakarta (voa-islam.com) Ketika melihat pentas Partai Islam saat ini, publik disuguhi sesuatu yang memalukan, menyedihkan, sekaligus kemarahan, dan yang terpenting menyimpan satu tanda tanya besar.
Mengapa ini bisa terjadi? Seseorang yang terlihat memiliki nama yang mengandung nama yang baik (AF) dan (LHI) yang pastinya nama yang mengandung harapan dan do'a dari orang tuanya.
Bagaimana bisa seseorang dengan latar belakang yang sangat religius, dan dalam waktu yang panjang belajar Islam di Madinah-Saudi Arabia, kemudian bisa berada dalam pusaran harta, tahta dan wanita yang dahsyat? Sungguh membuat kita tersayat-sayat.
Kalau kita flash back dalam kisah Nabi Yusuf Alaihisallam, kita mendapat ibroh/pelajaran, bahwa sebagai nabi, sebagai orang yang berada dalam lingkaran kekuasaan, dan Nabi Yusuf Alaihissalam dapat mengelola seluruh sumber atau potensi alam dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan rakyat.
Kepandaian mengelola sumber daya alam Nabi Yusuf Alaihissalam dengan mimpinya tentang "tujuh tangkai gandum yang hijau ditambah tujuh tahun musim kemarau. Ditangannya dengan membawa risalah kenabian Nabi Yusuf Alaihissalam berhasil mengelola sumber daya alam.
Sehingga dalam musim peceklik yang panjang ketika itu, masyarakat tetap merasakan kesejahteraan, karena lumbung negara selalu siap sedia menyejahterakan.
Itulah fenomenal Nabi Yusuf Alaihissalam ketika diberikan amanah beruapa, "Tahta".
Tidak terbersit menaikkan harga gandum, atau menimbunnya untuk kepentingtan pribadi. Sehingga benar-benar digunakan untuk menyejahterakan masyarakat bukan untuk memperkaya diri pribadi dengan meminta komisi perdagangan.
Dibawah naungan risalah Ilahiah, menegakkan dinullah Nabi Yusuf berhasil menjadi seorang yang berada dalam lingkaran kekuasaan, namun tetap melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya.
Bukankah kisah ini yang menginspirasi dan menguatkan tekad orang-orang yang berada dalam Partai Islam untuk masuk menjadi bagian dari pengelola kekuasaan (ekskutif)?
Sekarang menjadi sebuah tanda tanya besar tentang banyaknya wanita yang terlibat di dalam pentas Partai Islam? Padahal, sebagai komunitas yang akrab dengan al-Qur'an yang selalu dibaca siang dan malam, di mana saja pasti mereka tidak asing dengan ayat ini yang terdapat dalam al-Qu'an surat Yusuf ayat 24.
"Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu. Andaikan dia tidak melihat tanda dari Rabbnya. "law laa an ro'aa burhaana robbihi. Demikian agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian "kadzalika linashrita 'anhussuu'a wal fathsyaa'. Sungguh Yusuf itu termasuk hamba-hamba yang terpilih".
Sangat indah membayangkan perilaku Nabi Yusuf Alaihissalam yang sangat terjaga kehormatannya. Bahkan sejak godaan pertama. Menghadapi wanita sangat cantik dengan kedekatan dan waktu yang tidak sebentar.
Kenapa ketika mereka berada disekitar wanita-wanita cantik, mereka tidak melihat tanda-tanda (dari) Rabbnya? Mengapa pula Allah Rabbul Alamin tidak mengirimkan tanda-tanda-Nya? Atau tanda-tanda dari Allah sudah sangat jelas, tetapi mata mereka tertipu dengan kecantikan yang mempesona, yang sesungguhnya semua kecantikan, kemolekan, semua akan sirna kembali ke asal yiatu ke dalam tanah.
Sehingga yang terjadi adalah bukannya dipalingkan dari kemungkaran dan kekejian. Tetapi justru mereka menjerumuskan diri mereka ke jurang kenistaan yang tak bertepi.
Sejatinya, mereka terpilih oleh dukungan suara kader-kadernya, dan kemudian menjadi bagian dari kekuasaan. Tetapi sejatinya mereka bukanlah hamba-hamba Allah yang terpilih. Mereka terpilih karena ketaatan kader-kader dan ketsiqohan (kepercayaan) yang disalah gunakan para pemimpin mereka.
Seperti diungkapkan oleh Wakil Ketua KPK, Busyro Muqaddas, bahwa ada yang salah dalam sistem kaderisasi PKS, yaitu sebuah doktrin yang membuat kader memiliki sikap taat yang tidak disertai dengan sikap kritis.
Sehingga ketika terjadi pelanggaran atau penyimpangan para pemimpinnya para kader mulai sejak dari yang diatas sampai yang paling bawah menghujat KPK, karena tidak bisa melihat esensi masalah. "Memang partai ini, bukan partai malaikat", ungkap para elite partai, yang dijadikan exuse (pembenaran).
Wahai kader-kader Partai Islam, lihatlah, renungkanlah, betapa indahnya kesadaran yang dimiliki oleh Nabi Yusuf Alaihissalam.
Kesadaran yang datang pada saat yang sangat tepat. Bukan kesadaran yagn datang sangat terlambat. Sebagaimana kesadaran yang dimiliki oleh Fir'aun. Tersadar ketika sudah nyawa diujung maut, saat sudah tenggelam di luat.
Kesadaran bahwa harta, tahta dan wanita adalah bagian amanah Allah Rabbul Alamin yang harus diamalkan dengan nilai-nilai yang benar yang berasal dari Yang Maha Kuasa, Allah Rabbul Alamin. Baik ketika diuji dengan kekuasaan, harta, maupun wanita. Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!