Selasa, 4 Jumadil Awwal 1446 H / 23 April 2013 05:29 wib
9.272 views
Perdana Menteri Turki Erdogan Tetap Berkunjung ke Gaza
Ankara (voa-islam.com) Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan tetap berkunjung ke Gaza, dan mengabaikan tekanan Washington, agar pemimpin Turki membatalkan kunjungan ke Gaza, yang sampai sekarang diblokade oleh Zionis-Israel, ungkap sumber di lingkungan Perdana Menteri, Senin (22/4/2013).
Sebelumnya, Menlu Amerika Serikat, John Kerry, mengatakan di Istambul saat berlansung para Menlu dari negara-negara pendukung oposisi Suriah, "Sebaiknya Erdogan membatalkan kunjungan ke Gaza", tegas Kerry.
Dalam kunjungannya yang ketiga ke Turki dalam dua bulan terakhir, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mendesak Erdogan membatalkan kunjungannya. Kerry juga menyatakan perlunya membatalkan rencana kunjungannya ke Gaza pada awal April ini. Kerry menyatakan kunjungannya itu akan membahayakan proses perdamaian Timur Tengah yang sedang berlangsung antara Israel dan Palestina.
Para pengamat mengatakan bahwa Erdogan akan memberikan keputusan akhir tentang waktu kunjungan setelah pertemuannya dengan Presiden AS Barack Obama di Washington pada 16 Mei mendatang.
Erdogan, bertahun-tahun membahas keinginannya mengunjungi wilayah Gaza, dan Erdogan mengatakan pekan lalu ia akan pergi ke wilayah itu sesudah kunjungannya resmi ke Amerika Serikat bulan depan. Dalam sambutannya Erdogan menegaskan bahwa ia menunda kunjungannya ke Gaza sampai 16 Mei, tetapi itu tidak dibatalkan.
Pengumuman Erdogan baru-baru ini tentang kunjungannya ke Gaza terjadi tak lama setelah permintaan maaf Israel ke Turki pada akhir Maret atas serangan Israel terhadap kapal Mavi Marmara yang membawa bantuan ke Gaza,dan menewaskan delapan warga Turki dan satu Turki Amerika, pada 31 Mei 2010.
Erdogan berencana mengunjungi wilayah Palestina, termasuk Gaza, untuk melihat langsung kondisi Gaza akibat blokade Israel sejak tahun 2006. Pencabutan blokade Israel di Jalur Gaza adalah salah satu yang diinginkan Turki untuk normalisasi hubungan dengan Israel.
Perhatian Amerika Serikat tentang kunjungan Erdogan adalah tidak hanya terkait dengan kemungkinan efek negatif terhadap hubungan antara Turki dan Israel.
Amerika Serikat juga tidak ingin Hamas yang berkuasa di Gaza mendapatkan pengakuan internasional dengan kunjungan itu yang akan membawanya ke dalam proses perdamaian dengan mengorbankan Presiden Mahmoud Abbas. Fatah dan Israel telah melakukan negosiasi untuk proses perdamaian sejak tahun 1991.
"Dengan kunjungan seperti itu, dan pengakuan internasional terhadap Hamas akan meningkat, di mana sebelumnya Hamas menyatakan menolak pengakuan hak hidup Israel. Amerika Serikat dan Israel tidak ingin keseimbangan politik yang akan memberikan keunggulan Hamas dalam perundingan damai", ungkap Prof. Dr. Mehmet Şahin, penasihat Erdogan untuk Timur Tengah Erdogan yang berbasis Studi Strategis Tumur Tengah (ORSAM) dari Gazi University.
Sementara itu, analis percaya kunjungan Erdogan ke Gaza adalah pesan ke seluruh Timur Tengah bahwa normalisasi hubungan dengan Israel tidak akan berakhir dengan pemulihan aliansi Turki-Israel di wilayah itu, ujar analis.
"Turki telah menyatakan bahwa permintaan maaf Israel terhadap penyerbuan Mavi Marmara tidak berarti bahwa hubungan akan meningkat ke tingkat aliansi. Ini adalah pesan penting bagi negara-negara Timur Tengah, yang merasa tidak nyaman dengan pemulihan hubungan Turki-Israel, "kata Prof Dr Mehmet Akif Okur, seorang pakar Timur Tengah dari Ankara Institut Strategi yang mengajar di Ankara Gazi University.
Sementara itu, anggota senior dari Partai oposisi utama Rakyat Republik (CHP) berkomentar bahwa pernyataan menteri luar negeri AS menentang kebiasaan diplomatik. "Kami (Turki) sampai ke titik di mana ketika mereka mengatakan perdana menteri harus dan tidak harus pergi. Kami (CHP) menemukan ini sangat menjengkelkan, "kata Faruk Logoglu wakil ketua CHP dalam menanggapi pernyataan Kerry.
"Ini merupakan yang kedua setelah krisis Zionisme," kata Inal Batu, seorang diplomat pensiunan dan mantan wakil ketua CHP, mengingat pernyataan Erdogan pada Zionisme pada pertengahan Maret, yang menerima rentetan kritik dari Gedung Putih. "Mengungkap perselisihan di depan publik dunia dapat menyebabkan krisis. Dalam hal ini, baik Erdogan, bersikap tepat, "kata Batu.
Turki berdiri pada posisi yang benar dalam membela hak-hak rakyat Palestina yang sekarang dijajah oleh Zionis-Israel. Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!