Krisis Global dan Ancaman Indonesia Menjadi Negara Gagal

Jakarta (voa-islam.com) Para pemimpin 20 negara di dunia berkumpul di Los Cabos, Meksiko. Konon, para peserta yang hadir berada di tempat yang paling indah di muka bumi. Pemandangannya tak ada lagi duanya. Tidak ada yang menyamai. Tetapi,  pertemuan puncak G20 ini, tak menghasilkan apa-apa, yang berguna bagi menjawab tantangan krisis, yang sekarang ini dihadapi masyarakat dunia.

Sejak 2008, negara-negara industri Barat dihempaskan oleh krisis ekonomi. Menghadapi resesi global. Sepertinya krisis ekonomi yang akut itu, tak banyak memberikan harapan bagi umat manusia.

Amerika Serikat belum lagi dapat keluar dari krisis ekonomi, di susul oleh negara-negara zone euro. Hampir seluruh daratan Uni Eropa berada diambang bencana. Tidak ada solusi yang dapat mereka dapatkan menghadapi situasi krisis itu. Semua bermula dari gaya  hidup yang boros dan utang. Barat, rakyat dan negaranya terus menumpuk utang. Sekarang meledak. Mereka tak sanggup lagi menghadapi krisis itu.

Amerika Serikat tertimbun utang yang jumlahnya mencapai $ 14,7 triliun dollar, yang melebihi 100 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto). Amerika Serikat mengalami defisit anggaran, yang jumlahnya mencapai $ 1,8 triliun. Amerika Serikat mengalami defisit perdagangan luar negeri. Inilah yang  menyebabkan Amerika Serikat sekarang seperti : "Negeri Republik Pisang". (Banana State Republic)

Maka dalam satu dekade ke depan Amerika Serikat akan fokus kepada masalah ekonomi dalam negeri. Anggaran pertahanannya dipangkas habis. Pasukannya diluar negeri dipulangkan. Di Irak, Afghanistan, Jepang, Korea, dan Eropa, segera akan ditarik, mengurangi anggaran pertahanan, menjadi prioritas dari Menteri Pertahanan Leon Panetta. Tidak ada lagi petualangan militer yang akan dilakukan Amerika Serikat. Karena, ekonominya sudah "stagnan", pertumbuhannya, sampai hari ini tetap minus.

Amerika Serikat belum bisa keluar dari krisis, sudah disusul oleh Uni Eropa. Di mulai dari Yunani. Terus menyebar ke seluruh daratan Eropa. Krisis ini mengancam mata uang euro. Semua krisis di daratan Eropa itu, bermula dari krisis utang. Yunani memiliki utang yang sudah lebih 150 persen dari PDB. Spanyol memiliki utang yang lebih 170 persen dari PDB. Merembet ke Itali yang memiliki utang hampir mencapai 200 persen dari PDB. Sekarang Perancis digerus utang yang lebih 150 persen dari PDB. Irlandia menghadapi situasi yang sama utangnya melebihi dari 170 persen PDB.

Para pemimpin G20 menyetujui dana talangan sebesar $ 456 miliar dollar, yang akan digunakan membantu negara-negara yang terkena krisis. Tetapi, dengan dana talangan yang akan digunakan menyelamatkan negara-negara yang terkena krisis itu, kiranya akan dapat menyelamatkan mereka keluar dari krisis?

Para pemimpin G20 tak ada kata sepakat mengenai cara mengatasi krisis. Tidak semua negara anggota G20 maupun negara G8 yang bisa bersepakat mengatasi krisis, dan bersedia memberikan gelontoran dana talangan (bailout), khususnya bagi negara-negara yang sekarang sudah terhempas dalam krisis. Pertemuan di Los Cabos, Meksiko, ini tak mencapai kata sepakat diantara para pemimpin G20, mengenai cara-cara yang harus dilakukan menghadapi krisis ekonomi global.

Apalagi, sesudah Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dari Partai Konservatif, yang menjadi pilar utama bagi kebijakan penghematan anggaran dikalahkan oleh Hollande, yang beraliran Sosialis, nampaknya semua skenario mengatasi krisis utang bagi negara di zona euro menjadi berantakan.

Tak ada kata sepakat. Termasuk Jerman, secara diam-diam,  lebih ingin menyelamatkan negaranya. Angela Merkel mendapatkan tekanan hebat dari rakyatnya, yang menolak dana talangan bagi negara-negara yang sekarang bangkrut terlilit utang.

Tentu,  paling mengkawatirkan krisis yang sebentar lagi akan menghempaskan Jepang. Jepang akan menghadapi krisis yang paling hebat, sejak Perang Dunia II. Melebihi krisis yang dihadapi Uni Eropa. Ekonomi Jepang akan menghadapi krisis, akibat utang yang sekarang ini mereka pikul. Utang Jepang sudah melebihi 200 persen dari PDB. Ini hanya akan menunggu waktu. Tidak terlalu lama krisis akan meledak di Jepang. Ini akan berdampak secara regional, akibat krisis yang terjadi di Jepang.

Krisis di Jepang ini, pasti akan sampai ke Indonesia. Karena, Jepang merupakan negara paling  besar investasinya di Indonesia. Jika Jepang dihempaskan oleh krisis, maka Indonesia akan ikut menerima dampak krisis yang terjadi di Jepang. Investasi Jepang di Indonesia mencapai $ 345,2 miliar dollar.

Indonesia Terancam Negara Gagal

Indeks Negara Gagal (Failed Stated Index) 2012, di Washington DC, Amerika Serikat, Senin, menempatkan Indonesia di urutan ke 63 dari 178 negara. Indonesia masuk dalam kategori negara bahaya (in danger). Semakin tinggi peringkat sebuah negara, menandakan semakin buruk kondisi sebuah negara, dan semakin mendekati kategori negara gagal (Failed States).

Laporan Indeks Negara Gagal (Failed Stated Index) 2012, yang terbit di Washington itu,dan menempatkan  Indonesia naik ke peringkat nomor 63, sebagai negara gagal. Ini  gambaran yang sangat mengkawatirkan bagi masa depan Indonesia. Jika Indonesia terjerumus menjadi negara gagal, sangat berdampak bagi kehidupan rakyatnya.Sekarang pun, sudah mulai terlihat dengan merambatnya terus jumlah angka pengangguran di Indonesia. Ekonomi Indonesia juga mulai melambat, dampak krisis global sudah mulai berimbas terhadap ekonomi Indonesia.

Menurut Daron Acemoglu, profesor dari MIT (Massachusetts Institute of Technology) dan James Robinson, profesor ilmu politik dari Harvard, yang menulis artikel di Majalah Foriegn Policy, mengatakan, bahwa kegagalan sebuah negara tidak datang tiba-tiba dalam satu malam. Tetapi, bibit-bibit kegagalan itu sudah jauh tertanam di berbagai institusi politik kenegaraan, terkait bagaimana sebuah dijalankan.

Indonesia sudah dihancurkan oleh korupsi secara sistemik, semua lapisan, dan struktural terlibat dalam jaringan korupsi, yang sangat destruktif. Korupsi di Indonesia merupakan korupsi negara (State corruption). Maka, kehadiran Presiden SBY, di sebuah Resort paling indah di Meksiko itu, tak akan membawa pengaruh apa-apa atas krisis yang sekarang sedang dihadapi negara-negara secara global, termasuk terhadap Indonesia.

Memang, semua pemimpin dunia yang mengharapkan kemakmuran, tanpa batas, akhirnya mereka dibatasi oleh keadaan yang mereka hadapi. Keserakahan, ketamakan, dan hidup boros dengan utang, membuat mereka gulung tikar, dan bangkrut.

Semua pemimpin dunia berobsesi dan menginginkan kemakmuran dan kesejahteraan, karena mereka memang sudah kerasukan nilai materialisme. Tidak ada lagi yang berpikir nilai-nila agama bagi kehidupan. Mereka hanya mengejar materi dan kenikmatan. Sekarang mereka menghadapi kenyataan pahit. Sekalipun dalam ukuran materi, sebenarnya mereka sudah kecukupan, tetapi mereka tidak pernah puas dengan materi itu.

Al-Qur'an sangat tepat menggambarkan karakter dan orientasi hidup orang-orang kafir musyrik, yaitu "Yatamatta'un wa yakkuluun" (mereka hanya mengejar kenikmatan dan makan), bahkan orang kafir musyrik, diibaratkan seperti binatang ternak, dan lebih jelek dibandingkan binatang ternak.

Mereka tak pernah mensyukuri atas segala pemberian dan karunia dari Allah Azza Wa Jalla. Mereka selalu mengkufuri atas segala kenikmatan dan pemberian dari Rabbul Alamin.

Mereka tidak mau beriman.Mereka hanya menjadikan materi dan kenikmatan dunia sebagai ilah dan  sesembahan bagi mereka. Saatnya nanti mereka akan menerima azab dari Rabbnya sebagai balasan atas kekufuran mereka. Wallahu'alam.mi

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Opini Redaksi lainnya:

• Hadiah Sepotong Kondom Ibu Menteri?
• Militer Mesir Menciptakan Skenario Aljazair?
• Militer Penjaga Kepentingan Barat di Dunia Islam
• Adakah Surga Masih Di Telapak Kaki Ibu?
• Partai Demokrat Berada Diujung Senja?
• Menghancurkan Umat Muslim Dengan Tuduhan Tidak Toleran
• Apakah Umat Islam Harus Menyerah kepada Komisi HAM PBB?
• Siapa Lagi Bisa Menyelamatkan Republik Ini?