Jum'at, 18 Jumadil Awwal 1446 H / 24 Juni 2011 10:12 wib
2.261 views
Al Qoidah Yaman Rilis Biografi Saleh Fahd Sulaiman al Jutayli
Al Qoidah di Semenanjung Arab atau yang biasa disingkat AQAP baru saja merilis sebuah biografi seorang mantan tahanan Guantanmo bernama Saleh Fahd Sulaiman al Jutayli, ia meninggal pada tahun 2009. Biografi tersebut kemudian diterjemahkan oleh SITE Inteligence Group, kelompok pemantau kegiatan jihadis di internet. Penulis buku biografi tersebut juga seorang mantan tahanan Guantanamo, Ibrahim Rubaish.
Ibrahim Rubaish saat ini sebagai "Mufti" AQAP, atau ideolog kelompok tersebut, ia bertanggung jawab untuk membuat argumen-argumen teologis dan propaganda yang digunakan untuk dasar hukum operasi-operasi mereka.
Biografi tersebut diberi judul "Martir dari Semenjung" yang terdapat dalam majalah AQAP edisi ke enam.
Kematian al Jutayli pertama kali dilaporkan pada bulan September 2009, koran Arab Saudi yang berbasis di London Al Hayat mengklaim bahwa ia tewas dalam baku tembak antara Angkatan Darat Yaman dan pemberontah Syiah Houthi. Tidak dijelaskan mengapa al Jutayli berada di tengah-tengah pertempuran tersebut. Beberapa menyebut al Jutayli bertempur bersama barisan suku Syiah Houthi.
Keterangan tersebut langsung dibantah Ibrahim Rubaish, ia membantah jika al Jutayli berjuang untuk Syiah Houthi. Rubaish mengatakan bahwa Jutayli tidak terbunuh dalam pertempuran "dibawah bendera sekte yang dikutuk semua umat Muslim" yaitu sekte Syiah.
Rubaish menyebutkan, al Jutayli saat itu sedang "melatih beberapa saudaranya dengan bom, namun tiba-tiba salah satu bom meledak dan mengenai Jutayli yang berada paling dekat." Jutayli langsung meninggal saat itu juga.
Dalam biografi tersebut, Rubaish menuliskan beberapa ulama yang menjadi guru bagi al Jutayli. Salah satunya adalah ulama Sheikh Abu Muhammad al Maqdisi, yang tulisan-tulisannya dibaca al Jutayli. Al Maqdisi juga dikenal sebagai mentor dari pemimpin Al Qoidah di Irak yang telah meninggal sebelumnya, Abu Musab al Zarqawi. Maqdisi dan Zarqawi mempunyai pendapat bahwa tidak boleh secara sembarangan membunuhi orang-orang Syiah di Irak. Maqdisi menjadi salah satu ulama yang paling banyak dikutip di kalangan jihadis.
Ibrahim Rubaish dan Al Jutayli, keduanya dianggap ancaman "menengah" bagi keamanan Amerika ketika keduanya masih di Guantanamo, berdasarkan dokumen dari Joint Task Force Guantanamo (JTF-GTMO) yang bocor ke publik.
Jutayli dipulangkan dari Guantanamo ke Arab Saudi pada Mei 2006 dan terdaftar dalam program rehabilitasi (deradikalisasi) jihad oleh pemerintah Saudi. Satu tahun sebelumnya, pada 1 April 2005, JTF-GTMO merekomendasikan Jutayli untuk ditransfer ke negara lain untuk melanjutkan penahanan.
Akhirnya, Jutayli dilepaskan dari program rehabilitasi Saudi, ia langsung melarikan diri ke Yaman dan bergabung dengan AQAP. Program rehabilitasi dan deradikalisasi tidak berhasil untuk beberapa jihadis tertentu.
Menurut dokumen JTF-GTMO yang bocor pada April 2005, menyimpulkan bahwa Jutayli adalah "anggota tingkat rendah" Al Qoidah yang pergi ke Afghanistan untuk menerima pelatihan jihad. Jutayli kemudian tinggal di camp yang dikelola Al Qoidah, kamp tersebut berbuhungan dengan Usamah bin Ladin pada saat itu.
Dalam interogasinya di penjara Guantanamo, Jutayli mengatakan ia diberi pelatihan di kamp al Farouq Al Qoidah.
Setelah Taliban jatuh pada akhir 2001, Jutayli melarikan diri ke Pegunungan Tora Bora, tetapi kemudian ia tertangkap di Pakistan.
Dalam biografi yang ditulis Ibrahim Rubaish, Al Jutayli diceritakan memberontak kepada penjaga Guantanamo untuk membela tahanan lain. Ia pun dihukum dengan digunduli dan jenggotnya dipangkas. File dari JTF-GTMO sendiri juga menyebut Jutayli tidak taat selama masa penahanannya dan memiliki sejumlah catatan tidak disiplin di penjara.
Sebenarnya, baik Ibrahim Rubaish dan Saleh Fahd Sulaiman al Jutayli pernah ikut program rehabilitasi jihad di Arab Saudi setelah bertahun-tahun ditahan di Guantanamo. Namun, ternyata pemahaman jihad itu tidak bisa luntur bagi beberapa orang, contohnya kedua orang tersebut, lepas dari Guantamo dan program rehabilitasi Arab Saudi, keduanya bergabung lagi dengan kelompok Al Qoidah yang saat ini mempunyai cabang di Yaman, dekat dengan Saudi. [muslimdaily.net/lwj]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!