Jum'at, 25 Sya'ban 1446 H / 29 April 2011 09:52 wib
4.059 views
'Royal Wedding' di Mata Seorang Muslim Inggris

Saya sangat terkejut ketika mendengar beberapa orang hendak melancarkan protes terhadap pernikahan yang akan dihelat kerajaan. Ya, saya tahu pernikahan tersebut memang pernikahan non-muslim, tetapi menurut saya, tetap saja seorang non-muslim berkewajiban merayakannya di negeri ini. Mengapa mereka harus merayakan? Setahu saya, di dalam syariat tidak ada dalil apapun yang menyatakan bahwa non-Muslim tidak diperbolehkan menikah. Mereka diperbolehkan menikah, memiliki anak dan hak tersebut telah diberikan oleh Allah kepada semua manusia, terlepas dari agama atau budaya mereka, dan semua itu harus dirayakan.
Allah menyatakan dalam Al Qur'an:
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?" (Q.S An-Nahl : 72)
Menurut Ibnu Abbas, 'Ikrimah, Al Hasan, Al Dhahak, dan Ibn Zayd, dalam ayat ini Allah menyebutkan barakah yang Dia berikan kepada hamba-Nya dengan memberi mereka pasangan dari kalangan mereka, pasangan dari jenis mereka sendiri, karena jika Dia memberikan mereka pasangan dari jenis lain, tidak mungkin akan ada harmoni, cinta dan belas kasihan di antara mereka. Disamping sebagai rahmat-Nya, Dia juga menciptakan anak-anak Adam, baik laki-laki atau perempuan, termasuk juga telah menyediakan istri atau pasangan untuk laki-laki. Kemudian Allah menyebutkan dari istrilah, Allah ciptakan anak-anak dan cucu-cucu Adam.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Q.S Ar-rum : 21)
Jika Allah menciptakan seluruh laki-laki keturunan Adam, dan menciptakan pasangan wanita dari jenis lain seperti dari jin atau hewan, tidak mungkin mereka ada keharmonisan diantara mereka. Yang terjadi justru adalah manusia merasa jijik jika pasangan mereka berasal dari jenis yang berbeda. Dari rahmat yang sempurna, maka Allah menciptakan pasangan mereka dari jenis mereka sendiri, dan menciptakan cinta dan kebaikan di antara mereka. Bagi seorang pria, ia akan tinggal dengan seorang wanita karena ia mencintainya, atau karena ia merasa belas kasihan terhadap dirinya, apalagi ketika mereka memiliki keturunan, pastilah ada perasaan bertanggung jawab untuk mengurus mereka.
Di dalam Islam, salah satu dari lima tujuan Syariat adalah perlindungan terhadap keturunan (nasl al-Nasal). Pernikahan melindungi keluarga dan melindungi masyarakat dari segala perilaku tak bermoral. Di dalam sejarah kehidupan manusia, semua hukum dan peradaban juga selalu melindungi lembaga besar pernikahan. Imam Tahir Ibn 'Ashur menulis :
“Pembentukan keluarga merupakan pondasi dari peradaban manusia yang mengintegrasikan ketertiban masyarakat. Oleh karena itu, telah menjadi salah satu tujuan dari semua hukum di dunia untuk lebih berhati-hati terhadap segala hal yang menyangkut masalah keluarga dengan meletakkan aturan-aturan khusus untuk mendapatkan fungsi yang baik. Bahkan, pembentukan keluarga adalah salah satu perhatian paling awal bagi manusia beradab dalam proses peletakan dasar-dasar peradaban, ke arah mana mereka dipandu oleh inspirasi Ilahi. Tujuannya adalah untuk melindungi keturunan (ansab) dari keraguan terhadap identitas keturunan mereka (intisab), yaitu, bahwa manusia menegaskan atribut-atribut khusus terhadap anak-anaknya demi kebutuhan dirinya sendiri.
Dari penjelasan saya, saya tidak bermaksud menyarankan umat Islam, sebagai warga negara Inggris untuk memberikan sumbangan dan merayakan dengan cara orang-orang saat ini. Selama ini, saya juga tidak percaya kalau para ‘wajib pajak’ harus membayarkan uang mereka untuk pesta pernikahan ini. Saya pikir keluarga kerajaan memiliki kekayaan yang berlebih untuk menyediakan segala kebutuhan pernikahan tersebut.
Selain itu, sangat paradoks jika orang-orang yang selama ini mengatakan umat Islam tidak harus berpartisipasi dalam pemilihan umum, pemungutan suara dan demokrasi justru meminta izin dari polisi dan otoritas lainnya untuk mengadakan protes di luar Westminster Abbey. Bukankah itu Haram? Bagaimana menurut anda?
(Disarikan dari situs pribadi Abdullah Hasan, seorang dai asal Inggris)
[muslimdaily/maqp]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!