Ahad, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 18 April 2010 13:17 wib
2.971 views
Usamah Ingin Pasang TV Satelit Saat Serangan 11 September Terjadi
Nasser Al Bahri, 37 tahun, yang sekarang mulai berceramah menentang jaringan fanatik Islam, mengatakan bekas majikannya (Syaikh Usamah bin Ladin) pernah meminta satelit parabola padanya untuk diinstal di tempat tinggalnya saat itu di Kandahar. "Dia meminta kepada saya TV satelit untuk dapat mengikuti pengeboman (WTC 9/11 _red) itu," katanya.
Namun, karena daerah, pegunungan terjal, dia tidak bisa mendapatkan sinyal dan gagal untuk melihat aksi pesawat menabrak menara kembar World Trade Centre di New York secara langsung beritanya.
"Sangat penting jika kita dapat menonton berita hari ini," katanya kepada kepala medianya, Hassan al-Bahloul.
Al Bahri juga mengklaim bahwa pemimpin Al Qaida ini sekarang masih hidup dan baik.
Al Bahri adalah orang pertama untuk membantu badan CIA yang khusus ke pengejaran bin Ladin dan ke para pembajak 11 September, yang mereka adalah "para temannya" sebelum serangan, meskipun ia sendiri tidak tahu apa-apa tentang misi mereka; Dia pertama kali bertemu Mohammed Atta, salah satu pelaku serangan, di sebuah rumah di Pakistan dimana "ia sedang bermain sebuah game tentang menerbangkan pesawat".
Ditanya apakah bin Ladin masih hidup, ia berkata: "jika ia mati, bahkan jika itu tidak diumumkan segera karena alasan internal, tetap saja berita itu akan di ketahui kalangan jihad di internet." Dia mengatakan dia yakin bin Ladin masih hidup dan berada di bawah perlindungan suku di Waziristan.
"(Suku-suku itu') mempunyai kesetiaan lebih religius daripada suku lainnya, yang sangat membantu bin Ladin, bin Ladin pernah membangunkan jalan dan rumah-rumah mereka duapuluh tahun yang lalu," katanya.
Sebagai pengawalnya, bin Ladin mempercayakan kepada Al Bahri, yang juga dikenal sebagai Abu Jandal [pembunuh] dengan pistol untuk menyuruhnya menembaknya mati jika ia hampir ditangkap oleh Barat. "Saya lebih suka menerima dua peluru di kepala daripada ditawan, aku ingin mati syahid. Tapi tentu tidak di penjara," kata Nasser menirukan ucapan bin Ladin.
"Hari ini saya berharap saya telah menggunakannya (menembak bin Ladin- red), tetapi pada saat itu dia adalah seseorang yang sangat penting bagi saya," katanya.
Klaim (atau bualan Nasser al Bahri) ini diterbitkan dalam bukunya, "Dalam Bayang-Bayang Bin Ladin", ditulis oleh wartawan Prancis Georges Malbrunot
Al Bahri menceritakan rincian percakapan dia dengan pemimpin Islam yang sukar dipahami bagaimana secara ajaib ia bisa lolos dari penangkapan-penangkapan ini.
Setelah serangan bom Al Qaida di Nairobi dan Dar-es-Salaam di Kenya, al Bahri mengatakan ia terganggu oleh korban sipil.
"Oke, syekh, tapi harus kita membandingkan diri kita dengan musuh-musuh kita?" ia bertanya kepada bin Ladin.
Dia juga membualkan ceritanya dalam buku tersebut tentang obsesi bin Ladin dengan kuda jantan hitam. Juga menceritakan tentang khasiat madu, yang katanya bisa menyembuhkan penyakit yang paling parah sekalipun.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Prancis, al Bahri mengatakan serangan 11 September adalah "salah satu hari tergelap dalam hidup saya". Setelah ia bekerja bersama bin Ladin selama tiga tahun, dia ditangkap di Yaman dan di penjara ketika serangan di New York itu terjadi.
"Jihad bukan tentang menyerang warga sipil," pendapat Al Bahri, yang izinnya memasuki Perancis ditolak untuk mempromosikan bukunya.
[muslimdaily.net/telegraph.co.uk]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!