Kamis, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 15 April 2010 08:34 wib
1.496 views
Bukan Hanya Kemauan, Tapi Juga Karena Kebersamaan
Drama yang melibatkan para petinggi POLRI dalam kasus MARKUS nampaknya belum akan usai. Satu persatu polisi dengan pangkat Jenderal terseret dalam arus deras yang dipicu oleh Gayus Tambunan ini. Bak kartu domino, satu personel akan menyebut personel yang lain. Bahkan tak hanya POLRI, jajaran kejaksaan pun juga harus merelakan beberapa oknumnya yang terlibat korupsi markus ini.
Sebagai orang awam, tentu saja kita hanya bisa geleng-geleng kepala. Belum selesai kagetnya kita akan kasus Century dengan ikon Anggodonya. Rekaman demi rekaman kongkalikong begitu lihainya mempermainkan hukum di Indonesia. Siapapun bisa dibeli, meski sekelas pejabat tinggi Polri. Ternyata gaji gede pun tidak menjamin mereka tidak ngiler dengan iming-iming korupsi.
Tiba-tiba peta pun berubah. Susnoduaji yang dulu dianggap paling bertanggung jawab terhadap kasus Century dengan Cicak Lawan Buayanya, kini disanjung dan dipuji karena berani menguak kasus Markus yang beredar di kepolisian. Inilah dunia, masyarakat mudah sekali merubah status seseorang karena kelihaian mereka memerankan peran selama ini. Bahkan, meski kita memelototi televisi dan membaca koran, hal itu tidak akan mampu membuat kita paham mana yang benar dan mana yang salah.
Belum selesai polisi, sekarang muncul lagi kasus yang lebih menggelikan. Presenter televisi dan televisinya diduga juga ikut meramaikan sandiwara luar biasa ini. TV One, dianggap telah membuat rekayasa dengan mewawancari markus palsu. Herannya, TV ini pulalah yang selama ini dikenal sangat dekat dengan sumber-sumber kepolisian. Akhirnya kita pun menjadi bertanya, apakah selama ini narasumber yang dihadirkan untuk membahas kasus terorisme juga benar adanya ataukah cuma rekayasa. Kita tidak tahu itu semua...
Semua ini kembali membuat kita sadar, bahwa dunia adalah sesuatu yang fana. Seragam polisi yang cokelat itu tak akan menjamin kebaikan hatinya. Karena akan selalu ada oknum yang bisa sewaktu-waktu berbuat jahat. Kalau yang berbuat kriminal sekelas polisi berpangkat rendah, mungkin akan ada banyak permakluman. Tetapi bila ternyata pelaku-pelaku korupsi justru mereka yang berada di level pimpinan, maka selayaknya kita bertanya, seberapa bagus kualitas polisi kita.
Siapa yang akan bertanggung jawab terhadap kinerja mereka. Siapa pula yang akan menilai kredibilitas mereka selama ini. Evaluasi total harus dilakukan pada jajaran kepolisian. Pembersihan terhadap polisi bermasalah harus segera dilakukan. Meski mereka dianggap hebat dalam memberantas apa yang mereka sebut dengan terorisme, namun akhlak dan moral mereka terbukti masih sangat dipertanyakan. Segenap pihak berhak untuk mengetahui seberapa bagus kualitas akhlak polisi negeri ini. Jangan sampai tanggung jawab penjagaan keamanan justru malah diisi oleh pemimpin-pemimpin yang buruk. Karena tidaklah ada kebaikan bagi seorang pemimpin buruk.
Kasus demi kasus ini juga kembali menyadarkan kita. Bahwa benar apa yang dibilang Bang Napi dalam sebuah pesannya: KEJAHATAN TIDAK AKAN TERJADI HANYA KARENA KEMAUAN, TETAPI JUGA KARENA KESEMPATAN. WASPADALAH!. Nampaknya kita perlu menambahkan satu kata lagi. Bahwa kejahatan tidak hanya terjadi karena kemauan, kesempatan saja, tetapi juga karena kebersamaan. Bersama-sama korupsi lintas instansi, jabatan dan departemen. Jelas ini lebih kejam daripada para tersangka teroris yang sering kali dihukum sebelum mereka diadili. Ditembak mati tanpa mereka diberi kesempatan membela diri di persidangan. Karena korupsi yang mereka lakukan bukan karena mereka miskin, bukan pula karena memerangi kezaliman dan kebiadaban. Tetapi mereka melakukan korupsi karena memang dasar kepribadian mereka pencuri yang tidak malu dengan bangsanya sendiri. Waspadalah...waspadalah...kata bang Napi. ^_^
[muslimdaily.net]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!