Jum'at, 16 Jumadil Awwal 1446 H / 19 Maret 2010 10:45 wib
2.882 views
Apa Kabar Taliban Sekarang?
Sekali lagi, Kabul berubah menjadi saksi adegan berdarah terdahsyat sebagai akibat dari serangan Taliban beberapa waktu lalu. Enam belas orang kehilangan nyawa mereka, termasuk enam dokter dari India, yang bekerja di Rumah Sakit Anak-anak Indira Gandhi di Kabul.
Berbeda dengan serangan 18 Januari lalu yang menjadikan bangunan-bangunan pemerintah sebagai sasaran, kali ini pelaku Taliban menjadikan dua wisma tempat tinggal warga asing sebagai sasarannya. Dua wisma tersebut, Arya Guesthouse dan Park Residence terletak di daerah mewah Shahre diluar ibukota Kabul.
Seorang diplomat Italia dan seorang produser film Perancis kehilangan nyawa mereka saat berada di wisma tersebut.
Sebelumnya serangan Taliban di bulan Januari tahun ini menewaskan 12 orang. Namun, serangan di Arya Guesthouse dan Park Residence menunjukkan kejadian yang mengerikan tersebut akan mudah terjadi lagi di saat-saat mendatang sampai ada kedamaian yang lengkap di negeri seribu mullah ini.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Taliban menjadikan warga asing sebagai sasarannya di Kabul. Pada bulan Juli 2008, seorang penyerang menabrakkan mobilnya ke gerbang depan kedutaan besar India di Kabul, yang menewaskan dirinya sendiri dan 60 orang lainnya, selain itu beberapa orang juka ikut terluka.
Demikian pula pada tanggal 8 Oktober 2008, seorang penyerang meledakkan sebuah mobil yang dipenuhi bahan peledak di sebuah pasar dekat kedutaan besar India di Kabul. Selain pelaku, tujuh belas orang ikut meregang nyawa, sedangkan lebih dari 80 terluka.
Agustus tahun lalu, setelah menyelesaikan putaran pertama pemilu di Afghanistan, saat pemilu putaran kedua dijadwalkan akan dilaksanakan, Taliban menyerang wisma PBB di jantung Kabul dengan bom. Selain para pelaku, lima staf PBB dan beberapa pekerja asing ikut menjadi korban tewas.
Menurut laporan media, setelah serangan baru-baru ini di Kabul, Kepala Kepolisian Kabul Abdul Rahman Rahman dan Kepala Investigasi Kriminal Zada Sayed Abdul Ghafar mengajukan pengunduran kepada Hanif Hanif Atmar, menteri urusan dalam negeri Afghanistan. Namun, pengunduran mereka belum disetujui, bahkan menteri memerintahkan penyelidikan lebih lanjut terhadap insiden tersebut.
Di sisi lain, serangan di Kabul terjadi di saat AS dan operasi militer NATO sedang gencar memerangi Taliban di Marjah, provinsi Helmand, di mana kedua belah pihak, Amerika dan Taliban membuat klaim kemenangan.
Tapi, dengan dimasukkannya Mullah Bradar, pimpinan komando Taliban ke dalam tahanan, kemungkinan kesempatan pemerintah bernegosiasi dengan Taliban ikut menipis. Karena Taliban sendiri tampaknya secara bertahap sudah mengambil alih kepemimpinan Mullah Baradar. Hal ini terjadi setelah kepemimpinan Taliban yang moderat baru-baru ini berusaha merombak kebijakan mereka. Tahun lalu pada malam `Idul Fitri dan` Idul Adha, pemimpin Taliban, Mullah Mohammad Omar memutuskan untuk mengadopsi kebijaksanaanya sendiri sebagai perombakan kebijaksaanan sebelumnya. Dia memberi pesan kepada dunia Internasional dalam khutbah Iednya :
"Pemerintah Islam Afghanistan ingin menjalin hubungan yang baik dan positif dengan semua warga berlandaskan saling menghormati dan membuka lembaran hidup yang baru dengan keramahan, kerjasama dan pembangunan ekonomi."
Dalam pesan tersebut, ia berharap dunia Internasional memberi balasan. Tapi tidak satupun negara di dunia yang berbuat sesuatu setelah pesan Idul Fitri tersebut.
Mullah Abdul Ghani Baradar, begitu nama lengkapnya adalah wakil pemimpin Taliban, Mullah Omar, yang saat ini ditahan oleh pihak berwenang Pakistan. Ia memiliki peran penting dalam merumuskan kebijakan baru Taliban yang menggunakan cara pendekatan terhadap pemerintah. Ia yang memimpin sayap politik Taliban percaya kalau keputusannya bernegoisasi dapat mengakhiri pendudukan asing di Afghanistan.
Tapi sayang, setelah penangkapan Mullah Baradar, kontak Taliban-pemerintah tersebut tidak ada lagi. Abdul Salam Zaeef, mantan Duta Besar Taliban untuk Islamabad yang masih berstatus wajib lapor mengatakan, "Dunia telah kehilangan kontak dan saluran untuk bernegosiasi dengan Taliban".
Mungkin, penangkapan tersebut juga akan mengubah kebijaksaanaan Taliban dengan memindahkan kekuasaan dari kepemimpinan politik Taliban ke komandan lapangan. Ini berarti, Taliban secara keseluruhan akan memilih perlawanan dan mengesampingkan negosiasi dengan pemerintah Kabul. Sehingga mereka akan terus memfokuskan diri terhadap strategi militeristik sambil meningkatkan serangan "hit and run" atau serangan bom.
Mereka berpendapat AS masih mengikuti strategi pendekatan dengan kekerasan di Afghanistan dan belum keluar dari strategi tersebut dalam usaha rekonsiliasi, di sisi lain Taliban terus didesak untuk meletakkan senjata mereka dan menerima konstitusi yang berlaku Afghanistan.
Adapun kepemimpinan politik Taliban berpendapat kalau Taliban harus memiliki kedua strategi pendekatan, diplomatis dan militeristik, sehingga ke depan Taliban dapat memantau pendekatan apa yang dipakai pihak lawan.
[muslimdaily.net/Alj]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!