Amerika cenderung terobsesi untuk membahas isu-isu tertentu menurut arus pemikiran masyarakatnya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, isu yang paling hangat dibicarakan adalah berkaitan dengan Islam dan umat Islam.
Kekuatan dan kelemahan Amerika sebenarnya tampak dari cara pandang masyarakatnya terhadap Islam, dan hal itu dapat disimpulkan dengan mudah dari kasus-kasus dari beberapa peristiwa dan event yang terjadi akhir-akhir ini, beberapa diantaranya adalah saat Presiden Barack Obama menunjuk utusan khusus untuk Organisasi Konferensi Islam (OKI), hasil studi dua tahun yang dilaporkan oleh Chicago Council on Global Affairs mengenai peran agama dalam kebijakan luar negeri Amerika serta yang terakhir tentang laporan jajak pendapat terbaru pada persepsi keagamaan di Amerika oleh Gallup Poll, salah satu lembaga survey masyarakat yang terkenal di Amerika.
Sisi positif dan negatif terlihat secara jelas dalam kasus-kasus tersebut, bagaimana pandangan jauh Amerika terhadap hal-hal keagamaan baik di tingkat lokal mapun internasional.
Sisi negatif tersebut meliputi kenyataan tentang persepsi negatif dan ketidaktahuan tentang Islam dan umat Islam di antara penduduk Amerika yang mencapai taraf yang memprihatinkan, kemudian pemerintah sendiri juga kurang peduli bahkan buta dalam membahas interaksi antara agama dan politik luar negeri.
Tidak cukup disitu saja, dunia politik Amerika juga terus membenarkan kebijakan luar negeri pemerintahannya, dan tindakan-tindakan para sekutunya seperti Israel yang akhirnya memicu kekerasan orang-orang yang merasa harus memberontak dan sering kali tindakan tersebut muncul dari orang-orang Arab dan Asia, yang sering mengekspresikan diri karena faktor agama mereka.
Hal-hal positif adalah bahwa semua masyarakat Amerika terus belajar dan mengeksplorasi ketegangan antara Amerika dan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, selain itu pemerintah Amerika juga terus melakukan upaya tulus untuk memperbaiki hubungan mereka dengan Muslim dan dunia Arab, terlepas dari apakah sebenarnya tujuan ini sudah tercapai atau belum.
Sejauh mana hubungan Amerika dan persepsi mereka terhadap Islam dan umat Islam ditangkap oleh laporan Gallup yang berjudul "Persepsi keagamaan di Amerika, sebuah analisis mendalam tentang sikap AS terhadap Islam dan umat Islam".
Berdasarkan jajak pendapat nasional, laporan tersebut menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Amerika mengatakan pandangan mereka tentang Islam adalah "tidak terlalu baik" atau "tidak baik sama sekali" (jauh lebih negatif daripada pandangan orang Amerika terhadap agama Yahudi, Budha dan Kristen).
Sebagian besar orang Amerika (sekitar 63 persen) mengatakan mereka sangat sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki pengetahuan terhadap Islam. Persentase lebih tinggi juga terjadi terhadap agama Budha, walaupun pandangan negatif terhadap umat Islam tidak sebanding dengan pandangan mereka terhadap umat Buddha.
Yang paling menarik adalah bahwa orang Amerika melihat Islam lebih negatif daripada mereka melihat umat Islam sendiri. Laporan tersebut hampir persis mencerminkan situasi di dunia Arab di mana banyak orang yang kritis terhadap Amerika Serikat dan kebijakan luar negerinya, tetapi dengan senang hati berinteraksi dengan setiap orang Amerika, sehingga membuat orang Amerika lebih bersimpati.
The Chicago Council on Global Affairs dalam studinya menyatakan bahwa agama akan menjadi "peluang dan tantangan" yang harus menjadi faktor utama dalam pembuatan kebijakan luar negeri AS, sehingga pidato Obama kepada dunia Islam di Kairo pada bulan Juni lalu perlu ditindaklanjuti dengan langkah-langkah nyata..
Studi tersebut juga menyimpulkan ada enam konswekensi yang akan dicapai dari faktor pendekatan agama, yang akan mencerminkan semakin pentingnya agama dalam urusan internasional, termasuk beberapa diantaranya adalah dampak politik, perlawanan terhadap globalisasi, dan penyelesaian terhadap celah-celah di layanan pemerintah.
Namun penelitian tersebut secara signifikan dilemahkan oleh satu kelalaian terhadap fakta bahwa orang-orang di negara berkembang sering merubah kebijakan pemerintah atau bahkan militer dengan agama mereka sebagai sebagai usaha terakhir untuk mencapai perubahan yang tidak dapat mereka capai melalui lembaga-lembaga sekuler pemerintahan. Laporan tersebut juga tidak mengamati bagaimana dan mengapa agama muncul sebagai kekuatan utama dalam beberapa dekade terakhir, seperti yang terjadi juga di Amerika sendiri.
Laporan Chicago merupakan tanda terpenting bagaimana kebijaksanaan Amerika terus mencari pemahaman yang lebih lengkap tentang dunia yang mereka hidup dan tinggal di dalamnya, selain itu mereka juga mencoba membentuk kebijakan yang lebih baik untuk menelusuri kehidupan dunia tersebut.
Tetapi usaha tersebut masih mencerminkan kelemahan dalam kebijakan pemerintah Amerika secara keseluruhan, dalam artian bahwa usaha tersebut masih menganggap peran agama sebagai faktor yang berbeda dari kekuatan independen.
Jadi ketika melihat nama Obama bersanding dengan Rashad Husain, utusan khusus AS untuk negara-negara Islam, hal tersebut mengukuhkan fakta bahwa Obama memang ingin memperbaiki hubungan Amerika dengan dunia Islam, walaupun prospek perubahan di dalamnya akan dilihat dari langkah-langkah nyata pemerintahan Obama sendiri. Bagaimanapun, adalah nol besar jika kebijakan AS di Arab dan kawasan Asia tetap sama seperti yang terjadi sebelumnya.
Masalah pendekatan agama memang perlu dipelajari lebih lanjut, tapi jauh lebih penting untuk mempromosikan hubungan yang normal dan ramah dari Amerika terhadap negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, termasuk mengkaji dampak kebijakan mereka dan sekutu mereka, Israel di daerah-daerah Islam tersebut.
[muslimdaily.net/alj]