Di Akhir Desember Harus Semakin Khawatir Bencana, Kenapa?Kamis, 26 Dec 2024 12:03 |
|
Feminisme dan Delusi Kesetaraan GenderRabu, 25 Dec 2024 20:55 |
Oleh: Hana Annisa Afriliani,S.S
(Penulis Buku Menikah Rasa Jannah)
Ketika seorang perempuan memutuskan siap menyandang peran sebagai istri, maka sesungguhnya dia pun siap dengan segala konsekuensinya. Ya, siap dengan “beban-beban” amanah yang kelak akan disandang di pundaknya. Yang paling kentara adalah urusan domestik, rata-rata identic dengan tugas seorang istri, mulai dari merapihkan rumah, mencuci, memasak, dan lain-lain. Para istri pun dibuat habis waktunya untuk urusan domestik tersebut, sehingga tak sedikit yang menyampingkan kewajiban menuntut ilmu apalagi berdakwah ke tengah masyarakat.
Sejatinya istri itu bukan pembantu yang dilimpahkan secara keseluruhan tugas domestik tersebut di pundaknya, tanpa suami memahami batas kesanggupan istrinya. Tak sedikit para suami yang bersikap perfeksionis, seperti rumah harus selalu bersih, masakan istri harus terhidang setiap hari, dan lain-lain. Padahal suami yang baik adalah suami yang bersikap layaknya sahabat kepada istrinya.
Suami ikut membantu meringankan pekerjaan istri adalah hal yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Beliau seringkali mencuci pakaiannya sendiri, menjahit pakaiannya yang sobek, hingga mengambil air, demi meringankan tugas istrinya. Jadi, tidak semua harus istri yang mengerjakan.
Urwah berkata kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ia bersamamu (di rumahmu)?”, Aisyah berkata, “Ia melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sendalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember” (HR Ibnu Hibban).
Adalah konsep yang keliru Ketika para lelaki menikahi perempuan dengan tujuan agar ada yang mengurusi dan melayani segala kebutuhannya. Jika begitu wajar jika kemudian muncul sebuah anekdot, “Cari saja pembantu, jangan cari istri.”. Sebetulnya, tujuan tersebut tak sepenuhnya salah, karena memang kewajiban seorang istri dalam pandangan Islam adalah melayani suaminya. Hal tersebut merupakan ladang pahala baginya.
Namun demikian, suami juga harus peka. Tak memosisikan istri semata-mata sebagai ‘pelayan’ tanpa memperhatikan kebahagiaan lahir batinnya. Salah satu hal yang membuat istri bahagia adalah tatkala suami meringankan pekerjaannya. Jika suami memiliki kemampuan secara materi, suami bisa menyediakan Asisten Rumah Tangga (ART) untuk istrinya, sehingga istri dapat fokus mengerjakan kewajiban lainnya, seperti mengurus anak, menuntut ilmu, bahkan melayani suaminya.
Jika tidak mampu secara materi, maka suamilah yang bisa turun tangan membantu pekerjaan istrinya, misalnya, sekadar membantu menyapu lantai, menyiram tanaman, atau mengajak anak-anak bermain agar istri dapat melakukan tugasnya tanpa gangguan anak-anak. Hal tersebut, meskipun sepele, cukup membuat para istri bahagia.
Begitulah hakikatnya peran istri dalam rumah tangga. Dia bukan pembantu, tugasnya tak hanya dilayani, tapi juga disayangi dan diberi perhatian. Berapa banyak di luar sana suami yang peduli saat istrinya sakit karena kelelahan? Rasanya tidak banyak. Padahal dengan hanya menawarkan diri untuk memijat pundaknya, bunga-bunga cinta di hari istri akan tumbuh bermekaran.
Berapa banyak suami yang loyal melontarkan pujian kepada istrinya, misalnya sekadar mengatakan bahwa masakannya enak atau hari ini dia sangat cantik? Tentu saja tidak banyak, mengingat karakter umum kaum Adam cenderung gensi untuk melakukan hal demikian.
Namun demikian, istri juga bukanlah ratu. Jika para istri menganggap dirinya ratu, maka dia akan merasa melakukan apa pun sesuka hatinya, bahkan minim pelayanan terhadap suaminya. Hobinya rebahan sambil nonton drakor demi me time. Sampai-sampai lupa atas kewajibannya sebagai manager rumah tangga, bahkan lupa melayani kebutuhan suaminya.
Anggapan bahwa istri itu adalah ratu juga, dia akan merasa apa yang dilakukannya selalu benar. Cenderung bersikap superior terhadap suaminya dan tidak memikirkan perasaan suami. Hal inilah yang dapat berujung pada konflik dalam rumah tangga karena suami merasa tak dihargai keberadaannya.
Dalam Islam, pernikahan adalah institusi tempat terajutnya persahabatan dua insan. Ya, hakikatnya sebuah persahabatan, suami dan istri saling mengisi, menghargai, memuliakan dan membantu. Secara hakiki, Islam telah menetapkan hak dan kewajiban kepada masing-masing. Suami berkewajiban memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya. Tak hanya nafkah lahir, berupa materi, namun juga nafkah batin berupa kebutuhan biologis, perhatian, dan kasih sayang.
Adapun kewajiban istri adalah sebagai ummu wa robbatul bayt (ibu dan manager rumah tangga). Sebagai ibu dia berperan sebagai madarasatul ‘ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya, dan sebagai manager rumah tangga dia bertanggung jawab atas segala urusan domestik dalam rumah tangga.
Namun, dengan adanya konsep persahabatan dalam corak keluarga muslim, maka semestinya suami dan istri mampu menjalankan perannya sesuai dengan tuntunan Islam. Tak ada yang merasa dibebani, melainkan sepenuh hati karena merasa dicintai. Wallahu’alam bi ash-shawab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com
Di Akhir Desember Harus Semakin Khawatir Bencana, Kenapa?Kamis, 26 Dec 2024 12:03 |
|
Feminisme dan Delusi Kesetaraan GenderRabu, 25 Dec 2024 20:55 |