Sabtu, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 21 Maret 2020 03:13 wib
5.391 views
Tara Basro dan Hak atas Tubuh Perempuan
Oleh:
Agung Andayani
Pengamat Media
NGOBROLIN perempuan tidak akan kehabisan bahan. Dari ujung ramput sampai ujung kakinya sangat diperhatikan. Dari mulai fasion sampai life stailnya tidak pernah ketinggalan. Setiap inci lekak lekuk tubuh perempuan menjadi bahan exploitasi. Perempuan zaman now bangga mengexploitasi tubuhnya demi eksis dan terkenal.
Baru tanggal 5 Maret 2020 kemarin nama Tara Basro mendadak melejit dimedia-media. Ada apa ini? Ternyata demi mengekspresikan kebebasan perilaku, Tara Basro mengkampanyekan bagaimana cara menghargai atau bangga terhadap tubuh sendiri dengan berfoto semi bugil. Pro kontra pun terjadi.
Salah satu yang pro dengan foto semi bugil salah satumya seperti tulisan dari Tsamara di akun Twitter-nya @TsamaraDKI, “Tara Basro mengajak publik untuk keluar dari konstruksi sosial tentang kesempurnaan dan kecantikan yang berkutat pada kulit putih & badan kurus. Ia sedang menebarkan energi positif. Masa mengedukasi & menebarkan energi positif juga harus kena sensor pornografi?!?!?!,”
Seketika dunia twitter pun gempar. Para netizen/warganet pun tidak mau kalah untuk mengomentarinya. Seperti akun Twitter @ErvineKiddies misalnya yang mendukung Tsamara tanpa busana seperti yang dilakukan Tara Basro. “Saya sih dukung dedek @TsamaraDKI bugil juga biar MENGEDUKASI gitu????,”.
Begitu juga dengan Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate yang menilai unggahan Tara Basro sebagai bentuk seni dan tidak melanggar pasal kesusilaan dalam ITE, kamis tgl 5 Maret 2020. Ternyata Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Mariana Amiruddin juga tak jauh beda mendukung apa yang dilakukan Tara Basro. Telah mengatakan bahwa apa yang dilakukan Tara Basro sebagai "membangkitkan kepercayaan diri perempuan dan tidak ada tujuan untuk membangktikan hasrat seksual, tapi tujuannya lebih ke bagaimana perempuan percaya diri terhadap tubuhnya sendiri,"
Baru ada dizaman now ada suatu kemaksiatan malah didukung oleh banyak pihak. Perilaku Tara Basro ini merupakah salah satu bentuk kampanye yang merespon makin banyaknya kasus body shaming terhadap perempuan akibat pembakuan terhadap ukuran kecantikan sebagaimana dihadirkan oleh media. Bahwa standar cantik itu yang kulitnya putih, hidungnya mancung, kurus dan sebagainya. Body shaming sendiri adalah wujud perendahan terhadap kehormatan perempuan.
Pada tahun 2018 kasus body shaming ada 967 kasus dalam setahun terakhir dan baru terselesaikan 374 kasus. Begitu juga dalam survei yang dilakukan oleh direktur global WW, Zoe griffiths. Bahwa hasil survei yang melibatkan 2.000 orang dewasa 56% pernah menjadi korban body shaming. Ngeri.
Tidak kaget, betul bahwa di dalam masyarakat sekuler telah memisahkan antara agama dari kehidupan dan hasilnya melahirkan kebebasan berperilaku. Dampak sekuler ini banyak dijumpai kasus body shaming, LBGT melejit, banyak kasus pelecehan seksual maupun pembunuhan dan sebagainya. Karena memandang baik dan buruknya suatu perilaku tolak ukurnya dilihat berdasarkan (nafsu) manusia bukan berdasarkan firman Allah SWT yang terdapat didalam al Quran. Contoh jika kebanyakan manusia memandang perempuan yang berpakaian minim atau semi bugil itu bagus maka mereka akan mendukung perilaku tersebut. Maka masyarakat sekuler liberal justru menghasilkan penghinaan terhadap perempuan dalam beragam bentuknya.
Lain halnya dengan Islam yang memandang bahwa perempuan sosok sangat mulia yang harus dijaga dan dilindungan kehormatan dan kemuliannya. Tubuh perempuan tidak boleh dieksploitasi atas nama berbagai kepentingan apapun. Perempuan juga tidak boleh tubuhnya diperdagangkan untuk menghasilkan pundi-pundi materi. Karena begitu mulianya perempuan sampai Rosulullah SAW menyebutnya tiga kali.
"Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu.'" (HR. Al Bukhari).*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!