Senin, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 7 Maret 2016 12:36 wib
43.352 views
Melissa Oentoro, Mantan Ketua Kebaktian Bahasa Inggris Gereja Stella Maris Masuk Islam
Awal aku mengenal Islam bermula dari keinginan untuk mencari kelemahan agama ini kemudian mencelanya. Aku pun berdialog secara intens dengan para ikhwan. Tujuanku selain untuk mencela Islam adalah juga untuk memurtadkan orang yang kuajak dialog itu. Aku tahu bahwa Islam ini terlihat buruk karena umatnya sendiri, dan aku sedang berhadapan dengan sebagian dari mereka.
Tiga tahun aku membangun dialog dengan para ikhwan. Bukannya bisa mengajak mereka murtad, aku yang menjadi bimbang dengan agama yang selama ini kuyakini. Semakin isi Al Quran dijelaskan kepadaku, semakin aku tahu bahwa melihat ajaran jangan dari pemeluknya tapi dari sumbernya yaitu Al Quran.
Selama proses dialog itu, Allah memberi ‘teguran’ dan petunjuk dengan caraNya sendiri. Setiap malam selama satu bulan, aku selalu terbangun menjelang dini hari yaitu pukul 2.59. Aku merasa mendengar suara adzan dilantunkan. Pada kondisi inilah keteguhanku untuk memutuskan hal yang paling penting dalam hidup itu diuji.
Beberapa bulan kemudian, titik balik itu terjadi. Saat itu aku mengikuti dzikir akbar di Masjid Az-Zikra yang diasuh oleh Ustadz Arifin Ilham di Sentul Bogor. Di situ aku melihat sendiri ternyata masih banyak umat Islam yang berusaha mencintai Allah dan menegakkan sunah-sunah Rasulullah untuk menghidupkan kembali cahaya Islam. Di majelis Az-Zikra ini aku seperti menemukan keluarga besar.
...bila menikah itu hanya semata karena Allah, maka poligami yang katanya menyakiti perempuan itu pun jadi terasa indah...
Setelah intens ikut di majelis Az-Zikra, aku pun memutuskan untuk bersyahadat dengan segala resikonya. Meskipun terjadi pertentangan baik dari dalam keluarga maupun dari luar yaitu teman-teman, aku harus siap menghadapinya. Hidayah ini terlalu mahal untuk kubiarkan berlalu begitu saja. Pada Ko Hanny Kristianto dan istrinya, aku mencurahkan seluruh isi hati tentang kesalahan dan kekhilafan masa lalu. Aku sungguh bertobat dan ingin menjadi muslimah yang taat.
Aku ingin menjadi hamba Allah dan meraih cintaNya saja. Itu semua hanya bisa kuraih dengan tauhid dan menjankan syariatNya. Bahkan dengan hukum poligami yang sering menjadi cemoohan orang itu pun, aku bisa menerima. Karena bila menikah itu hanya semata karena Allah, maka poligami yang katanya menyakiti perempuan itu pun jadi terasa indah. Masya Allah.
Pada hari yang telah disepakati, aku pun berikrar syahadat. Disaksikan oleh puluhan ribu kaum muslimin dan ayah tercinta, aku pun bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Seiring dengan keislamanku ini, kutinggalkan semua fasilitas mewah dan kenyamanan dunia yang selama ini kuperoleh. Mahabenar Allah dengan segala janjinya karena tak lama setelah aku bersyahadat, Allah menggantinya dengan kesempatan bisa melaksanakan umrah gratis.
Ustadz Arifin Ilham pun memberiku nama baru yaitu Fitrya Zuhdah. Dengan nama baru ini ada harapan tersemat agar aku menjadi muslimah yang kaafah dan istiqomah untuk membawa keindahan Islam dalam kehidupan. Saat ini aku dibina dan dibimbing oleh saudara-saudara seiman yaitu ukhti Nanda Putri, Siti Malikah Feer, dan Devia Sherly untuk belajar tauhid di pondok pesantren Daarut Tauhiid. Doakan aku ya agar selalu istiqomah di jalan kebenaran ini yaitu Al-Islam. Allahu Akbar! (riafariana/voa-islam.com)
Keterangan gambar: Melissa Oentoro berkerudung merah.
Sumber: FP Hanny Kristianto
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!