Jum'at, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 18 September 2015 09:40 wib
18.544 views
Kisah Mualaf Charity: Anakku yang Bengal Menjadi Lembut karena Islam
Anak laki-lakiku masuk Islam di usianya yang ke 17 tahun. Sebelumnya, ia adalah remaja yang sangat susah diatur, mudah marah, dan tidak hormat pada orang tua. Tapi sejak masuk Islam, Allah mengubahnya menjadi sosok yang lembut dan tenang. Saat itulah aku berpikir, kalau Islam bisa mengubah anakku sedemikian rupa, apakah yang bisa dilakukan Islam terhadap diriku sendiri?
Kami pun belajar Islam bersama. Lebih tepatnya, anakku yang berusaha menjelaskan keindahan Islam padaku mulai dari ide dasarnya hingga prinsip-prinsip dalam Islam. Aku merasa seolah ada lampu berpijar bukan hanya di kepalaku tapi juga di dalam hati dan jiwaku. Saat itulah aku memutuskan untuk masuk Islam.
Anakku meminta ibu dari temannya untuk bertemu denganku dan berbicara satu sama lain sebagai sesama perempuan. Kami membicarakan hal tentang hijab. Jauh di lubuk hatiku, aku tahu bahwa Allah menuntunku untuk menerima ini semua. Aku pun menonton Youtube untuk belajar cara berhijab dan tetap memakainya ketika berangkat kerja.
...Allah mengubahnya menjadi sosok yang lembut dan tenang. Saat itulah aku berpikir, kalau Islam bisa mengubah anakku sedemikian rupa, apakah yang bisa dilakukan Islam terhadap diriku sendiri?...
Awalnya semua teman-teman di tempat kerja menggodaku ketika tahu aku datang memakai hijab berupa kain yang kulilitkan menutup kepala hingga menjulur ke dada.
“Charity, kamu sudah menyerahkan seluruh hidupmu pada Allah ya?”
Dan aku pun menjawab dengan bangga, “ Ya, betul. Dan aku pun memakai hijab sekarang.”
Berikutnya aku harus memberitahukan tentang keislamanku ini pada keluarga besarku. Awalnya ini bukan hal yang mudah. Aku berusaha untuk tetap berbuat baik pada mereka dan menjelaskan tentang Islam. Seiring berjalannya waktu, dengan pertolongan dan petunjuk Allah, keluargaku pun akhirnya bisa menerima keislamanku dan anakku. Bahkan mereka juga ikut mendukung sepenuhnya atas keputusan yang telah kami ambil untuk menjadi muslim seutuhnya dengan Al Quran dan hadits sebagai pedoman hidup.
Aku dan anakku sering salat berjamaah. Ini adalah hal yang semakin mendekatkan kami satu sama lain. Setiap harinya, tak ada satu pun hari terlewati tanpa rasa syukur yang mendalam pada Allah akan keislaman anakku di usianya yang masih 17 tahun dan aku di usia 39 tahun. Alhamdulillah. (riafariana/dbs/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!