Selasa, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 18 November 2014 07:16 wib
22.517 views
Tidur, Aktivitas yang Tak Disukai Salafus Salih
Tidur adalah aktivitas mengistirahatkan jiwa dan raga setelah seharian penat beraktivitas. Menurut pakar ‘pertiduran’, idealnya manusia tidur delapan jam per hari. Bila kurang dari angka itu, maka orang-orang yang minim tidur ini beresiko mendapat penyakit mulai serangan jantung, kolesterol, diabetes, osteoporosis, daya ingat lemah, stroke hingga mati muda. Wuih...menakutkan sekali kan? Itu menurut penelitian.
Bisa jadi yang diteliti adalah orang-orang yang memunyai aktivitas berbeda dengan yang akan kita bincangkan. Realita kehidupan juga sering berbicara lain. Marilah kita simak kuantitas dan kualitas tidur para salafus salih berikut ini.
Malik bin Dinar berkata, “ Seandainya aku bisa tidak tidur, tentu aku tidak akan tidur. Tetapi, tidur adalah tabiat yang pasti ada.”
Orang-orang pun bertanya kepadanya, “Mengapa anda berkata demikian?”
Ia menjawab, “Karena aku takut malaikat maut datang kepadaku, sementara aku dalam keadaan tidur.”
Muhammad bin Abdul Aziz bin Sulaiman teringat kata-kata ibunya, “Apalah artinya tidur bagi seorang hamba? Demi Allah, tidak ada tidur di dunia ini kecuali hanya karena tertidur secara tak sengaja.” Ya, ibunya nyaris tak pernah tidur kecuali karena tak kuat menahan kantuk saja.
Hal ini senada dengan pesan ibunda Nabi Sulaiman yang mengatakan, “Wahai anakku, janganlah engkau banyak tidur di waktu malam. Sebab banyak tidur di waktu malam akan menjadikan seseorang fakir di hari kiamat. Wahai anakku, barangsiapa yang menghendaki Allah maka hendaklah ia tidak tidur. Sebab orang yang tidur malam akan menyesal di siang harinya.”
Umar bin Khatab berkata, “Kapan aku akan tidur? Bila aku tidur di siang hari maka aku menelantarkan rakyatku. Bila aku tidur di malam hari maka aku menelantarkan diriku.”
Sebagaimana kita tahu Umar bin Khatab ini bila siang dia seperti singa dan bila malam ia seperti rahib. Maksudnya adalah siang saat dia beraktivitas maksimal mengurusi rakyat dan mencari nafkah dan bila malam ia sedikit sekali tidur karena sibuk bermunajat dengan Rabbnya.
Orang-orang salih selalu merindukan malam. Datangnya gelap bukan untuk tidur tapi untuk bertemu dengan Rabb di pertiga malam. Tak jarang, banyak kitab hebat dihasilkan dari heningnya malam. Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani adalah seorang ahli ijtihad, fikih, dan hadis. Beliau tidak tidur kecuali sangat sedikit. Malam-malamnya dihabiskan untuk membaca dan menulis buku. Bila mengantuk beliau akan memercikkan air ke muka sembari berkata, “Tidur adalah dari panas.” Imam Nawawi juga sama. Beliau hampir tidak pernah tidur karena sibuk menghapal kitab.
Hammam bin Al Haris bahkan berdoa, “Ya Allah cukupkanlah diriku dengan sedikit tidur dan anugerahkanlah padaku bangun malam dengan ketaatan.”
Benarlah apa yang dikatakan oleh ulama mashur, Al Ghazali. Manusia itu bila sehari semalam tidurnya delapan jam, maka bila ia diberi usia 60 tahun itu artinya 20 tahun hidupnya habis hanya untuk tidur saja. Lalu 40 tahun sisanya kira-kira untuk apa? Taat atau maksiat? Astaghfirullah.
Dan orang-orang yang tersebut di atas, memunyai jam tidur yang amat sedikit bila dibandingkan dengan anjuran pakar kesehatan. Nyatanya mereka malah terkategori manusia yang jarang sakit dan hidupnya penuh berkah. Masya Allah. Semoga kita bisa meneladaninya dan tidak berlama-lama menyiakan waktu dengan tidur. Wallahu alam. [riafariana/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!