Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
14.943 views

Voa-Islamic Parenting (20): Jangan Ada 'Bullying' di Antara Kita

“Ketika masih kecil atau remaja dulu, apakah Ibu pernah mengalami ‘bullying’?”

Pertanyaan dari salah satu remaja itu membuat saya berhenti sejenak untuk mengingat kembali masa kecil dan remaja saya. Setelah beberapa saat, saya kemudian menjawab dengan tegas.

“Bila bullying bermakna bahwa saya disakiti secara fisik atau verbal, dan kemudian saya merasa menjadi pihak yang tersakiti, saya katakan tidak. Itu karena sejak kecil saya sudah tahu bahwa tidak ada seorang pun yang saya berikan kesempatan untuk menyakiti saya.”

Bunda, konsep diri yang saya miliki di atas itu tidak terlepas dari peran orang tua yang mendidik saya sejak dari rumah. Bapak dan ibu saya memberi dasar yang saya syukuri bisa membuat saya melewati masa kanak-kanak dan remaja dengan ‘aman’. Apakah itu artinya ibu dan bapak saya selalu melindungi dan ada di sisi saya setiap saat? Tidak. Sebaliknya, sejak kecil saya sudah dilatih mandiri plus bekal prinsip yang hingga kini masih saya ingat dengan baik yaitu ‘jangan pernah takut bila kamu merasa benar!”

Prinsip inilah yang ternyata menjadi bekal saya menjadi anak kecil yang pemberani. Kecil di sini dalam arti sebenarnya, karena hingga menjelang usia remaja, badan saya selalu masuk kategori paling kecil di antara teman sebaya. Sudah kurus, kering, paling pendek lagi. Tak jarang dalam permainan apapun keberadaan saya tak dianggap atau kalau orang Jawa bilang ‘pupuk bawang’. Saya selalu dijadikan pihak kalah-kalahan. Main petak umpet, selalu jadi yang ditutup mata kemudian disuruh mencari teman-temannya. Kalau pun saya protes karena terlalu lama jadi yang ditutup mata, saya pun diperbolehkan main jadi yang sembunyi. Tapi lagi, biasanya mereka tidak mencari saya. Karena ya ‘pupuk bawang’ tadi.

Bisa saja saya menangis dan lapor ke orang tua tentang perlakuan buruk teman-teman main saya. Tapi konsekuensinya saya tak boleh main dengan mereka lagi. Orang tua saya bukan tipe yang suka melabrak teman main anaknya yang biasa dilakukan oleh orang tua lain yang merasa anaknya ‘dibully’ atau diperlakukan tak adil oleh teman sebaya. Jadi, daripada tak boleh main dengan mereka saya memilih mencari trik lain. Ketika saya menjadi pihak yang harus sembunyi, biasanya saya memilih rumah saya sendiri untuk sembunyi. Asumsinya, bila saya tak dicari maka saya bisa langsung tidur saja karena permainan biasanya dilakukan malam hari sehabis Maghrib.

Dalam permainan yang lain juga sama. Main lompat tali, saya selalu jadi pihak yang pegang tali. Sekalinya diberi kesempatan main, saya mudah sekali gagal karena memang tubuhnya paling imut di antara mereka. Saya pun pegang tali lagi. Kalau sudah jengkel dan capek, saya protes. Kalau protes tak didengar, saya taruh tali itu dan pulang. Jarang sekali saya menangis atau mengadu ketika ada perlakuan teman yang menyakitkan hati. Itu di kampung.

Di sekolah beda lagi. Tubuh boleh kurus, kering, pendek tapi karena jarang menangis bila disakiti teman (bahkan cenderung melawan) maka saya didaulat menjadi ketua kelas. Di sini saya mulai menjadi pihak yang tidak saja anti dibully tapi malah bisa membela teman yang dibully. Sekitar kelas 5 atau 6 SD saya bahkan membela teman perempuan yang disakiti teman laki-laki hingga bibir saya sedikit sobek. Itu pun saya memilih tidak lapor orang tua dan berusaha mengobati sobekan itu semampunya, sendiri.

Bunda, saya berbagi pengalaman masa kecil saya ini bukan untuk pamer. Karena secara teori sudah banyak buku dan artikel yang beredar luas tentang bahaya bullying serta pencegahannya. Meskipun begitu, faktanya banyak bunda di luar sana yang masih bingung cara menyikap bullying yang terjadi pada si buah hati. Sikap yang kemudian menjadi sangat protektif biasanya langsung ditunjukkan oleh orang tua ketika mengetahui anaknya menjadi korban bullying.

Kita boleh berbeda pendapat dalam hal  ini. Tapi menurut saya, sikap protektif itu tidak menyelesaikan masalah pada korban bullying. Dukungan penuh orang tua dan keluarga, itu yang dibutuhkan si anak. Langkah-langkah praktis untuk mencegah atau melawan teman-teman yang membully itu lebih berguna daripada orang tua yang maju. Tentu saja langkah lain juga harus dilakukan. Diantaranya adalah dengan menghubungi guru apabila bullying terjadi di sekolah. Harus ada pendekatan dari guru ke murid yang ditengarai suka membully teman-temannya.

Orang dewasa di sekitar harus peduli dengan gejala bullying ini beserta dampaknya. Tak boleh ada yang cuek atau berlalu saja apabila menangkap basah perilaku bullying terjadi. Saya sendiri suka ‘turut campur’ dengan menegur anak-anak SD yang terlihat sedang mengolok-olok atau memukul temannya. Saya tegur mereka sambil memberi nasehat yang praktis semisal:

“Ayo, bercanda tak boleh menyakiti.”

“Main yang baik, sama teman harus menyayangi ya.”

Bahkan tak segan ketika ada anak yang sengaja menjatuhkan sepeda temannya, saya minta dia untuk mendirikan lagi sepeda tersebut. Saya tunggu sampai dia melakukan yang saya suruh sambil saya tekankan bahwa perbuatan itu tak boleh diulangi lagi.

Itu bila di sekolah, bagaimana bila di kampung atau sekitar rumah tempat bermain anak dengan teman-temannya? Dalam kondisi ini cenderung tak ada pihak ketiga sebagai penengah. Anak-anak yang suka membully biasanya memunyai latar belakang keluarga yang tak jauh beda. Jadi ketika bunda melakukan pendekatan ke orang tuanya, bukannya solusi tapi bisa jadi malah orang tua menjadi musuh dengan orang tua juga. Dalam hal ini, bekal penguatan mental dan kepribadian si anak harus ditekankan pada anak-anak kita sendiri.

Jadikan ia sosok yang percaya diri karena biasanya ‘tukang’ bully suka pada anak yang cenderung pendiam, penakut, cengeng, dan mau menuruti apa kata mereka. Anak yang percaya diri dan pemberani, ‘tukang’ bully akan mikir berkali-kali sebelum membullynya. Karena pasti si anak akan melakukan perlawanan. Titik inilah yang kadang lupa kita bekalkan ke anak kita. Mengalah dan menghindari kekerasan, seringnya itu yang ditanamkan. Ingat, prinsip ini tidak salah. Tapi akan salah ketika orang tua salah menempatkan.

Mengalah adalah tindakan salah ketika posisi dizolimi. Tindakan benar adalah dengan melawan. Pertama dengan kata-kata. Ajari anak untuk mengatakan bahwa dia tidak suka diolok, diejek, atau bagian fisiknya disakiti. Bila ini sudah dilakukan oleh anak kita tapi temannya masih tidak berubah juga, maka menghindari kekerasan adalah tindakan salah. Balas! Semampunya. Ketika diam tetap dibully atau disakiti. Protes dengan kata-kata juga tidak mengubah keadaan. Maka jalan terakhir adalah membalas atau melakukan perlawanan. Kalah menang urusan belakang. Percayalah Bunda, ‘tukang’ bully tak berani pada anak pemberani. Mulai detik ini, hapus lingkaran ‘bullying’ dimulai dari anak kita dan lingkungan terdekat dengan tidak menjadi pelaku ataupun korban. [riafariana/voa-islam.com]

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Muslimah lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Palestina Masih Berduka, Ayo Ulurkan Tangan Bantu Mereka

Palestina Masih Berduka, Ayo Ulurkan Tangan Bantu Mereka

Sahabat, Ulurtangan mari kirimkan dukungan terbaikmu untuk warga Palestina di Gaza demi menguatkan mereka menghadapi situasi mencekam ini. Mari dukung mereka dengan berdonasi dengan cara:...

Open Donasi Wakaf Pembangunan Rumah Qur'an & TK Islam Terpadu An Najjah di Jonggol

Open Donasi Wakaf Pembangunan Rumah Qur'an & TK Islam Terpadu An Najjah di Jonggol

Saat ini, Ulurtangan bersama Yayasan An Najjahtul Islam Jonggol sedang merintis pembangunan Rumah Qur’an dan Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) An Najjah dan Gedung Majelis Taklim di Jonggol,...

Ulurtangan Bersama PDUI Kota Bekasi Safari Wakaf Qur'an dan Tebar Sembako ke Pelosok Negeri

Ulurtangan Bersama PDUI Kota Bekasi Safari Wakaf Qur'an dan Tebar Sembako ke Pelosok Negeri

Mari bergabung dalam memperkuat jaringan kebaikan di pelosok negeri dengan Wakaf Al-Qur'an. Jangan ragu untuk menjadi bagian dari kebaikan ini. Abadikan harta dengan wakaf Al-Qur'an dan saksikan...

Bantu Naura, Balita Hebat Sembuh Dari Tumor Pembuluh Darah

Bantu Naura, Balita Hebat Sembuh Dari Tumor Pembuluh Darah

Hidup Naura Salsabila dipenuhi dengan rintangan yang sangat berat. Meskipun baru berusia sepuluh bulan, bayi yang imut ini harus menghadapi penyakit yang dahsyat, yaitu tumor pembuluh darah berukuran...

Rumah Keluarga Yatim Ludes Terbakar Saat Ditinggal Sholat Tarawih

Rumah Keluarga Yatim Ludes Terbakar Saat Ditinggal Sholat Tarawih

Rumah yang ditinggali keluarga yatim Ibu Turyati (34) ludes terbakar saat ditinggal berbuka puasa bersama dan sholat Tarawih. Kebakaran pada Kamis malam (23/3/2023) itu tak menyisakan barang...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X

Kamis, 09/01/2025 07:29

Pemuda, Palestina, dan Perubahan