Sabtu, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 24 Mei 2014 00:42 wib
17.513 views
Voa-Islamic Parenting (8): Ajak Si Kecil Berpikir Sejak Dini
Sahabat Shalih Keluarga Voa-Islam,
Mengajak si kecil berpikir, jangan membayangkan hal-hal rumit sebagaimana pikiran orang dewasa. Hal-hal kecil di sekitar kita bisa menjadi ajang untuk memaksimalkan potensi otak anak. Hal ini bisa dimulai ketika memilih baju yang akan dipakai setelah mandi. Biasakan si kecil sendiri yang memilih baju mana yang akan dipakai hari ini.
Karakter tiap anak tidak sama. Mungkin saja si kecil sifatnya langsung sigap memilih sendiri baju apa yang ingin dipakainya. Atau bisa saja si kecil malah bingung karena sebelumnya Bunda belum membiasakan ia menentukan pilihan sendiri. Apapun sikap yang ditunjukkan si kecil, hadapi dengan sabar dan berikan pemahaman. Komunikasi bisa terjalin dengan baik di sini.
Bila si kecil bingung memutuskan, beri ia pilihan dua atau tiga saja. Jangan terlalu banyak. Bila ia tetap bingung, sebagai langkah awal bantu ia memilih. Hari ini baju A, esok minta ia memilih antara B dan C.
Sebaliknya, bila si kecil dengan sigap langsung memutuskan baju mana yang diambil, ajak komunikasi mengapa ia memilih baju tersebut. Anak yang dengan cepat memutuskan seperti ini, biasanya karakternya jelas: ia tahu apa yang dimau. Sebagaimana anak kecil lainnya, bisa jadi si kecil akan memilih baju yang sama berturut-turut. Inilah saatnya Bunda berperan memberikan penjelasan padanya bahwa baju yang lain pun juga memunyai hak untuk dipakai.
Kondisi memaksimalkan otak untuk berpikir bisa terjadi ketika si kecil meminta mainan atau jajanan. Biasakan tidak memanjakan anak dengan memenuhi apapun yang diinginkannya. Si kecil harus mulai belajar memilih. Hari ini ia memilih membeli jajanan atau mainan. Bantu si kecil memutuskan. Bila ia memilih mainan, masih ada jajanan di rumah bikinan Bunda sendiri. Sedangkan bila memilih jajanan, toh masih banyak mainan yang bisa dipakai bermain di rumah. Dia tidak bisa mendapatkan keduanya dalam waktu bersamaan meskipun orang tua mampu membelikan.
Kemampuan berpikir untuk mengambil keputusan seperti ini sangat berperan bagi perkembangan kemampuan anak dalam menimbang dan memilih sesuatu. Ketika besar nanti, ia senantiasa memilih dan memutuskan sesuatu dengan penuh kesadaran dan pertimbangan. Ia akan menjadi pribadi tangguh yang memunyai pendapat sendiri dan tak mudah terombang-ambing oleh pendapat orang lain.
Seiring dengan usia anak yang makin besar, otomatis ajakan untuk berpikir pun makin beragam. Orang tua tak lagi berhak memaksakan hobi anak ketika ia sudah bisa memilh sendiri. Begitu juga dengan pilihan jurusan studi, IPA, IPS atau bahkan Bahasa. Bisa jadi dia tidak memilih SMA karena SMK lebih menarik minatnya. Orang tua tak lagi berhak mengatur hidupnya tapi sekadar mendampingi dan mengarahkan apabila anak mulai hilang tujuan.
Dalam hal cita-cita pun sama. Anak tak lagi menjadi ‘korban’ keegoisan orang tua karena cita-cita masa lalu tak tercapai. Menjadi dokter dan insinyur memang terlihat bergengsi, tapi bila anak sudah bisa memilih untuk menjadi penulis atau wartawan, maka itu pasti sudah dipertimbangkannya dengan baik. Sudah bukan zaman lagi orang tua memaksakan kehendak dan anak harus tersiksa menjalani hidup yang dipilihkan orang tuanya. Pembiasaan berpikir yang dimulai sejak dini akan menciptakan hubungan anak-orang tua yang penuh harmonisasi. Insya Allah. [iafariana/adivammar/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!