Senin, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 23 Juli 2012 01:50 wib
12.425 views
Melahirkan Anak Shalih dengan Keteladanan, Perhatian dan Kasih Sayang
Seorang lelaki yang kini sudah menjadi seorang pengusaha sukses, bercerita bahwa kehidupannya sangat bersahaja ketika kecil. Ia lahir dalam sebuah keluarga sederhana yang menggantungkan penghidupan dari gaji pegawai. Kehidupan pas-pasan dengan empat orang saudara, membuatnya berpikir bahwa kebahagiaan terletak pada kekayaan yang dimiliki seseorang. Ia bahkan berpikir keras untuk menjadi seorang bisnismen sejati daripada menjadi pegawai seperti orangtuanya yang tak mampu berbuat banyak untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Jadilah ia seorang pengusaha yang memulai usahanya dari nol dengan gigih. Ia kemudian berhasil menjadi pengusaha sukses tetapi ia kemudian menjadi orang yang nyaris tak punya hati dengan berlaku sangat keras pada bawahannya. Ia sangat sering memarahi bawahannya dan mengejar target tanpa memperhitungkan kesejahteraan karyawan. Sebuah peringatan dari Allah SWT berupa kehancuran rumah tangga dan ambruknya perusahaan membuatnya kemudian menyadari bahwa kekayaan bukanlah segala-galanya yang akan membahagiakan kehidupan seseorang. Berbekal kesadaran inilah ia kemudian berusaha memperbaiki diri dan kembali sukses.
Tujuan Hidup
Kisah di atas adalah sebuah pelajaran terutama bagi kita sebagai orangtua bahwa apa yang direkam anak dalam benaknya semasa kecil adalah latar belakang terkuat yang nantinya akan banyak mempengaruhi pandangan hidup dan tindakannya ketika dewasa. Saat si anak merasa bahwa ia hidup kekurangan dan orangtuanya tidak memberikan arahan yang benar tentang tujuan hidup yang sebenarnya, anak akan mencari-cari sendiri tujuan hidup dengan persepsi yang belum tentu benar. Seperti persepsi anak tersebut yang menyangka bahwa kekayaan adalah sumber kebahagiaan.
…apa yang direkam dalam benak anak semasa kecil adalah latar belakang terkuat yang banyak mempengaruhi pandangan hidup ketika dewasa…
Sikap orangtua juga akan menjadi pijakan haluan anak untuk mengambil tindakan. Seperti sikap orangtua yang terkadang sudah merasa telah berbuat yang terbaik untuk anak-anaknya tetapi sebenarnya belum mencapai upaya maksimal. Anak tersebut merasa bahwa orangtuanya tak banyak bekerja keras untuk menyejahterakan keluarga karena ia melihat bahwa masih banyak waktu luang yang dimiliki orangtuanya diluar jam kerjanya sebagai pegawai sebuah instansi pemerintah. Melihat kondisi orangtuanya seperti itu, ia kemudian berkesimpulan bahwa ketidakoptimalan tindakan orangtuanya itulah yang membuatnya hidup dalam kekurangan. Maka, jadilah ia orang yang gila kerja dan memperlakukan anak buahnya tanpa tenggang rasa.
Usaha, baru Menerima
Sikap orangtua adalah contoh bagi anak. Bila orangtua mencontohkan sikap hidup yang suka bekerja keras tetapi tetap memberikan perhatian yang besar untuk keluarga, tentu anak juga akan belajar bekerja keras untuk menyayangi dan memberikan yang terbaik untuk orang-orang di sekelilingnya.
Namun, sayangnya, hingga hari ini, yang seringkali kita lihat justru adalah sikap orangtua yang tak banyak berusaha menyejahterakan kehidupan anaknya tetapi merasa sudah lelah bekerja. Ungkapan-ungkapan seperti, “hidup ini harus nrimo (menerima)”, sabar dan qona’ah (menerima apa adanya), lalu hidup harus banyak bersyukur adalah kata-kata yang banyak dilontarkan pada anak. Namun, minim contoh bahwa bersyukur, sikap qona’ah, dan nrimo itu adalah sikap yang wajib kita iringkan setelah berusaha semaksimal mungkin. Sehingga tak heran, jika saat ini fenomena yang terjadi pada masyarakat kita adalah fenomena orang-orang yang selalu mencari jalan pintas untuk mendapatkan uang tanpa perlu banyak berusaha. Karena itu, bukan sesuatu yang mustahil, bila sebenarnya tindakan korupsi, premanisme, kemalasan, dan kemiskinan sebenarnya berasal dari contoh-contoh yang dibangun dari rumah.
Tentu, bila kondisi ini sudah terjadi amat beratlah pertanggung-jawab kita sebagai orangtua di hadapan Allah SWT kelak. Oleh karena itu, marilah bersama-sama membangun sebuah keluarga yang benar-benar mencintai sikap suka bekerja keras dengan terlebih dahulu mengawalinya dari contoh-contoh kita sebagai orangtua yang juga konsisten bekerja keras. Berbahagialah dengan sabda Rasul-Nya:
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang berkarya. Dan barangsiapa bekerja keras untuk keluarganya maka ia seperti pejuang di jalan Allah Azza wa Jalla.” (HR. Ahmad)
Dengan perkenan-Nya, Allah SWT juga akan mengijabah doa-doa kita untuk menjadikan anak-anak kita sebagai orang-orang yang gemar bekerja keras, bertanggung-jawab tetapi tetap penuh kasih sayang terhadap orang-orang di sekelilingnya. Seperti apa yang pernah kita contohkan. Seperti apa yang kita teladani dari Rasulullah SAW. [Ummu Arina/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!