Jum'at, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 8 Juni 2012 10:18 wib
15.358 views
Saat Yang Haram menjadi pilihan
Pertarungan jaman dengan lebih banyak jumlah manusia, menyuguhkan mereka berbagai cobaan dalam kehidupan. Salah satunya adalah tentang mencari nafkah.
"Mencari yang haram saja susah, apalagi mencari yang halal" begitu ucap banyak manusia yang nyaris putus asa dalam memenuhi kebutuhan perut mereka.
Ya, memang begitulah kenyataan yang kita bisa jumpai di sekitar kita sekarang ini. Banyak orang jungkir-balik bekerja dan mengumpulkan harta demi sesuap nasi, dan tak jarang, terselip kesalahan dalam langkah tersebut.
Akal tidak lagi perduli dan hati tidak lagi berontak, meski harus mengambil dan mendapatkan makanan haram yang sangat dilarang oleh Allah.
Namun betapa kasihannya manusia yang memilih yang haram untuk menjadi bahan baku darah mereka.
Tidakkah seharusnya mereka bingung, karena betapapun banyaknya harta haram itu, maka tidak akan bermanfaat bagi mereka, malah akan sangat merugikan kehidupan mereka.
Bingung? ya, ketika harta haram itu kita makan, maka gara-gara makanan tersebut, doa kita bisa tidak diterima oleh Allah.
Ibnu Abbas berkata bahwa Sa'ad bin Abi Waqash berkata kepada Nabi SAW, "Ya Rasulullah, doakanlah aku agar menjadi orang yang dikabulkan doa-doanya oleh Allah." Apa jawaban Rasulullah SAW,
"Wahai Sa'ad perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya.Dan demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amalnya selama 40 hari dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba, maka neraka lebih layak baginya." (HR At-Thabrani)
Doa adalah senjata kita. Ketika kenyataan sudah menyudutkan kita pada kenyataan paling susah sekalipun, maka tiada jalan lain bagi kita untuk mengadu kecuali kepada Allah.
Lalu jika dengan harta haram yang sudah terlanjur mengalir menjadi darah di tubuh kita, doa kita jadi tertolak, maka kemana lagi kita harus berbagi, saat manusia tak ada lagi yang bisa mengangkat kesulitan kita?
Atau ketika harta haram itu telah menjadi bagian dari tubuh kita maka akan menghalangi kita meraih surga. Seperti sabda Rasulullah SAW, ”Sesungguhnya tidak masuk surga daging dan darah yang tumbuh dari sesuatu yang haram, namun neraka lebih berhak untuknya. (HR Imam Ahmad Bin Hambal)
Bukankah semua orang akan mati, dan pastinya semua orang berharap bahwa muara dari kematian itu, adalah diperolehnya surga sebagai tempat tinggal abadi?. Lalu mengapa harus "menggorok leher sendiri" dengan mematikan kesempatan kita untuk memperoleh surga disebabkan karena sesuatu yang haram?
Ketika harta haram telah menjadi bagian dari diri kita, maka tidak diterimalah amalan kita. Rasulullah saw bersabda, "Ketahuilah bahwa suapan haram jika masuk ke dalam perut salah satu dari kalian, maka amalannya tidak diterima selama 40 hari." (HR At-Thabrani).
Apalah guna bagi kita jika kita hidup tanpa ridho Allah. Dan ketika makanan itu menjadi penghalang diterimanya amalan kita oleh Allah, maka masihkan ada makna bagi kita untuk menjadi pribadi yang pantas dibanggakan?.
Dan apalagi apa jadinya jika esok hari, Allah menghendaki kita untuk meninggal, dalam keadaan amal kita yang tertolak karena makanan haram yang kita makan?
Dan ketika harta haram itu telah menjadi pilihan kita, maka silaturrahmipun juga akan jadi sia-sia. Hal ini disabdakan oleh Rasulullah saw ,
"Barangsiapa mendapatkan harta dari dosa, lalu ia dengannya bersilaturahim (menyambung persaudaraan) atau bersedekah, atau membelanjakan (infaq) di jalan Allah, maka Allah menghimpun seluruhnya itu, kemudian Dia melemparkannya ke dalam neraka. Lalu Rasulullah saw bersabda, " Sebaik-baiknya agamamu adalah al-wara' (berhati-hati)." (HR Abu Daud).
Dan harta yang haram juga akan menjadikan sholat dan sedekah kita sia- sia. Dengarlah apa yang disabdakan Rasulullah saw,
"Barangsiapa yang membeli pakaian dengan harga sepuluh dirham di antaranya uang haram, maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama pakaian itu dikenakan." (HR Ahmad)
"Barangsiapa mengumpulkan harta haram, kemudian menyedekahkannya, maka tidak ada pahala, dan dosa untuknya." (HR Ibnu Huzaimah)
Lalu, dimanakah lagi sepantasnya harus kita letakkan dan harus apakan lagi harta atau makanan yang haram itu?
Saudaraku yang dirahmati Allah...
Kadang bagi kita, bahwa hidup adalah tentang sebuah pilihan, memilih tentang yang halal atau yang haram.
Tapi ketahuilah bahwa kebebasan memilih antara yang halal dan haram itu tidak ada. Buktinya ketika Allah melihat kita memilih yang halal, maka Allah akan memuliakan dan ketika kita memilih yang haram, maka Allah akan merendahkan...supaya apa? supaya kita memilih yang halal.
Maka tak ada pilihan lain bagi kita kecuali hanya memilih yang halal. Karena Allah selalu menginginkan kita untuk menjadi hambanya yang baik dan selalu dalam kebaikan.
(Syahidah/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!