Rabu, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 13 Juli 2011 11:53 wib
27.475 views
Kepada Pasangan Pengantin Baru...
Setelah merasakan khidmatnya akad nikah, dan meriahnya walimah, sepasang suami istri akhirnya melepaskan jubah raja dan ratu sehari mereka, dan menuju ke kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan yang penuh cobaan untuk menguji seberapa kuat ikatan yang telah terjalin dan seberapa besar komitmen dalam melaksanakan ikrar suci pernikahan. Tidak ada lagi kata aku atau kamu, melainkan kita. Tidak ada lagi sendiri, melainkan berbagi. Sebuah perjalanan penghabisan jatah usia pun dimulai.
Kemakluman semua orang atas sepasang manusia yang tengah berbunga dalam cintapun diberikan sebagai kado khusus untuk anda. Kado itu juga terkandung doa dan harapan yang besar dari orang- orang yang menyayangi anda, agar anda berdua senantiasa rukun, damai dan menemukan keindahan dari pernikahan anda tersebut. Merekapun juga berharap takdir kebaikan dalam pernikahan selalu akan melingkupi anda. Rasa lelah, dan letihnya badan setelah membantu anda dalam memeriahkan pesta seakan sirna dengan terpanjatnya doa.
Saat awal menikah, semua terasa begitu indah, tersusun dengan rapi dan harus rapi serta membahagiakan. Namun kehidupan ternyata tidak berhenti disini, bahkan justru baru saja dimulai dititik ini. Persiapan menyongsong kelanjutannyalah yang sebenarnya lebih harus dipatenkan dalam hati, agar pernikahan senantiasa bahagia. Sejenak marilah kita melihat jauh kedepan, memberi kita sedikit PR untuk bahan perenungan diri.
Masihkah tetap pengabdian, kebersamaan dan kesetiaan kita berikan kepada suami, saat usia pernikahan telah menua nanti? masihkah kita akan tetap berkata kepada suami dengan nada yang sama, yang begitu santun dan manis saat telah bertahun- tahun menikah nanti?. Masihkah kritik dan keberatan suami menjadi hal yang paling kita pikirkan sampai kita tidak bisa tidur, setelah lama kita menikah nanti? masihkah kita dengan hati- hati menjaga aroma tubuh kurang dari segar mampir di hidung suami, atau sendawa tidak terdengar oleh telinganya, atau garukan-garukan non sexy jangan sampai dilihatnya? Masihkah kita tetap tersenyum melihatnya dalam apapun keadaannya? Akankah kita tetap selalu perduli dengan waktu makan dan menjaga ketenangan tidurnya? masihkah kita akan menjadi pendengar setianya saat dia terkapar lelah oleh keadaan sulit yang menderanya? dan lain- lain, dan seterusnya.
Jawaban nyata dari contoh sederet pertanyaan diatas memang belumlah terealisasi, namun gambaran dari pelaksanaanya haruslah sudah disiapkan dari jauh- jauh hari. Pernikahan adalah mencari kedamaian, pernikahan adalah mencari kenyamanan. Lalu mengapa kita harus menjadikan diri sebagai cobaan untuk pasangan kita?
Selain itu, bersiaplah juga dengan hadirnya konflik. Lepaskan angan- angan dan kreasi impian anda dengan tetap membayangkan bahwa pernikahan akan berjalan layaknya kisah cinta putri dan pangeran di dalam dongeng.KOnflik dalam Pernikahan di dunia nyata pasti akan ada, dan sudah selayaknya kehidupan dunia, bahwa semua tak pernah berjalan mulus tanpa cobaan. Jika anda berniat menikah, maka sudah sejak awal hal tersebut harus dipahami.
Lapangkanlah pula keikhlasan untuk memaafkan. Allah mengamanahkan hanya wanita yang bisa melahirkan, yang juga berarti wanita insyaallah akan lebih mampu menahan rasa sakit. dan yakinlah bahwa mungkin ada alasan lain selain rasa sakit waktu melahirkan, yang sebenarnya diberikan oleh-Nya untuk para wanita, sebagai contohnya adalah kemampuan kita untuk memaafkan, walaupun rasa sakit terkadang terasa sebelum kemampuan itu timbul.Memaafkan pasangan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun dari kemampuan anda memaafkan, maka anda dapat mengukur seberapa besar komitmen anda pada proses membaikkan diri dan keadaan untuk tetap berpihak pada anda.
Persiapkan pula penerimaan. Banyak pasangan pengantin baru yang menilai sebuah kesempurnaan atas diri suaminya. Sayangnya penilaian itu kemudian berlanjut dengan sebuah tuntutan yang sama sekali tidak logis. ketika semua ego tidak terpenuhi, buru- buru penghakimanpun diberikan. Hal itu secara tidak langsung, berarti anda mengajari pasangan anda untuk sangat rela terlepas dari kebutuhannya atas anda.
Di dalam pernikahan, akan banyak hal-hal tentang pasangan yang tidak Anda duga sebelumnya. Ketidaksiapan Anda menerima kekurangan pasangan akan berakibat buruk bagi pernikahan.Saat ikrar pernikahan diucapkan, itu tandanya Anda siap menerima pasangan dalam keadaan apapun.Jika ternyata anda belum bisa karena keterbatasan sebagai manusia, maka lakukanlah hanya karena Allah, dan insyaAllah semua akan lebih terasa melegakan.
Persiapkan diri, kuatkan hati dengan kepasrahan dan maksimalnya usaha yang hanya karena Allah dalam menghadapi apapun halangan yang ada didepan.Genggam erat tangan suami anda dan bersiaplah menuju sebuah dunia baru, yang mungkin asing bagi anda, namun percayalah didalamnya terkandung maksud dari sang maha hidup untuk membahagiakan hambanya.
Semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah
Selamat Berbahagia
(Syahidah)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!