Senin, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 25 April 2011 18:47 wib
20.393 views
Dari Dapur, Wanita Menuju Surga
Salah satu pesan orang tua kepada para anak perempuannya adalah " Cinta suami berawal dari perut". Ketelatenan seorang wanita dalam memberikan hidangan yang memanjakan lidah bagi suaminya, ternyata memang tidak hanya berhasil memikat kasih sayang dan perhatiannya, namun juga terbukti berhasil menghidangkan kebahagiaan bagi rumah tangga mereka. Betapa tidak, suami mana yang tidak akan damai melihat sang istri begitu serius merawat dan melayaninya, serta perduli pada hal terinci termasuk pada jam makannya. Bagi suami yang sangat pintar menghargai, hal ini membuat kekurangan wanita yang menjadi istrinya seolah termaklumi oleh perbuatannya merawat dan menjaga cita rasa lidah sang suami.Dan tentunya bagi si istri, kebahagiaan sudah pasti dituainya karena kesenangan dan ridho suami memanglah menjadi tujuan akhir dari perjuangan wanita muslimah.
Maka, betapa disayangkan jika masih ada beberapa orang yang berpikir bahwa dapur bukanlah tempat wanita modern dalam `berkarir`. Bahkan sebagian dari mereka dengan ikhlasnya berbagi pahala dengan para pembantu bahkan menyerahkan semuanya kepada pembantu. Beribu alasan kesibukan dan ketidakmampuan diberikannya, termasuk alasan bahwa jaman sekarang pekerjaan rumah hanya menghambat perkembangan kreatifitas wanita.
Hanya orang- orang yang belum mengerti kedamaian sebuah melayani, yang akan berpikiran bahwa pekerjaan dapur hanya merendahkan wanita. Begitulah pendapat kebanyakan mereka, biasanya didapur, masa depan wanita...tamat.
Namun hal ini berbeda dengan pikiran para wanita yang menjunjung tinggi sebuah keikhlasan. Melayani bukan berarti memasrahkan diri menjadi pelayan. Melayani berarti meninggkatkan derajat diri, dari yang semula hanya berpikir tentang diri sendiri, dengan usaha yang keras dia tanggalkan ego untuk membahagiakan orang lain. MasyaAllah, ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, tapi juga tidak mustahil dijalankan. Wanita ajaib seperti apa yang dapat berbuat seperti ini, kecuali akan menjadi berkah bagi pasangannya. Betapapun pekerjaan rumah begitu beratnya, betapapun banyak kesibukan diluar yang menyita waktu mereka, namun seorang wanita sholehah akan tetap memfokuskan bahwa keluarga adalah nomor satu, dan karena memang itulah tanggung jawab sesungguhnya,baginya, dari Allah sang maha penguasa. Pikirannya akan dengan sadar menggiringnya untuk selalu menyempatkan waktu menyiapkan apa yang dia bisa hidangkan untuk suami tercinta. Selanjutnya, pahala baginyapun akan mengalir dengan deras dan tiket untuk masuk ke dalam surga Allah insyaallah akan digenggaman.
Memang masih banyak cara untuk membahagiakan suami kita selain dengan memasakkan makanan kesenangan beliaunya. Namun, adakah cara yang lebih indah untuk memenuhi selera makan mereka selain dengan memenuhinya dengan tangan kita sendiri. Pastilah sebuah kebanggaan bagi kita dapat merawat suami sebagai bagian dari amanah kita yang kita lakukan dengan tangan kita sendiri, dan menjadikan kita pribadi yang dapat dipercaya dalam menjaga amanah.
Maka jangan pernah menyepelekan titipan Allah, dan jangan menunggu sampai titipan itu diambil Allah barulah kita menyadari kekeliruan kita. Maka sebaiknya kita mulai menumbuhkan rasa malu, saat mengetahui bahwa sang suami cenderung menyukai penganan di luar dan atau buatan orang lain. Manfaatkan waktu sebaik mungkin belajar, karena sungguh Allah menyediakan surga bagi hambanya yang bersungguh- sungguh dalam belajar.
Siapapun anda, apapun kedudukan dan pekerjaan serta kesibukan saat ini, jangan pernah menganggap remeh hasil karya yang terolah dengan tangan kasih sayang anda dari sebuah ruangan kecil yang bernama dapur. kebahagiaan suami, perhatian dan kasih sayangnya dapat anda ikat dari sana. so, mengapa tidak buru- buru memulainya sekarang?. Selamat berburu pahala...
(Syahidah)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!