Rabu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 10 November 2010 11:15 wib
14.333 views
Kesantunan Istri Berbahasa, Pilar Keluarga Bahagia
Sifat mulia yang menonjol yang Allah anugrahkan pada wanita adalah kehalusan, kelembutan perasaan dan hati. Salah satunya adalah dalam berbahasa. Dalam banyak hal, Wanita di-manapun ia berada sejak dulu hingga sekarang, dan mungkin sampai akan datang,lebih suka menggunakan kata-kata yang lembut nan santun, di dalam semua hal. Sebagai contoh, Wanita lebih suka memakai kata-kata romantis, seperti sayang, kakanda, dll. Wanita juga lebih suka menerima pujian dari pada memuji. Selain itu, wanita sering menggunakan kata sindiran jika mengingingkan sesuatu, sedang laki-laki lebih cenderung untuk berkata terus terang. Pilihan bahasa yang digunakan wanita itu sendiri menunjukkan cerminan kepribadiannya. Lewat hal itu, orang dapat mengidentifikasi gambaran tentang karakter, watak, sikap dan sifatnya. Pemilihan bahasa yang lemah lembut, sopan, santun,teratur, jelas, dan lugas tentu saja akan menampilkan pribadi yang cantik dan elegan.
Di dalam kehidupan sehari-hari, Nabi SAW pun sering menggunakan kata-santun, lembut nan mesra ketika menyapa istri-istrinya. Ini adalah bukti, bahwa beliau SAW benar-benar memahami karakter wanita yang memiliki sifat lembut, keibuan, dan mengedepankan perasaan.
....Memang sungguh ajaib makhluk yang bernama wanita. Dengan kekuatan kelembutan dan kesantunan kata katanya dia mampu mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan....
Memang sungguh ajaib makhluk yang bernama wanita. Dengan kekuatan kelembutan kata katanya dia mampu mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan. Dengan kalimat kalimatnya pula, seorang wanita dapat berubah menjadi negosiator yang hebat. Justru karna ia mampu berpikir tidak hanya menggunakan logika, namun juga perasaan dan perkataannya yang lembut, sehingga ia menjadi seorang penyelesai masalah yang hebat.
maka rugilah jika ada wanita yang berpendapat, bahwa komunikasi akan terjalin dengan baik tidak hanya dengan kelemah lembutan serta sopan santun. Masih menurut mereka, terkadang kita perlu mengesampingkan hal hal tersebut saat mengatakan sesuatu dengan sejujur-jujurnya, atau dalam hal membela diri, untuk memberitakan kebenaran, dan atau menghujat apa yang perlu dihujat,dan untuk memaki ketika hal itu dibutuhkan. Apakah mereka lupa dengan pepatah lama yang menyebutkan lidah atau lisan bagaikan pedang. Untuk menyatakan kejujuran tidaklah harus dengan cara yang kasar,dan atau untuk menjadi tegas tidaklah harus dengan kekerasan. Penyampaian ide ataupun kritik pada suami dan atau keluarga bisa disampaikan dengan cara yang lebih halus, karena sesuatu yang baik akan berakibat baik jika dilaksanakan dengan cara yang baik dan santun. [syahidah]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!