Senin, 4 Jumadil Awwal 1446 H / 1 November 2010 19:31 wib
10.980 views
Narkoba Dan Alkohol Membawa Resiko Seumur Hidup Bagi Anak Dan Remaja
Konsumsi alkohol yang tinggi dan pemakaian mariyuana pada kalangan muda, berdasarkan penelitian terbaru, dapat menyebabkan risiko penurunan mental yang akan berlanjut hingga beranjak dewasa.
Para peneliti menemukan fakta dalam hasil pengukuran sebuah tes yang dilakukan bahwa remaja yang terbiasa mengonsumsi alkohol mempunyai kemampuan intelektual yang lebih rendah ketimbang remaja lain yang bukan peminum.
Profesor psikiatri dari Fakultas Kedokteran University of New Mexico School Robert Thoma mengatakan, penelitian yang dilakukan olehnya dan segenap tim bermaksud ingin mengetahui apakah konsumsi alkohol yang berat dapat menyebabkan penurunan neuropsychological di kalangan remaja. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hal tersebut berpengaruh pada peminum berat dan pengguna narkotika di kalangan orang dewasa.
”Yang menjadi masalah adalah, anak-anak yang mulai minum alkohol sejak dini dan menjadi peminum berat, dapat berpengaruh pada kesehatannya seumur hidup. Begitulah setidaknya yang ditunjukkan data dari hasil penelitian kami,” kata Robert yang bertindak sebagai ketua tim peneliti sekaligus seorang neuropsychologistini.
Lebih jauh Robert mengatakan, mungkin saja penelitian yang dilakukan timnya masih berskala kecil. Namun, tindakan yang dilakukannya tersebut bisa dibilang merupakan penelitian pertama yang menunjukkan penyalahgunaan alkohol dalam jumlah banyak dapat memicu penurunan mental bagi remaja.
Anak-anak yang mulai minum alkohol sejak dini dan menjadi peminum berat, dapat berpengaruh pada kesehatannya seumur hidup. Begitulah setidaknya yang ditunjukkan data dari hasil penelitian
Di samping mental, rupanya pemakaian narkotika juga berdampak negatif pada memori. Namun, hal ini hanya dikarenakan penggunaan narkotika semata bukan alkohol. Robert juga mengingatkan pada orang tua yang merupakan peminum dan pemakai narkoba. Pasalnya, meski anak-anak tersebut bersih dari kedua zat tadi, namun jika orangtua anak bersangkutan adalah peminum kelas berat, maka anak-anak pun berpeluang menderita penyakit.
Dalam pengukuran tes yang dilakukan, anak-anak ini menunjukkan memiliki kemampuan visuospatia yang rendah. Ini merupakan kemampuan berpikir nonverbal yang erat kaitannya dengan kreativitas, seperti dalam bidang arsitektur, musik, maupun seni. Studi dengan judul “Alkoholism: Clinical & Experimental Research” tersebut, melibatkan sedikitnya 48 remaja.
Usia mereka berkisar antara 12-18 tahun. Mereka kemudian dibagi dalam tiga grup. sejumlah 19 orang tergabung dalam kelompok peminum, 15 di antaranya merupakan remaja sehat bersih dari alkohol dan narkoba, sementara sisanya 14 orang adalah remaja yang bersih dari kedua zat itu, namun dengan orangtua yang peminum. 19 remaja kelompok pertama didiagnosis menderita ketergantungan alcohol, 12 orang di antaranya bahkan juga ketergantungan narkotika.
Dalam kelompok juga ditemukan remaja yang usianya lebih tua dibandingkan peserta lain dalam kelompok. Mereka mengaku meminum 6-20 botol per hari selama tiga bulan sewaktu terakhir mereka minum. Makin banyak alkohol yang dikonsumsi, makin rendahlah hasil tes yang mereka dapatkan, khususnya di bidang fungsi eksekutif.
Penilaian di bidang ini mencakup kemampuan membuat keputusan, perhatian penuh, dan kemampuan merencanakan masa depan. Anak-anak dalam kategori tersebut dilaporkan juga menghabiskan 30 persen waktunya dari penelitian yang dilakukan selama 90 hari, untuk minum alkohol. Mereka yang menggunakan mariyuana bahkan mengatakan 405 waktunya habis untuk mengisap mariyuana.
”Bisa Anda bayangkan, bagaimana pengaruhnya (kedua zat itu) bagi anak. Padahal, anak-anak sejak dini harus belajar untuk terorganisir dan hidup disiplin. Mereka harus bangun pagi dan berangkat sekolah dan memberi perhatian penuh pada pelajaran yang diberikan,” tutur Robert.
Akan tetapi, profesor psikologi dari Sekolah Ilmu Sains dan Sosial Universitas California Ramani Durvasula mengatakan, penelitian tersebut bagaikan membandingkan buah apel dan jeruk. Sebab, anak-anak yang menyalahgunakan alkohol dan narkotika berbeda dengan anak lainnya.
”Dan, mereka mempunyai masalah yang mungkin teman sebayanya tidak alami,” kata Ramani. Ketika berbicara tentang fungsi eksekutif, lanjut Rahmani, seperti kemampuan merencanakan masa depan ataupun mampu mengontrol sikap, jika aspek-aspek ini sudah ada dalam diri anak-anak maupun orang dewasa, kecenderungan mereka untuk minum alkohol malah semakin besar. ”Saat anak-anak mulai minum di kisaran usia 13 tahun, pasti karena kurangnya pengawasan orangtua,” katanya lagi.
Sementara, Robert mengatakan, hal tersebut bagaikan pertanyaan mana lebih dulu keluar, telur atau ayam. ”Jadi, mana yang lebih dulu, rendahnya fungsi eksekutif yang lalu memengaruhi untuk menjadi peminum, atau peminum berat yang berpengaruh pada rendahnya kemampuan eksekutifnya?” kata Robert.
Apa pun yang lebih dulu, kata Robert, yang pasti alkohol berkorelasi dengan masalah ini. ”Dalam ilmu sains, ada satu tingkatan di mana kamu amat yakin tentang sesuatu,” tambahnya.
Penelitian yang dilakukan juga tidak melihat tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan. Namun, lepas dari komentar yang dilontarkan, Ramani mengingatkan akan pentingnya pengawasan sekolah dan di rumah akan bahaya alkohol dan narkotika.
(sydh/ Sindo)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!