Rabu, 17 Jumadil Akhir 1446 H / 6 Oktober 2010 11:32 wib
7.728 views
Menjadi Pendengar Yang baik Untuk Suami
Didalam rumah tangga, komunikasi yang baik sangatlah penting untuk dilakukan. Namun, komunikasi sering secara salah kaprah diartikan hanya sebagai "berbicara". Padahal ada aspek komunikasi yang juga sangat penting, yakni mendengarkan.Dengan menjadi "active listener" yang baik, kita akan mampu membangun ruang dialog yang sehat dan produktif dengan suami. Karena seberapa keras pun seorang suami tampak dari luarnya, dia punya kebutuhan besar untuk dipahami.
Sebagian dari anda mungkin setuju dengan pernyataan bila tidak semua hal ingin dibicarakan suami. Namun saat dia bersemangat ingin menceritakan sesuatu pada anda jadilah pendengar yang baik. Bila anda tidak tertarik pada topik pembicaraannya, jangan buru buru memberikan komentar. Sebab bisa saja komentar anda salah dan membuat semangatnya untuk bercerita hilang. Cukup diam dan mengiyakan sekali-kali. Suami akan merasa nyaman bila apa yang dipikirkan bisa dikeluarkan. Secara tidak langsung suami akan merasa menemukan partner ”curhat“ yang pas untuknya.
Anda juga bisa mencoba alternatif lain, yaitu dengan memberikan perhatian penuh terhadap pembicara sebagai usaha yang sesungguhnya untuk memahami pokok-pokok penting dari apa yang suami bicarakan. Cobalah gunakan kata-kata pendorong seperti “Ya”, “Aha”, dan “Mmm”, atau dengan bahasa non-verbal lain seperti mengangguk, tersenyum, dan bahasa tubuh lainnya.
Selain itu agar terjadi kominkasi dua arah yang menyenangkan, Sesekali ajukan pertanyaan kepadanya, namun janganlah memotong pembicaraan suami. Biarkan suami menyampaikan pikiran atau perasaannya secara tuntas. Ada baiknya bila kita bersikap seperti gema. Tidak perlu menghakimi atau pun menggurui. Gema hanya memantulkan. Caranya, ulangilah dengan kata-kata anda sendiri, apa yang dimaksudkan dan dirasakan suami, sesudah suami bicara. dan jangan lupa nyatakan pengertian anda terhadap perasaannya. Disamping mengulangi isi pernyatannya, gemakan juga perasaan yang tersirat dari pernyataanya. Contohnya: “Aku bisa membayangkan perasaanmu, mas. Kau tentu merasa marah, ‘kan?”. dan yang terakhir, hindarilah “sindroma hiburan”, yaitu ketika anda berharap bahwa suami akan menghibur anda. Alih-alih, hiburlah Suami dengan menjadi pendengar yang baik. Umpamanya: “siap, boss.”. dan jangan lupa, asumsikan bahwa apa yang dikatakan suami, bisa juga bermanfaat untuk anda. Bagaimanapun, tentu ada sisi positif dari kata-katanya yang bisa anda jadikan pelajaran. (rps)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!