Sabtu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 11 Juli 2009 14:18 wib
8.357 views
Jangan Jadikan Anakmu Yatim!!!!
Anak Adalah Amanat, Pasti orang tua akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah
(voa-islam.com)-Sungguh sangat bahagia orangtua ketika mendengar tangis anaknya yang baru lahir. Seolah mendapat karunia yang tiada bandingnya, apapun akan dikorbankan. Tetapi sadarkah dia, bahwa di samping karunia itu ada tanggungjawab yang maha besar. Yaitu menghantarkan anaknya menjadi hamba Allah yang sebenarnya, yang siap mengorbankan jiwa, raga, dan seluruh aktifitasnya untuk mengabdi kepada-Nya. Allah berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam’.” (QS. Al-An’am: 162)
Disamping itu, bahwa Allah sudah membekali anak dengan fitrah tauhid (untuk mengakui ke-Tuhanan Allah dan kecondongan untuk ibadah kepada-Nya), maka orang tua wajib menjaga dan mengembangkan potensi fitrah ini. Dan pasti kelak akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Seorang imam adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di keluarganya dan ia bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan ia bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. . . . (Muttafaq 'Alaih)
Jika dia menyia-nyiakannya maka dia telah menyia-nyiakan amanah Allah dan durhaka kepadanya.
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. An-Nisa’: 14)
Secara khusus, Allah memerintahkan kepada orang tua untuk menjaga anak-anak mereka dari api neraka sebagaimana diperintahkan untuk menjaga diri mereka sendiri darinya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (QS. At Tahrim: 6)
Imam Ali berkata tentang makna perintah dari ayat ini, “didiklah anak-anakmu dan ajarkanlah (Islam) pada mereka.”
Imam adh-Dhahaq dan Muqaatil berkata, “seorang muslim wajib mengajari keluarganya (istri dan anaknya), termasuk juga kerabat-kerabatnya, budaknya yang perempuan dan laki-laki, apa saja yang telah Allah perintahkan dan larang atas mereka.”
Makna ayat ini sesuai dengan sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi; “perintahkan anakmu shalat ketika berumur 7 tahun, dan bila sudah berusia sepuluh tahun (masih meninggalkan shalat) maka pukullah.”
Menurut para fuqaha’, hal ini juga berlaku dalam masalah puasa, sebagai latihan ibadah baginya, supaya ketika sudah baligh dia terbiasa melakukan ibadah dan ketaatan, serta terbiasa meninggalkan maksiat dan perbuatan mungkar. (Lihat tafsir Ibnu Katsir)
Menurut Imam as-Sa’di makna memelihara keluarga dan anak-anak yaitu dengan mendidik dan mengajari mereka, menekankan mereka untuk melaksanakan perintah Allah, karena seorang hamba tidak akan selamat kecuali jika ia melaksanakan perintah Allah terhadap diri pribadinya dan orang-orang yang ada di bawah kendalinya, seperti istri, anak-anak, dan selain mereka yang di bawah kuasanya.
Tanggungjawab Pendidikan Anak
Pendidikan anak dalam Islam, pada dasarnya adalah menjadi tanggung jawab ibu-bapak (orang tua). Hukumnya fadlu ‘ain. Karena anak, dalam pandangan Islam, adalah amanat bagi keduanya yang harus dididik dan dipimpin. Keduanya bertanggungjawab atas anak-anak mereka.
Maka ketika orang tua muslim mendaftarkan anaknya pada lembaga pendidikan bukan berarti tanggungjawabnya dalam mendidik anak telah habis. Tanggungjawab itu masih tertumpuk di pundaknya. Sehingga dia harus tetap melakukan peran pendidikan bagi mereka.
Sesungguhnya lembaga pendidikan hanyalah pembantu bagi orangtua untuk melaksanakan didikan anak-anaknya, sebagai kewajiban dari Allah pada dirinya. Maka hendaknya seseorang mencari pembantu terbaik untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Oleh karenanya orang tua harus selektif dalam memilihkan lembaga pendidikan untuk anaknya. Karena dia akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kelak.
Mengurus pendidikan anak-anak orang Islam bukan hanya menjadi fardlu ‘ain bagi orang tuanya, tapi juga menjadi fadlu kifayah bagi tiap-tiap anggota dalam sebuah masyarakat. Hal ini didasarkan pada firman Allah QS. Ali Imran: 104
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.”
Kaum muslimin wajib mengadakan satu kelompok yang mengadakan pendidikan untuk anak-anak orang Islam, supaya pendidikan mereka tidak digarap oleh orang-orang yang tidak sehaluan, tidak seiman, dan tidak seagama. Hal ini sesuai dengan perintah Allah.
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ
Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri. . . . (QS. Al-Baqarah: 109)
Laksana Anak Yatim
Dakwah Islam membebankan kepada orangtua tanggungjawab yang besar dalam pendidikan anak. Supaya mereka mempersiapkan dengan sungguh-sungguh perbekalannya, Islam memberikan ancaman adzab (siksa) yang besar jika mereka melalaikan dan menghianatinya.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6)
Tanggungjawab ibu terhadap pendidikan anak sama besarnya dengan tanggungjawab seorang ayah, sawaun bi sawain, tutur Abdullah Nashih ‘Ulwan dalam Tarbiyatul awlad fil Islam. Bahkan perannya lebih penting dan urgen karena dia senantiasa menemani sang anak sejak bayi hingga beranjak dewasa dan mandiri. Dan Rasulullah SAW memberi perhatian khusus terhadap tanggungjawab ini melalui sabdanya: “. . . . Dan ibu sebagai pemimpin dalam rumah suaminya dan kelak ia akan mempertanggungjawabkan dari apa yang dipimpinnya.”
Selain itu ibu harus bekerjasama dengan ayah dalam mendidik anak. Jika seorang ibu mengesampingkan kewajiban pendidikan anak-anaknya karena kesibukan dengan pekerjaan dan karirnya, sibuk ngurusi kerabat dan tamu-tamunya, serta banyaknya aktifitas di luar rumah. Dan jika seorang bapak juga acuh tak acuh terhadap perannya untuk memberikan pengarahan, nasihat, pendidikan terhadap anak-anaknya dengan menghabiskan waktu luangnya untuk nongkrong dan ngobrol bersama teman-temannya, tidak diragukan lagi seorang anak akan tumbuh sebagaimana anak-anak yatim, yang tidak mendapat perhatian lebih dari orangtuanya. Hal inilah yang menyebabkan penyimpangan dan rusaknya moral anak-anak zaman sekarang ini. Semoga Allah memudahkan kita dalam mengemban seluruh amanah-Nya. Amiin!!!!
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!