Sabtu, 4 Jumadil Awwal 1446 H / 4 Juli 2009 17:14 wib
17.482 views
Menguak Sejarah Ilmu Kentut, Flatologi [Bagian 1]
Tak banyak yang tahu sejarah ilmu kentut. Padahal, bidang itu kini diteliti serius ilmuwan mancanegara.
oleh: Catur Sriherwanto
(voa-islam.com) –Tertawa, tersenyum, atau perasaan geli. Barangkali itu yang muncul seketika dalam diri seseorang saat mendengar kata atau bunyi kentut, gas buangan anus. Setelah itu, orang mungkin melupakan begitu saja bahasan ini, dijadikan bahan tertawaan dan senda gurau lebih lanjut atau bersikap biasa saja. Seolah barang yang satu ini tercipta sebagai benda biasa, atau bahkan barang cemoohan, senda gurau, main-main, sehingga terkesan tanpa makna atau memiliki arti buruk.
Namun, benarkah demikian? Jika Pencipta gas perut itu adalah Sang Mahakuasa, Maha Berilmu dan Maha Sempurna, Yang mencipta setiap sesuatu untuk tujuan pasti yang serius dan bukan untuk main-main, maka sudah pasti sikap mudah mencemooh barang seperti kentut tidaklah tepat. Sebab, itu berarti mencemooh salah satu ciptaan Allah yang Dia ciptakan dengan segenap kesempurnaan dan kehebatan luar biasa. Dan Allah Yang Mahaluas ilmu-Nya menciptakan segenap ciptaan-Nya bukan untuk tujuan agar dicemoohkan manusia yang pengetahuannya tidak seberapa itu.
Kesempurnaan serta pengetahuan tak terbatas seputar kentut hanya akan didapati orang-orang yang mau menggunakan akalnya dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk meneliti gas perut itu. Sebaliknya, kelalaian mensyukuri nikmat akal dan pikiran, akan membuat orang mudah terlena, tidak menggunakan akalnya sebagaimana mestinya dengan perilaku tidak serius dan tidak tepat. Bahkan ada yang sampai menjadikan kentut sebagai bahan olok-olok atau tertawaan.
Uraian di bawah ini mengisahkan sejarah ilmu kentut, atau yang diistilahkan sebagai Flatologi (Flatology, the science of flatulence). Kemunculan dan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan gas keluaran usus ini menjadi saksi akan segudang hal luar biasa dari kentut, beserta ilmu dan pengetahuan mahaluas dari sang Penciptanya. Di samping itu, banyak pelajaran baik darinya yang dapat dijadikan panutan, di antaranya agar manusia tidak mudah meremehkan ciptaan Allah apa pun, bahkan seremeh kentut.
Sang dokter kentut
Sejarah modern ilmu kentut tidak dapat dilepaskan dari sang perintisnya, Dr. Michael D. Levitt. Dr Levitt digelari “Dokter Kentut”, karena dialah salah seorang pakar terkemuka dunia di bidang ilmu pengetahuan tentang gas perut itu. Lebih dari 250 tulisan ilmiah mengenai kentut telah terbit di jurnal-jurnal kedokteran, di mana Dr. Levitt sebagai penulis utama atau pendamping.
Dr. Levitt adalah seorang ahli gastroenterologi yang tercatat bekerja di the Veterans Affairs Medical Center, Minneapolis, Amerika Serikat. Gastroenterologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sistem pencernaan makanan dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengannya. Tak heran jika kentut erat sekali kaitannya dengan bidang ini pula. Kentut adalah sebuah nikmat luar biasa yang diciptakan pada manusia, yang dengannya tubuh membebaskan usus besar dari gas-gas yang tak dikehendaki dan menghilangkan tekanan yang tak diinginkan dari dalam usus.
Berawal dari kentut bermasalah
Kisah asal mula kemunculan ilmu kentut bukanlah sesuatu yang sengaja dirancang dari awal. Suatu ketika pada tahun 1976 Dr. Levitt didatangi oleh seorang pasien yang selama 5 tahun telah menderita kelainan berupa kentut berlebihan. Sejak tahun 1971, sang pasien yang kala itu berusia 28 tahun mengaku telah melepaskan gas perut dalam jumlah berlebihan, jauh melebihi yang sebelum-sebelumnya.
Ini bukan sekedar pengakuan lugu sang pasien. Lebih dari itu, layaknya seorang peneliti, sang pasien mencatat dengan cermat gas keluaran duburnya itu selama 2 tahun belakangan. Ketika catatan ini ia tunjukkan kepada Dr. Levitt, sang dokter pun terkejut. Betapa tidak, berdasarkan data kentut itu, sang pasien menyemburkan gas perutnya 34 kali perhari, bahkan beberapa hari bisa mencapai 40 kali.
Dr. Levitt ternyata tidak kuasa menanggapi data-data kentut yang diperlihatkan sang pasien itu. Mengapa? Sederhana saja, sang dokter tidak memiliki data mengenai kentut pada orang sehat atau normal. Sehingga dia tidak dapat membandingkan tingkat keseringan kentut sang pasien itu dengan tingkat keseringan kentut pada orang sehat. Jadi, sudah pasti sulit mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa si pasien itu sehat atau sakit, mengalami kelainan atau tidak mengidap penyakit. Ini karena sang dokter tidak tahu, bagaimana data-data kentut seperti itu kalau pada orang sehat
Untuk mencari jalan keluar, Dr. Levitt pun lalu merekrut sejumlah orang sehat untuk mengumpulkan data-data penting mengenai kentut mereka (bersambung). (Sumber: www.hidayatullah.com)
foto: http://media.nih.gov
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!