Di Akhir Desember Harus Semakin Khawatir Bencana, Kenapa?Kamis, 26 Dec 2024 12:03 |
|
Feminisme dan Delusi Kesetaraan GenderRabu, 25 Dec 2024 20:55 |
SOLO (voa-islam.com)--Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Al Ghozali menggelar diskusi publik bertajuk LGBT dalam prespektif psikologi, hukum dan islam.
Acara ini digelar sebagai bentuk keprihatinan atas maraknya perilaku LGBT, terlebih sebanyak 23 negara di dunia mermelegalkan perkawinan sejenis.
Ustadz Furqon Mawardi menilai maraknya fenomena LGBT lantaran masyrakat jauh dari nilai-nilai dan ajaran agama. Menurutnya semua agama melarang perilaku LGBT.
Ironisnya liberalisasi dalam agama membuat LGBT seolah dilegalkan secara agama. Furqon menilai saat ini hanya ada satu agama yang konsisten melarang LGBT, yakni islam.
"Maraknya LGBT karena manusia jauh dari agama. Saat ini hanya ada satu agama yang konsisten melarang LGBT," ujar Furqon Marwardi.
Menurut Furqon, Islam telah mengatur hubungan manusia mulai yang paling dasar. Dari segi penciptaan manusia hanya diciptakan dengan jenis laki-laki dan perempuan.
Keketertarikan antar laki-laki dan perempuan juga merupakan fitrah. Namun islam mengatur ketertarikan itu baik pandangan mata, pikiran maupun hati.
"Jadi bohong kalau mengatakan ketertarikan sesama sejenis itu fitrah," imbuhnya.
Menurut Furqon, ajaran Islam memiliki nilai preventif. Hal itu terlihat dari dilarangnya umat muslim untuk mendekati perzinahan.
Oleh karena itu perbuatan yang mendekati perzinahan dilarang. Dalam Islam hukuman bagi pelaku homoseksual adalah dibunuh bila keduanya telah baligh, meskipun yang melakukan belum menikah.
Hal ini didasarkan sabda Nabi, "Barang siapa yang kalian mendapati yang melakukan perbuan kaum Luth, maka bunuhlah baik pelaku maupun objeknya."
Hukuman kedua dirajam sebagaimana hukuman bagi orang yang berzina. Pendapat ini dikemukaan oleh Imam Syafi'i. Sedang Abu Hanifah berpendapat hukuman bagi homoseksual di ta'zir atau dibina.
"Hukum pokok bagi pelaku LGBT adalah dibunuh. Bisa saja di bina, tapi jika negara, maupun lingkungan memberi dukungan pada LGBT pembinaan tidak akan memberi dampak," tandasnya.
Sementara itu, Setya Asyanti dosen psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menegaskan bahwa LGBT bukan gejala genetis. Faktor lingkungan menjadi penentu.
Namun demikian, terapi keluarga tidak dapat berdiri sendiri, bukan hanya keluarga diminta melakukan pendampingan namun juga kuat menerima persoalan tersebut.
Sebab jika secara psikologis keluarga tidak kuat menghadapi persoalan tersebut, anggota keluarga yang menjadi pelaku LGBT justru bakal lari dan bergabung dengan kelompoknya.
"Komunitas dalam masyrakat hendaknya jangan permisif, tapi turut memgembalikam mereka pada fitrahnya" ujar Setya.
Namun demikian, ironisnya di sisi lain, pelaku LGBT aktif melakukan kampenye persamaan hak. Lebih dari itu mereka juga melakukan hal biadab dalam menyebarkan penyimpangan ini.
"Misalnnya dengan cara menjebak teman sehingga menjadi LGBT. Mereka tidak memikirkan resiko jangka panjang," tandasnya. * [Aan/Syaf/voa-islam.com]
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com
Di Akhir Desember Harus Semakin Khawatir Bencana, Kenapa?Kamis, 26 Dec 2024 12:03 |
|
Feminisme dan Delusi Kesetaraan GenderRabu, 25 Dec 2024 20:55 |