Hati dan Telinga Orang Kafir Tertutup dari Kebenaran

JAKARTA (voa-islam.com) - Betapa Allah Rabbul Alamin dengan sangat jelas memberikan gambaran tentang orang kafir, seperti di dalam surah al-Baqarah ayat 6, yang artinya :

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu peringatan, mereka tidak juga akan beriman”.

Kemudian, yang dimaksud dengna orang kafir : Innal ladzina kafaruu’, yaitu orang-orang yang menutupi dan menyembunyikan kebenaran. Allah Rabbul Alamin telah menetapkan bagi mereka bahwa baik mereka engkau (Muhamad shallahu alaihi wassalam) beri peringatan atau tidak, mereka akan tetap kafir, dan tidak mempercayai apa yang engkau bawa.

Maksudnya, orang kafir itu, orang yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala hidup dalam kesengsaraan , maka ia tidak akan pernah merasakan kebahagiaan. Dan orang yang disesatkan-Nya, maka ia tidak akan pernah mendapatkan petunjuk.

Maka janganlah biarkan dirimu binasa, karena kesedihan terhadap mereka, dan sampaikanlah risalah (Islam) kepada mereka.

Selanjutnya,  bagiamana Allah Ta’ala menjelaskan tentag orangn-orang kafir itu, dikatakan dalam al-Baqarah ayat 7 ; “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat pedih”.

Tentang firman-Nya ‘Khatamallahu’, as-Suddi mengatakan, bahwa artinya Allah tabaraka wa Ta’ala telah mengunci mati’.  Dan, masih dengan ayat ini, Qatadah, mengatakan, “Syaithan telah menguasai mereka, karena mentaatinya. Maka Allah mengunci mata hati, pendengaran mereka, serta pandangan hidup mereka tertutup, sehingga mereka tidak dapat melihat petunjuk , tidak dapat mendengarkan, memahami dan berfikir.

Ibnu Juraij menuturkan  bahwa Mujahid berkata, “Yang dimaksud ‘KHATAMA’ pada ayat diatas adalah “Atthab’u. Maksudnya, berbagai macam dosa telah melekat dalam hati dari segala arah, sehingga dosa-dosa tersebut benar-benar bersemayam di dalamnya, dan inilah kondisi di mana hati terkunci mati”.

Lebih lanjut Ibnu Juraij, mengatakan, bahwa “Yang dimaksud mati adalah pendengaran mereka”.

Al-Qurtubi, mengatakan, bahwa “Umat ini telah sepakat bahwa Allah Ta’ala menyifati diri-Nya dengan menutup dan mengunci mati hati orang-orang kafir  sebagai balasan atas kekufuran mereka itu, sebagaimana dalam firman-Nya, “Sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka, karena kekafirannya”. (QS : An-Nisa’ :155).

Jadi sangat berat bagi  orang-orang kafir mendengarkan ayat-ayat Allah dari masjid-masjid, dan bahkan panggilan azan di waktu shubuh. Padahal, shalat shubuh itu, diberkahi oleh Allah Azza wa jalla.

Telinga orang-orang kafir seperti ditusuk-tusuk oleh benda tajam, sangat sakit, saat mendengar ayat-ayat al-Qur’an di pagi hari, dan mendengar azan. Mereka menjadi sangat murka, terganggu dengan adanya ayat-ayat al-Qur’an yang keluar dari pengeras suara yang dikumandangkan di masjid-masjid di waktu shubuh.

Karena, hati-hati dan telinga orang kafir itu, setiap hari dimasuki bisikan syetan, dengan berbagai bujukan sesat dan mengajak menjauhkan diri mereka dari kebenaran dan kebaikan.

Sungguh berat bagi orang-orang kafir menerima hidayah dari Allah Rabbul Alamin. Hatinya sudah gelap pekat penuh dengan dosa. Telinganya telah dikunci mati dan ditutup rapat dengan berbagai kebenaran dari Allah Ta'ala.

Orang-orang kafir itu, pasti mereka akan mendapatkan azab Allah dan siksa-Nya dengan neraka jahanam dengan kekafiran mereka, dan menolak kebenaran Allah Ta’la. [tafsir ibnu Katsir]

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Liberalism lainnya:

• Tanggapi Kicau Menteri Agama, Mudir Ponpes Salman: Tak Berpuasa Ramadhan Dipenjara, Bukan Dihormati
• Narkoba Masuk ke Keluarga Muslim, Mensos: Tangkal dengan Ilmu
• Tiga Misi Besar Jokowi Menghancurkan Umat dan Bangsa Indonesia
• Kader Golkar: Era Saat Ini Banyak Retorika Tanpa Realisasi
• Asing Kuasai Migas, Ekonom: Pemerintah Acuh Ideologi & Konstitusi
• Peneliti Pertanyakan Rekomendasi Migas, untuk Rakyat atau Asing?
• Mengejutkan, Fakta Pembantaian Rohingya Dianggap Bohong
• Yusril Ihza Mahendra: Sejak Ratusan Tahun Lalu, Syari'ah Telah Menjadi Rujukan Hukum Kita