Jum'at, 2 Jumadil Akhir 1446 H / 25 September 2009 06:01 wib
8.349 views
Ada Apa Dengan Ahmadinejad dan Muntahar al Zaidi? (1)
Meskipun Ahmadinejad dan Muntahar al Zaidi bersikap keras kepada AS dan Zionis Israel Laknatullah, nasib mereka tidak akan seburuk kaum Sunni jika melakukan hal yang sama. Lho?
Ada apa dengan mereka?
Ahmadinejad berulangkali menyerang secara lisan tentang wacana penghapusan Israel dari peta dunia, lalu beberapa pekan yang lalu di Sidang Umum PBB di New York pun kembali mengecam ketidakadilan Israel dengan AS.
Iran pun tak dibombardir habis-habisan meski memiliki pembangkit listrik yang digerakkan tenaga nuklir dan memiliki lokasi pengayaan uranium bagi pengembangan nuklir untuk tujuan damai, katanya.
Ahmadinejad berulangkali menyerang secara lisan tentang wacana penghapusan Israel dari peta dunia
Begitupun dengan upaya penghinaan terhadap presiden AS kala itu, George W Bush, yang dilempar sepatu oleh Muntahar al Zaidi, wartawan Irak, namun hanya dihukum 1 tahun saja dari masa tahanan yang harus dijalani 3 tahun. Kemudian ketika dibebaskan, Al Zaidi didaulat menjadi 'simbol' heroisme Irak saat ini.
Dari kedua contoh besar diatas, AS maupun sekutunya tak bergeming dengan ulah mereka dan bahkan menganggapnya sebagai 'angin lalu' saja lantaran 'tuan' mereka seakan-akan tak merestui tindakan penyerangan secara fisik kepada warga negara dari dua negara yang bersebelahan tersebut, Iran dan Irak.
Pertanyaannya adalah bagaimana hal ini bisa terjadi?
Keyword yang pertama adalah Syiah. Syiah akan menguraikan benang kusut atas konspirasi tingkat tinggi yang dimainkan anak keturunan dan sekutu seperjuangan yahudi (semoga Allah melaknatnya)
Baca juga : Kemesraan Ahmadinejad dengan Rabbi Yahudi
Apa gerangan yang terjadi jika pemimpin dan seorang warga negara sebuah negara dengan penduduk muslim sunni melakukan tindakan serupa dengan Ahmadinejad yang dengan lantang mengutuk kebiadaban Israel?
Penjara adalah jawabannya.
Mengapa?
Karena Yahudi dan sunni tidak memiliki garis hubungan persaudaraan sejak dahulu kala, sedangkan syiah dan yahudi ada hubungan. Mau tau?
Prakarsa seorang Yahudi menelurkan Syi’ah
Adalah orang-orang Yahudi yang pertama kali menebarkan racun di dalam agama Islam ini untuk memalingkan putra-putra Islam dari agama dan aqidah yang lurus. Dan adalah Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi gembong munafik yang menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keislaman yang geram melihat Islam tersiar dan tersebar di jazirah Arab, di Imperium Romawi, negeri-negeri Persia sampai ke Afrika dan masuk jauh di Asia, bahkan sampai berkibar di perbatasan-perbatasan Eropa. Ibnu Saba’ ingin menghadang langkah Islam supaya tidak mendunia dengan merencanakan makar bersama Yahudi San’a (Yaman) untuk mengacaukan Islam dan ummatnya. Mereka menyebarkan orang-orangnya termasuk Ibnu Saba’ sendiri ke berbagai wilayah Islam termasuk ibukota Khalifah, Madinah Nabawiyah. Mereka mulai menyulut fitnah dengan memprovokasi orang-orang lugu dan berhati sakit untuk menentang Khalifah Utsman. Pada waktu itu juga memperlihatkan rasa cinta kepada ‘Ali bin Abi Thalib Rhadhiallahu ‘anhu. Mereka mengaku dan mendukung kelompok ‘Ali, padahal ‘Ali tidak ada sangkut pautnya dengan mereka.
Fitnah ini terus menggelinding. Mereka mencampur pemikiran mereka dengan aqidah-aqidah yang rusak. Dan mereka menyebut diri sebagai “Syi’ah ‘Ali” (pendukung ‘Ali), padahal ‘Ali membenci mereka bahkan ‘Ali sendiri telah menghukum mereka dengan siksaan yang pedih, begitu pula putra-putra dari keturunan ‘Ali membenci dan melaknat mereka, akan tetapi kenyataan ini ditutup-tutupi serta kemudian diganti secara lici dan keji.Pada waktu itu Persia (Majusi) juga menyimpan dendam kesumat karena di zaman Khalifah ‘Umar bin Khattab negeri kufur mereka hancur di saat puncak kejayaannya oleh ‘Umar sendiri, demikian pula Yahudi yang diusir dari Madinah oleh beliau. Maka bertemulah Majusi dan Yahudi menyatukan rencana mereka untuk menumpas Islam dari dalam.
Pengakuan tokoh-tokoh besar Syi’ah
Seorang ‘Ulama Syi’ah pada abad 3 H Abu Muhammad Al-Hasan bin Musa An-Nubakhti mengatakan dalam kitabnya “Firaq Asy-Syi’ah” : “Abdullah bin Saba’ adalah orang yang menampakkan cacian kepada abu Bakar, ‘Umar dan Utsman serta para sahabat, ia berlepas diri dari mereka dan mengatakan bahwa ‘Ali telah memerintahkannya berbuat demikian. Maka ‘Ali menangkapnya dan menanyakan tentang ucapannya itu, ternyata ia mengakuinya, maka ‘Ali memerintahkan untuk membunuhnya. Orang-orang berteriak kepada ‘Ali, “Wahai Amirul mukminin! Apakah Anda akan membunuh seorang yang mengajak untuk mencintai Anda, ahlul bait, keluarga Anda dan mengajak untuk membenci musuh-musuh Anda?” Maka ‘Ali mengusirnya ke Madain (ibukota Iran waktu itu). Dan sekelompok ahli ilmu dari sahabat ‘Ali mengisahkan bahwa Ibnu Saba’ adalah seorang Yahudi lalu masuk Islam dan menyatakan setia kepada ‘Ali. Ketika masih Yahudi ia berkata bahwa Yusa’ bin Nun adalah Washi (penerima wasiat) dari Nabi Musa ‘Alaihissalam -secara berlebihan- kemudian ketika Islamnya, setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia mengatakan tentang ‘Ali sebagai penerima wasiat dari Rasulullah (sebagaimana Musa kepada Yusa’ bin Nun). Dia adalah orang pertama yang menyebarkan faham tentang Imamah ‘Ali, menampakkan permusuhan terhadap musuh-musuh ‘Ali (yang tidak lain adalah para Sahabat yang dicintai ‘Ali) dan mengungkap para lawannya. Dari sanalah orang-orang diluar Syi’ah mengatkan bahwa akar masalah “Rafdh” (menolak selain Khalifah ‘Ali) diambil dari Yahudi. Ketika kabar kematian ‘Ali sampai ke telinga Ibnu Saba’ di Madain dia berkata kepada yang membawa berita duka, “Kamu berdusta, seandainya engkau datang kepada kami dengan membawa (bukti) otaknya yang diletakkan dalam 70 kantong dan saksi sebanyak 70 orang yang adil, kami tetap meyakini bahwa dia (‘Ali) belum mati dan tidak terbunuh. Dia tidak mati sebelum mengisi bumi dengan keadilan.”
Demikianlah ucapan orang yang dipercaya oleh semua orang Syi’ah dalam bukunya “Firaq Asy-Syi’ah” [hal. 43-44. Cet Al-Haidariyah,Najef 1379 H]. Ucapan senada juga diungkapkan oleh Abu Umar Al-Kasysyi, ulama Syi’ah abad 4 H dalam bukunya yang tersohor “Rijal Al-Kasysyi” [hal. 101. Mu’assasah Al-A’lami. Karbala Iraq].
Kini setelah lebih dari seribu tahun sebagian Hakham (pemimpin ulama) Syi’ah mengingkari keberadaan sosok Ibnu Saba’ dengan tujuan supaya tidak terbongkar kebusukan mereka. Di antara yang mengingkarinya adalah Muhammad Al-Husain Ali Kasyf Al-Ghitha di dalam kitabnya “Ashl Asy-Syi’ah wa ashuluha.” Namun anehnya banyak sekali kitab-kitab Syi’ah yang mengukuhkan tentang keberadaan Ibnu Saba’ sebagai peletak batu pertama agama Syi’ah. Sebagian ulama Syi’ah kontemporer telah mengubah pola mereka dan mulai mengakui adanya tokoh Ibnu Saba’, setelah bukti tampak di depan mata mereka dan tidak bisa lagi mengelak. Mengelak harganya sangat mahal bagi mereka sebab konsekuensinya adalah menganggap cacat sumber-sumber agama mereka.karena itu Muhammad Husain Az-Zen seorang Syi’ah kontemporer mengatakan, “Bagaimanapun juga Ibnu Saba’ memang ada dan dia telah menampakkan sikap ghuluw (melampaui batas), sekalipun ada yang meragukannya dan menjadikannya tokoh dalam khayalan. Adapun kami sesuai dengan penelitian terakhir maka kami tidak meragukan keberadaannya dan ghuluwnya.” [Asy-Syi’ah wa At-Tarikh, hal. 213].
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!