Kamis, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 16 Juli 2009 15:58 wib
9.418 views
Sistem Pendidikan ala Barat, islamikah ?
Akhir-akhir ini ada tendency yang meningkat dikalangan sebagian para orang tua yaitu kebanggan mereka memasukkan anak-anak mereka ke sekolah SBI ( sekolah berstandar internasional) dengan asumsi bahwa sekolah ini dapat memberikan kepuasan akan hausnya mutu pendidikan yang berkualitas.
Hal ini mungkin disebabkan ketidakpuasan para orang tua kepada mutu pendidikan yang diberikan sekolah-sekolah negeri, atau hanya karena rasa gengsi dan bangga kepada sekolah-sekolah tersebut, bahkan terkadang sampai memaksakan anak didik yang memiliki keterbatasan kemampuan seperti dengan mendongkrak nilai mereka supaya dapat memasuki sekolah ini.
Perlu diketahui bahwa sekolah-sekolah ini secara umumnya telah mengadopsi sistem pendidikan barat, yang nota benenya adalah sistem yang lebih mementingkan keuntungan materi ketimbang ukhrawi. Lebih mendahulukan wawasan keilmuwan anak dari pada penerapan akhlak mereka, karena mereka lebih memfokuskan kepada keinginan anak didik dari pada perkara yang mengarahkan mereka kepada kebaikan.
Bukannya kita menolak setiap hal baru yang datang dari barat, terutama yang berhubungan dengan teknologi modern yang bermanfaat bagi kita. Islam selalu terbuka untuk menerima hal-hal yang baru selama tidak bertentangan dengan ajaran Allah dan RasulNya. Tetapi apabila hal itu bertentangan dengan ajaran islam maka kita menolaknya, karena Al-Quran dan Sunah yang sesuai dengan pemahaman para salafus sholih sebagai dasar mengukur perkara-perkara yang lain.
Sebagaimana Allah berfirman :
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
59 kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ( surat An-nisa- 59).
Islam merupakan ajaran yang semurna, mencakup semua sendi-sendi kehidupan manusia. Tidak ada satu perkarapun, baik yang kecil maupun besar
Islam merupakan ajaran yang semurna, mencakup semua sendi-sendi kehidupan manusia. Tidak ada satu perkarapun, baik yang kecil maupun besar maka telah diberikan tuntunannya oleh Rasulullah Shallawahu ‘alaihi wasallam seperti yang dikatakan oleh Abu Dzar radhiallahu anhu :
- عَنْ أَبِي ذَرٍّ ، قَالَ : تَرَكْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَمَا طَائِرٌ يُقَلِّبُ جَنَاحَيْهِ فِي الْهَوَاءِ ، إِلا وَهُوَ يُذَكِّرُنَا مِنْهُ عِلْمًا ، قَالَ : فَقَالَ : صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ ، ويُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ ، إِلا وَقَدْ بُيِّنَ لَكُمْ.
artinya : dari Abu Dzar radhiallahu anhu berkata : “ Rasulullah shallawahu ‘alaihi wasallam meninggalkan kami, tidaklah ada burung yang mengepakkan sayapnya di udara melainkan beliau telah memberitahukan kepada kita ilmunya, lalu beliau berkata : lalu Rasulullah shallawahu ‘alaihi wasallam bersabda : “ tidak ada satu perkarapun yang tertinggal yang dapat mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka , melainkan telah dijelaskan kepada kalian “ ( hadits riwayat Imam Thabrani dalam mu’jamul kabir :2/155 nomer 1647).
Rasulullah telah menerangkan kepada kita sampai hal mungkin remeh yaitu burung yang mengepakan sayapnya diudara, apalagi masalah pendidikan yang bukanlah hal baru dalam ajaran islam, karena wahyu yang pertama turun berisi perintah mencari ilmu, demikian juga ketika barat dizaman kegelapan maka islam telah menerangi dunia dengan cahaya ilmunya.
Islam membedakan antara istilah tarbiyah dengan ta’lim, karena istilah tarbiyah tidak hanya sekedar mentransfer ilmu dari seorang guru kepada muridnya, tapi merupakan transfer akhlaq dan ilmu sehingga seorang murid dapat menjadikan gurunya sebagai panutan dalam segala hal kebaikan. Maka hal ini memerlukan proses yang berkesinambungan.
Ada beberapa ajaran dalam sistem pendidikan barat yang bertentangan dengan ajaran islam misalnya sebagian ahli pendidikan mereka mengatakan bahwa “ kita tidak boleh mengatakan kepada anak jangan atau tidak karena akan menjatuhkan mental mereka”.
Hal ini tidak benar secara mutlak karena bertentangan dengan islam. Kemudian sebagian ahli pendidikan muslim kita yang terlalu fanatik dengan semua yang berasal dari barat, dimana mereka sudah sampai kepada keputusan ini mereka berusaha menguatkan pernyataan ini dengan dalil-dalil dari Al-quran maupun Sunah. Diantara yang mereka jadikan sebagai dalil adalah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiallahu anhu bahwa beliau berkata :
“خَدَمْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ فَمَا قَالَ لِي أُفٍّ وَلَا لِمَ صَنَعْتَ وَلَا أَلَّا صَنَعْتَ”
Artinya : “aku menjadi pembantu Nabi sallawahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun beliau tidak pernah berkata kepadaku uf atau kenapa kamu melakukannya dan tidak juga kenapa kamu tidak melakukannya”( hadits riwayat Imam Bukhari)
Benar, Rasulullah shallawahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mengatakan tidak ataupun jangan kepada satu perkara yang dilakukan sahabat selama tidak mengandung unsur kesalahan maupun dosa, namun apabila mengandung unsur kesalahan atau dosa maka beliau adalah orang yang paling hati-hati dan tegas dalam masalah itu.
Mereka mengatakan bahwa ini karena rasa kasih sayang beliau kepada sahabat. Tapi kasih sayang Nabi kepada para sahabat tidak bermakna beliau tidak pernah marah kepada sahabat.
Bahkan ketika cucu beliau hendak makan buah kurma sedekah maka beliau melarangnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya dari haditsnya Abu Hurairah radhiallahu anhu :
“أَخَذَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا تَمْرَةً مِنْ تَمْرِ الصَّدَقَةِ فَجَعَلَهَا فِي فِيهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِخْ كِخْ لِيَطْرَحَهَا ثُمَّ قَالَ أَمَا شَعَرْتَ أَنَّا لَا نَأْكُلُ الصَّدَقَةَ”
Artinya : “Hasan bin Ali radhiallahu anhu mengambil sebutir kurma sedekah lalu memasukkannya kedalam mulut, lalu Nabi sallawahu ‘alaihi wasallam berkata : kikh kikh supaya dia mengeluarkannya kemudian berkata : tidakkah kamu tahu bahwa kita tidak makan dari barang sedekah ?”
Hadits ini menunjukkan bahwa apabila ada satu kesalahan yang harus ditegur maka Nabi tegas dan tidak pernah menundanya.
Memang dalam menegur kesalahan yang dilakukan orang , Nabi menggunakan cara yang sesuai dengan tingkat keimanan mereka dan pembinaan mereka, sahabat yang telah mendapat pembinaan iman sebelumnya tidak disamakan dengan yang masih awam. Sebagaimana ketika ada seorang arab badwi yang turun gunung lalu buang air kecil dimasjid lalu sebagian sahabat marah dan hendak memukulnya, maka beliau melarangnya, karena orang tersebut masih belum mendapatkan pembinaan sebelumnya. Diriwayatkan oleh Imam Abu dawud dalam sunannya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةِ أَنَّ أَعْرَابِيًّا دَخَلَ الْمَسْجِدَ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ فَصَلَّى قَالَ ابْنُ عَبْدَةَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي وَمُحَمَّدًا وَلَا تَرْحَمْ مَعَنَا أَحَدًا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ تَحَجَّرْتَ وَاسِعًا ثُمَّ لَمْ يَلْبَثْ أَنْ بَالَ فِي نَاحِيَةِ الْمَسْجِدِ فَأَسْرَعَ النَّاسُ إِلَيْهِ فَنَهَاهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ إِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ صُبُّوا عَلَيْهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ أَوْ قَالَ ذَنُوبًا مِنْ مَاء”
Artinya : Dari Abu Hurairah bahwa seorang arab badwi masuk masjid ketika Rasulullah sallawahu ‘alaihi wasallam duduk, lalu dia sholat dua rakaat kemudian berdoa : “ ya Allah kasihilah aku dan Muhammad dan janganlah Engkau mengasihi yang lain “ lalu Rasulpun berkata : sungguh engkau telah membatasi yang luas, tidak lama kemuadian dia buang air kecil di satu sudut masjid, lalu para sahabat bergegas ke arahnya untuk memukulnya, namun Nabi melarang mereka dan beliau berkata : “ sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan bukan untuk memberi kesulitan, maka siramlah dengan seember air “.
Demikian pula yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam shohihnya dari haditsnya Abu Dzar radhiallahu anhu ketika Rasulullah shallawahu ‘alahi wasallam mencela beliau karena beliau mencela ibunya seorang maka Rasulpun berkata :
عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم له " إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ "
Artinya : dari Abu Dzar radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallawahu ‘alaihi wasallam : “ sesungguhnya engkau seorang yang didalam dirimu ada perkara jahiliyah “ (hadits riwayat Imam Bukhari 20/ 178 nomer 6050).
Kalau kita perhatikan hadits diatas, mengapa Rasulullah sangat tegas dalam menegur Abu Dzar, ini disebabkan kesalahan yang beliau kerjakan adalah berat dimata Rasulullah, begitu juga beliau adalah sahabat yang sudah lama terbina sehingga dimata Rasulullah tidak seharusnya beliau tidak mengucapkan seperti itu.
Jadi kesimpulannya, bahwa tidak semua yang datang dari barat kita boleh mempercayainya secara langsung dan bulat-bulat, tetapi harus dikembalikan kepada Allah dan RasulNya.
Kita tidak boleh menjadikan Al-Quran dan Hadits sebagai penguat bagi pendapat yang sudah kita pegang, karena keduanya adalah dasar yang mana seluruh pendapat harus dirujuk kebenarannya kepada Al-Quran dan Hadits.
Ajaran islam telah sempurna, sehingga tidak ada kontradiksi antara satu dalil dengan yang lain, jadi kita harus mengambil dalil-dalil yang ada secara keseluruhan, walaupun secara kasat mata nampak bertentangan, namun hakikatnya tidak ada pertentangan, barangkali lebih disebabkan ketidakmampuan kita memahami maksud yang terkandung dengan benar, karena antara satu dalil dengan yang lain saling menguatkan dan sinkron, jadi kita harus memahami satu perkara dengan merujuk kesemua dalil, jangan kita seperti orang yang dicela oleh Allah Ta’ala karena mengambil satu dalil sambil menutup mata dari dalil yang lain, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
" أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ"
85. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat ( surat Al-Baqarah : 85)
Kalau kita perhatikan system pendidikan barat sebenarnya tidak berhasil, karena tidak bisa melahirkan generasi muda yang berhasil dan maju dalam dunia dan akhira, mungkin mereka menjadi orang yang berwawasan luas, namun sempit dalam kehidupan social, mungkin mereka menjadi orang bisa tunduk dengan logika, namun mereka orang yang lemah iman tidak mau tunduk kepada hukum Allah, bahkan berani menentang, bahkan tidak jarang mereka berbuat durhaka dan tidak lagi menghormati orang tua. Jadi apa yang bisa diharapkan dari generasi sepeerti ini ? belum lagi mereka hanya mengejar keuntungan dunia dan materi yang fana, serta meninggalkan keuntungan akhirat yang kekal.
Oleh itu hendaklah kita kembali kepada ajaran para salafus sholih dalam segala sendi kehidupan kita, jika kita menginginkan kejayaan didunia dan akhirat sepeerti para pendahulu kita.
Oleh itu hendaklah kita kembali kepada ajaran para salafus sholih dalam segala sendi kehidupan kita, jika kita menginginkan kejayaan didunia dan akhirat sepeerti para pendahulu kita.
Wallahu a’lam bishowab.
Abu Roidah/ voa-islam.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!