Kamis, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 8 Maret 2012 13:49 wib
20.306 views
Terlalu Bersedih Karena Terlanjur Diruwat, Bagaimana Cara Taubatnya?
Assalamu'alaikum Warohmutullahi Wabarokatuh
Saya pernah dipaksa oleh nenek saya untuk melakukan ruwat (sebuah ritual musyrik), kaarena meyakini bahwa anak tunggal akan dimakan makhluk bernama bertolokolo. Saya saat itu tidak bersungguh-sungguh menjalankanya. Saya sempat shalat sunnah untuk minta maaf kepada Allah dan berharap ada perkara yang bisa membatalkan ruwat tersebut. Akhirnya saya jadi diruwat. Perasaan saya sangat sedih.
Beberapa hari kemudian ruwat tersebut diulang kembali karena ada sanat keluarga yang mengatakan kalau ruwat tersebut salah memlilih hari. Saya langsung memberontak beserta bilang kalau ruwat itu musyrik. Namun percuma saja, acara itu tetap dimulai sampai saya sembunyi di atas rumah. Dan saya diketemukan dan jadi ruwat. Setelah hari itu saya sangat membenci nenek saya sampai sekarang. Nenek saya (maaf kalau menyebarkan aib anggota keluarga) tajam mulutnya. Sejak ibu saya kecil sampai saya lahir sampai dewasa nenek saya seperti hewan kalau marah, sempat saya doakan supaya dia mendapat petunjuk dari Allah dan bertobat. Namun usianya yang sudah tua membuat saya putus asa, karena umur tua sangat susah. Dan saya sempat mengancam sanat saya yang membantu melaksanakan ruwat tersebut melalui SMS. Sampai sekarang saya masih merasa bersalah atas terlaksananya ruwat tersebut. Saya berencana pindah tempat tinggal ke tempat yang alim.
Pertanyaan saya :
- Apa yang harus saya lakukan?
- Bagaimana dosa saya pada Allah?
- Bagaimana dosa saya kepada sanat dan nenek saya?
Angga – di Bumi Allah
___________________
Jawaban:
Oleh: Badrul Tamam
Wa'alaikumus Salam Warahmatullah Wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Di antara nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah dengan menjadikannya kenal kepada Allah dan mentauhidkan-Nya. Dalam arti mengetahui hak Allah terbesar kepada dirinya berupa kesadaran untuk memberikan ibadah/pengabdian hanya kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun juga. Dan saya lihat Anda termasuk yang mendapatkan karuni dan rahmat Allah tersebut.
Selanjutnya akhi Angga yang dirahmati Allah, Kegiatan ruwatan untuk diri Anda yang dilakukan oleh nenek dan orang-orang tua Anda tersebut bagian dari kesyirikan yang seorang mukmin wajib berlepas diri dan mengingkarinya. (Silahkan baca ulasan kesyirikannya di: Ruwatan dan Kemusyrikan Dimuncul-munculkan Lagi di Indonesia)
Maka tindakan Anda yang seperti disebutkan sudah benar. Karena tidak boleh menuruti kemauan manusia sampai Ibu sendiri –orang paling besar haknya terhadap anak- dalam hal yang berlawanan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Apalagi ini syirik, bentuk kezaliman terbesar kepada Allah Ta'ala. Seorang mukmin tidak boleh dengan lapang dada atau tenang-tenang saja mengerjakannya karena menuruti keinginan manusia. Allah menerangkan hal ini dalam firman-Nya,
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Luqman: 15)
Pada ayat sebelumnya, Allah memerintahkan kepada orang beriman agar berbuat baik kepada orang tua. Salah satu bentuknya adalah dengan mentaati perintah keduanya dan menuruti kemauan mereka. Namun pada ayat selanjutnya disebutkan larangan mentaati perintah keduanya dalam masalah kesyirikan. Berarti tetap menuruti perintah orang tua dalam kesyirikan bukan termasuk bagian dari berbuat baik kepadanya. Karena hak Allah harus lebih diutamakan daripada hak manusia, sampaipun orang tua. Karena "Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada khaliq (pencipta)." (al-Hadits)
Kata Falaa Tuthi'humaa (janganlah engkau taati keduanya), adalah dalam perintah syiriknya. Adapun berbuat baik kepada keduanya masih diperintahkan untuk tetap dikerjakan. Oleh karenanya disebutkan berikutnya, Wa Shahibhumaa fii al-Dunya Ma'rufa, perlakukan orang tuamu dengan baik di dunia. Namun dalam kekufuran, kesyirikan dan maksiat itu dilarang mengikuti keduanya. Semua itu karena kelak semua manusia, dia dan orang tuanya akan dikembalikan kepada Allah di hari kiamat sebagai hamba-hamba-Nya yang menerima hisab dan balasan darinya.
Karenanya, menolak perintah dan kemauan nenek dan sanat Anda dalam kesyirikan dan kemaksiatan merupakan kewajiban. Sedangkan untuk tetap memberikan bakti dan berbuat baik kepada keduanya juga perintah yang disyariatkan dalam Islam. Kecuali mereka berdiri pada barisan musuh yang memerangi Islam, maka membunuh mereka saat terjadi kecamuk perang menjadi kewajiban. Berbaik-baik kepada mereka saat itu malah terlarang.
Maka menjawab pertanyaan ketiga, mulailah Anda untuk menunjukkan kebaikan kepada orang tua Anda, dalam hal ini adalah nenek. Terlebih dengan kebaikan Anda, mereka bisa menerima penjelasan dakwah dari Anda, lalu bertaubat kepada Allah dan meninggalkan berbagai bentuk kesyirikan. Jika pun mereka tidak mau menerima, maka tetaplah Anda bersabar. Dalam hal ini tetaplah Anda tidak boleh berbuat semena-mena dan mencaci mereka.
Namun jika Anda merasa tak mampu berdakwah kepada mereka dan merasa khawatir atas keselamatan akidah Anda karena paksaan mereka, maka keputusan Anda untuk hijrah (berpindah) ke tempat lain merupakan keputusan yang tepat.
Terlanjur Diruwat
Orang yang dipaksa diruwat dengan cara syirik sperti yang menimpa Anda, padahal hati Anda memberontak terhadap paksaan itu dan mengingkari aktifitas tersebut, maka hal itu tidak membahayakan iman Anda. Hal ini sebagaimana yang pernah dialami Amar bin Yasir yang terpaksa mengucapkan kalimat-kalimat kufur karena berada di bawan ancaman. Lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat yang berkaitan dengan kisahnya itu,
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
"Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar." (QS. Al-Nahl: 106)
Dan perasaan bersalah yang Anda rasakan menunjukkan hidupnya hati Anda dengan iman. Karenanya janganlah berlarut-larut dalam kesedihan. Jikapun (seandainya) Anda benar-benar melakukan kesyirikan maka Anda masih bisa bertaubat dengan menyesali perbuatan syirik tersebut, bertekad tidak akan mengulangi syirik bentuk apapun jika datang situasi serupa, beristighfar, dan mengisi hidup dengan ketauhidan dan amal shalih. Dan siapa yang bertaubat dari satu dosa, maka ia seperti orang yang tak pernah berdosa dengan dosa tersebut.
Diriwayatkan dari Abu Ubaidah bin Abdillah dari ayahnya, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
التَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
"Orang yang bertaubat dari dosa adalah seperti orang yang tidak memiliki dosa." (HR. Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)
Dan pastinya taubat tersebut tidak akan muncul kecuali setelah memahami syirik dan bahayanya. Sehingga dia sadar untuk bertaubat yang sesungguhnya. (QS. Ali Imran: 135)
Perlu juga Anda ketahui, maksud dosa syirik yang tak akan terampuni (QS. Al-Nisa': 48), terhapus semua amal baiknya, diharamkan masuk surga, dan wajib masuk neraka adalah syirik yang dibawa mati pelakunya. Artinya, ia meninggal dunia dengan membawa dosa syirik yang ia tidak bertaubat darinya. Sedangkan Anda yang sudah menyesal, beristighfar, dan bertaubat maka dosa syirik yang lalu tidak akan membahayakan Anda. Maka janganlah larut dalam kesedihan.
Semoga jawaban ini membawa pencerahan untuk Anda dan menentramkan hati Anda yang galau dengan apa yang telah menimpa. Wallahu Ta'ala a'lam. [PurWD/www.voa-islam.com]
Tulisan Terkait: Dosa Syirik Masih Bisa Diampuni Jika Pelakunya Bertaubat Sebelum Mati
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!