Kamis, 28 Rabiul Akhir 1446 H / 7 September 2017 13:55 wib
20.692 views
Muslimin Lemah Dibantai di Rohingya, Masih Tak Mau Jihad?
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Allah Subahanahu wa Ta'ala perintah para hamba-Nya dari kalangan mukminin untuk berjihad di jalan-Nya. Allah sebutkan hikmahnya. Yaitu untuk menolong orang-orang lemah yang terdzalimi dan terusir dari tempat tinggal mereka.
وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang lalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!".” (QS. Al-Nisa’: 75)
Bersamaan dengan itu, Syaikh al-Sa’di menyebutkan bahwa ayat ini juga mengandung celaan terhadap orang-orang yang meninggalkan jihad fi sabilillah. Padahal jihad mereka sangat dinantikan orang-orang lemah dari kalangan orang tua, wanita, dan anak-anak kaum muslimin yang sangat terdzalimi di kampung mereka.
Para mustadh’afin itu disiksa karena sebab keislamannya. Mereka tak bedaya melawan kezaliman orang-orang kafir dan tak mampu keluar wilayah mencari suaka. Kemudian mereka berdoa kepada Allah agar mengeluarkan mereka dari negeri yang penduduknya dari kalangan kuffar dan musyrikin sangat dzalim terhadap diri mereka. Orang-orang dzalim tersebut memaksanakan kekufuran dan kesyirikan atas orang-orang lemah tersebut.
Memang ayat ini turun berkaitan dengan dengan kondisi mustadh’afin (orang-orang lemah) dari kalangan orang tua, wanita, dan anak-anak kaum muslimin di Makkah. Namun sejatinya, ayat ini juga berlaku di semua tempat dan waktu yang memiliki kondisi serupa. Karena yang menjadi patokan bukan kekhususan sebab turunnya ayat tetapi kesesuaian dengan keumuman lafadz.
Pembantaian dan pembersihan etnis muslim di Rohingya, Myanmar, oleh pemerintah kafir Myanmar dan para Biksu Budha benar-benar membuat hati teriris. Video dan foto korban sangat mengerikan membuat mata yang melihatnya akan mengutuknya. Setiap manusia yang memiliki nurani pasti mengutuk dan marah. Apalagi dia seorang muslim yang seiman dengan para korban.
Teriakan mereka meminta pertolongan dan ritihan doa mereka agar dikeluarkan dari negeri yang penguasanya sangat dzalim ini menjadi maghnet bagi umat Islam menegakkan puncak amal dalam Islam ini. Tidak ada alasan lagi bagi umat Islam untuk mengelak dari kewajiban teragung ini. Peristiwa menimpa saudara kita di Rohingnya bukti bahwa jihad tetap berlaku sampai akhir zaman.
Jangan Pernah Sangka Jihad Gugur dari Kita
Kewajiban Jihad tidak pernah gugur dari seseorang mukmin untuk selama-lamanya. Sampaipun orang yang tidak mampu berjihad. Dia harus menguatkan tekad (niat) untuk berjihad di jalan Allah saat dirinya memiliki kemampuan. Jika tidak maka ia mati di atas cabang kemunafikan.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
"Siapa yang meninggal sementara ia tidak pernah berperang (berjihad) dan tidak pernah meniatkan untuknya, maka ia mati di atas cabang kenifakan." (HR. Muslim)
Imam an Nawawi rahimahullah berkata, "maknanya siapa yang melakukan ini, maka dia mirip dengan orang-orang munafik yang tertinggal dari jihad dalam sifat ini. Sebab meninggalkan jihad adalah satu cabang kemunafikan." (Al Minhaj: 13/50)
Syaikhul Islam mengatakan dalam Fatawanya, "yang dimaksud dengan nifak kecil adalah nifak dalam amal dan yang serupa, seperti berbohong ketika bicara, ingkar ketika berjanji, berhianat ketika diberi amanat, atau berlebihan ketika bertengkar. Termasuk dalam masalah ini adalah berpaling dari jihad. Sikap ini termasuk karakter orang-orang munafik. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "barangsiapa meninggal dunia sementara dia belum pernah berperang atau meniatkan diri untuk berperang, maka dia meninggal di atas satu cabang kenifakan." (HR. Muslim)
Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang lain tentang orang yang tak mau berandil dalam jihad sedikitpun,
مَنْ لَمْ يَغْزُ أَوْ يُجَهِّزْ غَازِياً أَوْ يَخْلُفْ غَازِياً فِى أَهْلِهِ بِخَيْرٍ أَصَابَهُ اللَّهُ بِقَارِعَةٍ قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa belum pernah berperang, atau memberi bekal orang yang berperang, atau menjaga keluarga orang yang berperang dengan baik, maka Alloh akan menimpakan kegoncangan kepadanya sebelum datangnya hari kiamat.” (HR. Abû Dâwud, Ibnu Majah, Thabrani, Al Baihaqi, Ibnu Abi Ashim dengan sanad Hasan)
Setelah ini, kita harus berpikir andil jihad apa yang sudah kita lakukan untuk Islam? [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!