Selasa, 14 Jumadil Awwal 1446 H / 26 Juli 2016 20:30 wib
5.814 views
A'maaq: IS Bertanggung Jawab atas Penyanderaan di Gereja di Prancis Utara
PARIS, PRANCIS (voa-islam.com) - Islamic State (IS) pada hari Selasa (26/7/2016) menyatakan bertanggung jawab atas penyanderaan di sebuah gereja di Prancis utara yang menewaskan seorang pastor dan dua pelaku serangan.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita terkait IS, A'maaq News Agency mengatakan bahwa dua pelaku penyerangan di Gereja Normandia Prancis adalah anggota Islamic State, melanjutkan bahwa serangan itu sebagai respon atas seruan untuk menyerang negara-negara koalisi Salibis pimpinan AS.
Setidaknya tiga orang tewas setelah dua pria yang membawa pisau mengambil sejumlah orang sandera di sebuah gereja di Prancis utara, kata polisi.
Menurut sumber kepolisian, antara empat dan enam orang ditahan oleh penyerang di gereja di kota Saint-Etienne-du-Rouvray di wilayah Normandy utara Prancis pada hari Selasa sebelum pasukan keamanan turun tangan dan mengakhiri situasi penyanderaan.
Kedua orang itu kemudian ditembak dan dibunuh oleh polisi.
Seorang pastor di antara para sandera dibunuh oleh para penyerang. Seorang sandera kedua juga dalam kondisi kritis, menurut Kementerian Dalam Negeri Pracis.
Laporan mengatakan Presiden Prancis Francois Hollande dan Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve sedang dalam perjalanan mereka ke tempat kejadian.
Pihak berwenang mengatakan identitas dan motif dari penyandera masih belum diketahui.
Unit penuntutan anti-teroris Prancis mengatakan akan memulai penyelidikan atas insiden mematikan itu.
Insiden itu terjadi Prancis masih belum pulih dari pembantaian Hari Bastille yang menewaskan 84 jiwa di kota Nice awal bulan ini.
Keadaan darurat telah diberlakukan di negara itu sejak November lalu, ketika para penyerang menghantam setidaknya enam tempat yang berbeda di dalam dan sekitar ibukota, Paris, meninggalkan 130 orang tewas dan lebih dari 350 lainnya terluka.
Kedua serangan di Nice dan Paris diakui oleh IS.
Pekan lalu, parlemen Prancis memperpanjang keadaan darurat selama enam bulan.
Pemerintah Paris berada di bawah tekanan untuk apa yang dikatakan kegagalan keamanan. Mereka dituduh tidak berbuat cukup untuk melindungi penduduk.
Perdana Menteri Manuel Valls telah memperingatkan awal pekan ini bahwa lebih banyak serangan dari IS mungkin melanda negara itu, yang mencoba untuk menangani para jihadis yang pulang dari zona konflik di Timur Tengah. (st/ptv)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!