Senin, 23 Jumadil Awwal 1446 H / 11 Maret 2013 18:34 wib
9.524 views
Al-Qaidah Nyatakan Tanggung Jawab Atas Pembantaian 48 Tentara Suriah di Irak
IRAK (voa-islam.com) - Al-Qaidah telah menyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan 48 tentara Suriah di Irak pekan lalu, mengatakan bahwa kehadiran mereka (tentara Suriah-Red) membuktikan kerjasama erat antara pemerintah pimpinan Syi'ah di Baghdad dengan Presiden Suriah Bashar Al-Assad.
Para pria bersenjata tak dikenal pekan lalu menyerang sebuah konvoi dari tentara Suriah yang melarikan diri melintasi perbatasan ke Irak, menyusul kemenangan-kemenangan yang diraih pejuang Suriah, dan sedang dikawal kembali ke Suriah melalui provinsi barat Anbar, yang merupakan jantung dari Muslim Sunni Irak.
"Detasemen militer berhasil memusnahkan seluruh anggota dari sebuah konvoi militer tentara Safawi (dinasti Syi'ah yang memerintah Iran dari 16 hingga abad 18-Red)," kata sayap Al-Qaidah di Irak, Negara Islam Irak, dalam sebuah pernyataan yang diposting secara online. Iran sendiri merupakan sekutu regional terdekat Bashar Al-Assad.
"Singa-singa dari gurun dan orang-orang yang dipercayakan dengan misi yang sulit menyiapkan penyergapan di jalan menuju persimpangan itu," kata pernyataan tersebut.
Kelompok Al-Qaidah Irak mengatakan kehadiran tentara Suriah di Irak menunjukkan pemerintah Baghdad "secara tegas bekerjasama" dengan Assad yang menganut faham Alawit yang merupakan cabang dari Syi'ah, dan mengatakan pemerintah Irak telah gagal untuk menyembunyikan "realitas yang tegas dari kerjasama" tersebut.
Kementerian Pertahanan Irak sendiri telah menyalahkan serangan tersebut, yang juga menewaskan sembilan tentara Irak, pada kelompok bersenjata Suriah yang mereka katakan telah menyusup ke negara itu.
Perang di Suriah, di mana para pejuang Suriah yang didominasi Sunni berjuang untuk menggulingkan Assad, meningkatkan kegentingan etnis dan sekterian dari Muslim Sunni, sekte Syi'ah dan suku Kurdi di Irak
Sejak Desember lalu, puluhan ribu demonstran Sunni Irak telah menggelar demonstrasi, terutama di provinsi Anbar, melampiaskan frustrasi yang telah dibangun sejak invasi pimpinan AS tahun 2003 menggulingkan Saddam Hussein dan kekuasaan pemerintah Irak yang mayoritas Syi'ah yang begitu menindas kaum Sunni.
Sementara kekerasan di Irak telah mereda sejak pembantaian sektarian yang menewaskan puluhan ribu orang mencapai puncak pada 2006-2007, Al-Qaidah Irak dan kelompok-kelompok pejuang Islam Sunni lainnya yang menentang Perdana Menteri Syi'ah Nuri al-Maliki, yang dekat dengan Iran telah melakukan setidaknya satu serangan besar sebulan sejak pasukan AS meninggalkan negara tersebut pada bulan Desember 2011. Pemboman dan pembunuhan masih terjadi setiap hari, sering ditujukan pada daerah-daerah Syiah dan pasukan keamanan setempat. (an/Reuters)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!