Rabu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 17 Februari 2010 10:45 wib
4.848 views
Mantan Tahanan Amerika, Kembali Bergabung Al-Qaida atau Dibunuh Orang Suku
ANBAR (voa-islam.com): Banyak warga Irak yang dibebaskan oleh pasukan Amerika setelah ditahan karena dicurigai terkait kelompok perlawanan Sunni telah dibunuh oleh suku-suku yang ingin membalas dendam atau mereka ingin kembali ke dalam jaringan Al-Qaeda.
Di gurun provinsi Anbar, sebuah keluarga mengatakan mereka harus membayar ribuan dolar "uang darah" untuk mencegah anak-anak mereka di bunuh orang-orang suku ketika mereka dilepaskan dari tahanan militer AS. Jika mereka tidak dapat mempunyai uang, anak-anak mereka sudah pasti akan menghilang - atau mereka kembali ke dalam barisan Al Qaida Irak.
"Ada tekanan dalam komunitas untuk bergabung lagi dengan kelompok perlawanan," militer AS mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Ini telah menjadi fenomena di Anbar," kata Ali Hammad, seorang syekh terkemuka di Anbar yang bekerja pada isu rekonsiliasi nasional dan menjadi penengah antara suku-suku yang berperang.
"Sulit bagi orang yang dianggap penjahat untuk meninggalkan Irak, dan karena mereka ditolak oleh masyarakat dan akan menghadapi permusuhan dari suku-suku, mereka akhirnya bergabung dengan kelompok yang sama dan bertempur lagi."
Warga Sunni Irak di jantung kota Anbar pernah menjadi kubu Al-Qaeda setelah anggota suku memihak dengan al Qaeda untuk melawan pasukan Amerika. Namun suku-suku ini kemudian beralih kesetiaan mereka kepada militer AS tahun 2007.
Di bawah perjanjian keamanan yang diberlakukan tahun lalu, militer AS telah membebaskan ribuan orang Irak yang ditahan selama perang - sebagian atas tuduhan hubungan dengan milisi Syiah dan yang lainnya atas hubungan dengan perlawanan kaum Sunni.
Pemerintah Irak telah menuduh para tahanan yang telah dibebaskan berada di balik beberapa serangan bom bunuh diri yang menghancurkan gedung-gedung publik di Baghdad sejak Agustus lalu.
"Ada tekanan dalam komunitas untuk bergabung lagi dengan kelompok perlawanan," militer AS mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Di Anbar, mantan kepala polisi Mayor Jenderal Tareq Yusuf mengatakan, polisi mengetahui paling sedikit 50 tahanan yang dibebaskan telah dibunuh oleh anggota suku-suku sejak tahun 2007.
"Kami tidak punya bukti tetapi kita tahu bahwa suku-suku membunuh mereka," kata Yusuf.
Sering kali, mungkin polisi menutup mata. Bahayanya berarti bahwa tidak semua tahanan yang berjumlah 6.000 ini atau masih berada dalam tahanan Amerika Serikat ini tertarik untuk menjadi bebas.
"Tentu saja kami ingin mereka bebas dari tahanan tetapi kita perlu memastikan bahwa kita tidak akan kehilangan dia," kata Abu Abdullah, saudara dari seorang tawanan yang ditahan di Camp Cropper(kesukaran) di dekat bandara Baghdad. "Banyak anggota suku yang bersemangat menunggu pembebasannya untuk membunuhnya."
Uang Darah
Tradisi suku di Irak sering membiarkan sebuah suku untuk membayar uang darah untuk mengimbangi pembunuhan yang dilakukan oleh seorang anggota.
Di Anbar, siapa saja yang berhubungan dengan Al Qaida, bahkan walau hanya samar-samar nasibnya akan dibunuh dan "uang darah" dari keluarga mereka tertolak.
"Nasib anak-anak Al-Qaeda adalah mati dengan satu atau lain cara," kata Sheikh Mohammed Khamees Abu Risha, yang kehilangan tiga sepupu, empat paman, ayah dan seorang kakek dengan al Qaida.
Bahkan ketika uang darah adalah penebusan dosa yang dapat diterima, beberapa mantan tahanan telah mengalami bahwa itu tidak dapat membantu mereka.
Abu Mustafa, sepupu dari seorang mantan tahanan yang dibebaskan tahun lalu dari Camp Bucca yang sekarang telah ditutup, mengatakan saudaranya dituduh membunuh seorang polisi tahun 2006.
"Militer AS sudah membebaskannya karena kurangnya bukti, tetapi meskipun demikian kami akhirnya tetap membayar 12 juta dinar ($ 10,000) dalam 'darah uang' kepada keluarga polisi setelah mereka mengancam kami," katanya.
"Kemudian semua keluarga polisi yang tewas dalam lingkungan yang sama mulai meminta kami untuk membayar uang darah untuk anak-anak mereka. Mereka kira anak kami membunuh semua orang-orang itu. Bahkan kami tidak tahu di mana dia sekarang dan kita tentu tidak dapat membayar semua uang ini. "
Abu Abdullah mengatakan tekanan itu mendorong beberapa mantan tahana kembali ke jalur peperangan.
"Saudaraku adalah salah satu dari ratusan, bahkan ribuan orang yang tidak punya tempat untuk kembali kecuali kepada kelompok-kelompok bersenjata. Kemana lagi mereka harus pergi?"
[reuters]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!