Senin, 16 Jumadil Awwal 1446 H / 20 Januari 2014 09:34 wib
17.939 views
Kemenangan al-Qaidah di Afrika dan Sahara Melawan Hegemoni Barat
TRIPOLI (voa-islam.com) - Eissa Abdel Majid yang mengenakan surban putih, duduk termangu di barak tepi gurun, ini menggambarkan kekalahannya dalam pertempuran melawan Mujahidin bersenjata yang memiliki hubungan dengan al- Qaeda.
Al-Qaidah bagaikan sebuah cahaya yang menyeruak di kegelapan malam, di mana sekarang mereka berkembang dengan pesat di Afrika Utara dan Sahara. Al-Qaidah benar-benar menjadi ancaman yang serius bagi kepentingan Barat, dan para rezim yang menjadi kolaborator Barat di kawasan itu.
Menurut Aissa Abdel Majid, mengatakan, bahwa dia sudah muak mencoba menjaga perbatasan Libya, di mana perusahaan minyak beroperasi. Tetapi, sekarang Libya berada dalam kekosongan kekuasaan, sejak jatuhnya Moammar Qaddafi, “ Karena pemerintah lemah. Mereka mendapatkan senjata dan membangun kekuatan mereka disepanjang perbatasan Libya”, ungkap Eissa.
Di pegunungan berbatu di barat daya Libya, kekuatan al-Qaidah di Afrika Utara telah mendirikan “surga” setelah pasukan Perancis dan Afrika Barat gagal mengusir mereka dari Negara Islam Mali Utara tahun lalu.
Sekarang, menurut informasi pasukan setempat, warga, pejabat dan diplomat Barat, kelompok al-Qaidah melakukan konsolidasi dan membangun kekuatannya, serta menumpuk senjata dengan berbagai jenis senjata mutakhir, dan mereka akan melakukan serangan baru, merebut Mali.
Al-Qaidah terlihat di seluruh dunia, bangkit dengan sangat luar biasa, bagaikan air bah, memiliki kemampuan konsolidasi dan mobilitas gerakan yang cepat, seperti di Yaman, Somalia, Afghanistan, Pakistan, Tanduk Afrika, Nigeria, dan di Afrika Utara.
Memang, seakan-akan mereka tampaknya dikalahkan, tetapi jaringan mereka mundur ke daerah-daerah terpencil, melakukan konsolidasi, dan akhirnya menyerang kembali. Kekuatan dan kemampun al–Qaidah sangat sulit dideteksi dan diantipasi sebagai ancaman keamanan.
Seorang perwira pasukan Libya, Mohmamad, bermarkas di Ubari - kota besar terakhir di selatan sebelum gurun pasir Sahara, yang berbatasan Niger dan Aljazair, mengatakan bahwa prajuritnya sering bertemu dengan pria berjanggut bersenjata dari Mali, Aljazair dan Libya, datang di Ubari membeli senjata dan perlengkapan perang .
“Ada bentrokan sesekali dengan mereka. Tapi kekuatan mereka lebih besar dibanding kami” kata pejabat militer Libya itu. Momhamad mengatakan banyak rakyat di Ubari adalah simpatisan aktif atau setidaknya berdagang senjata dengan al-Qaidah, ucapnya.
“Kebanyakan orang-orang tahu siapa mereka, tapi mereka berdiam dan membiarkannya, anda benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa”, katanya. “Kita tidak bisa berbuat banyak di perbatasan, dan kadang-kadang kita hanya membiarkan mereka lewat”, tambahnya.
Para pejabat AS mengkonfirmasi keberadaan kamp-kamp al-Qaidah di barat daya Libya, dan seorang pejabat PBB yang berbasis di Sebha, selatan Libya, menggambarkan kelompok al-Qaidah telah berada di seluruh wilayah Afrika Utara”, ujarnya.
Seorang perwira tinggi militer Aljazair di kota Sahara Tamanrasset, menegaskan kehadiran al-Qaeda di Libya, dan mengatakan pasukannya tetap memantau sepanjang perbatasan Mali.
Pakar terorisme dan pejabat Barat, mengatakan, bahwa al- Qaidah (Maghreb Islam), atau AQIM, telah berhasil membangun hubungan dengan kelompok-kelompok jihadis di Libya utara, terutama di kota-kota pesisir timur seperti Derna dan Benghazi, serta kelompok-kelompok militan di Nigeria, dan mempersiapkan diri melakukan serangan yang lebih luas terhadap sasaran-sasaran Barat.
Seorang pakar al-Qaidah terkemuka berpusat di Maroko yang telah mewawancarai mantan pemimpin AQIM di Mauritania, mengatakan ada tanda-tanda kelompok al-Qaidah sedang mempersiapkan merebut kembali wilayah yang lepas Mali Utara setelah pasukan Perancis pergi.
“Strategi al-Qaidah, bahwa mereka mundur ke Libya, di mana mereka dapat menyembunyikan dan menunggu Prancis pergi," kata Djalil Lounnas , seorang peneliti Aljazair di University of Montreal di “Pusat Studi Perdamaian dan Keamanan Internasional”.
Kehadiran al-Qaidah yang tumbuh di Libya selatan menakutkan Barat , terutama Inggris yang menggambarkan situasi keamanan di wilayah itu, berpotensi lebih berbahaya daripada sebelum Perancis melakukan campur tangan. Karena intervensi Perancis di Mali, setidaknya gagal menghentikan dua serangan al-Qaidah yang mematikan terhadap sasaran Barat di dekat Niger, yang dilancarkan dari Libya.
Al-Qaidah bergerak di seluruh wilayah gurun, kamp-kamp mereka sebagian besar tersembunyi di lembah-lembah pegunungan Akkakush utara dari kota Ghat, di perbatasan Libya dengan Aljazair, kata Claudia Gazzini, analis Libya dari “Internasional Krisis Group”, yang informasinya bersumber dari komandan militer Tuareg, di wilayah itu.
Suku Tuareg adalah orang-orang gurun nomaden tersebar di seluruh Sahara, Mali, Niger, Libya, Aljazair dan Mauritania. Mereka telah dimanfatkan oleh al-Qaidah kali-kali melakukan perlawanan menuntut kemerdekaan selama beberapa dekade terakhir.
Sementara itu, karena tidak mendapatkan pengakuan, maka mereka menerima tawaran al-Qaeda. Suku Tuareg memiliki pengetahuan yang mendalam tentang medan gurun yang sangat luas, dan sangat membantu kelompok al-Qaidah di wilayah itu.
Di sebuah wilayah yang kumuh di Sebha, dan dipenuhi ribuan pengungsi Tuareg , mereka mengatakan bahwa al-Qaidah, memberikan gambaran tentang masa depan dan yang layak bagi mereka. Al-Qaidah mengajak suku Tuareg berjuang bersama-sama membebaskan wilayah yang sangat luas dari cengkeraman asing, ujar seorang tokoh Tuareg.
“Kami melihat suku Tuareg pergi ke Libya timur dan kembali dengan menggunakan janggut, gaya pakaian yang Islami, dan berbicara tentang agama - mereka membayar zakat dan infaq bagi gerakan al-Qaidah”, kata Abdallah Sherif, seorang dokter Tuareg dan pekerja sosial , dan mengatakan ia menyaksikan al-Qaidah merekrut suku-suku Tuareq, ungkapnya.
Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius mengatakan kelompok Tuareq yang kehilangan haknya itu, kita harus membantu ekonomi mereka, dan memberikan insentif bagi mereka agar mereka tidak menjadi sekutu al-Qaidah”, ujar Fabius, Nopember lalu. Tetapi, semuanya sudah terlambat, karen mereka tahu, bagaimana pasukan Perancis dan Afrika Barat menembaki orang-orang yang tidak bersalah di Mali.
Di sisi lain, pernikahan antara anggota suku Tuareg dengan anggota al- Qaidah, ini memberikan perkembangan yang sangat cepat bagi masa depan gerakan al-Qaidah di seluruh Afrika melalui gurun pasir. Ini sebuah keniscayaan, dan semuanya telah terjadi.
Di daerah pesisir Libya, kekuatan anti–Qaddafi, khususnya Group Pejuang Islam Libya yang dibentuk pada 1990-an, dimana beberapa anggotanya kemudian bergabung dengan Al-Qaidah, sementara yang lain menjadi bagian dari pemerikentah Libya yang baru.
Seperti Gerakan Ansar al-Syariah yang telah dikaitkan dengan serangan menghancurkan terhadap Kedutaan AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar Christopher Stephens dan tiga diplomat lainnya tahun lalu.
Di Sebha, ada 27 kelompok milisi berlomba-lomba merebut kekuasaan, dan kemudian sekarang mereka bergabung dengan al–Qaidah. Al-Qaidah telah mengembangkan hubungan dengan beberapa milisi yang berbeda gerakan, semuanya semakin memperkokoh kekuatan al-Qaidah di Afrika Utara.
Abdel Majid , pemimpin kelompok jihad di Sebha , menyaksikan mengalirnya secara terus-menurus kelompok-kelompok jihadis antara Ubari dan Derna, mereka mendekat kepada al-Qaidah. Afrika Utara sedang menuju perubahan melalui al-Qaidah. aby/afg.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!