Amerika mencoba menenangkan Prancis terkait klaim spionase yang dilakukan Badan Keamanan Rahasia Nasional Amerika, NSA (National Security Agency), di Prancis.
Presiden Barack Obama dilaporkan menghubungi Presiden Prancis, Francois Hollande terkait isu jutaan rekaman telepon yang disadap NSA di Prancis. Dalam kesempatan tersebut Hollande dilaporkan menyatakan "ketidak setujuan yang mendalam" atau "mengutuk" tindakan Amerika yang mengganggu kebebasan individu.
Sementara Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry mengatakan Prancis adalah "salah satu sekutu tertua kami", ujarnya, Senin, 21/10/2013.
Sebelumnya dalam sebuah laporan yang diberitakan koran Prancis, Le Monde, dilaporkan bahwa penyadapan dilakukan terhadap para pejabat, pebisnis dan tersangka teror di Prancis.
Le Monde dalam beritanya menyebut sumber berita mereka berdasarkan bocoran yang diterima dari bekas analis intelejen Amerika Edward Snowden.
Pengumpulan Informasi. Gedung Putih menyatakan kedua presiden membahas isu terbaru, "Sejumlah isu yang mengganggu aktifitas kami dan sejumlah lainnya yang meningkatkan pertanyaan legitimasi hubungan kami sebagai teman dan sekutu", ujar pejabat Gedung Putih.
Caitlin Hayden
Disebutkan, "Presiden Obama menyatakan dengan jelas bahwa Amerika mulai mengkaji cara kami mengumpulkan data intelijen, jadi kami menyeimbangkan kekhawatiran legitimasi warga negara dan sekutu kami dengan kepedulian kerahasiaan yang dibagi ke semua orang."
Sementara Presiden Hollande mengatakan praktik penyadapan "tidak bisa diterima diantara teman dan sekutu karena mereka hal itu melanggar kerahasiaan pribadi warga Prancis" dan meminta "penjelasan" dari Obama.
Menlu Amerika Kerry, yang tengah berada di Paris untuk bertemu dengan pejabat Liga Arab, mengatakan bahwa Amerika akan terus melanjutkan "konsultasi bilateral" terkait isu ini.
Dalam pernyataan sebelumnya, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Caitlin Hayden mengatakan bahwa "semua negara" melakukan operasi spionase.
"Sebagai kebijakan yang jelas bahwa Amerika mengumpulkan data intelejen asing dari berbagai negara," katanya.
Laporan Le Monde menyebutkan NSA menyadap 70,3 juta sambungan telepon di Prancis dalam waktu 30 hari diantara 10 Desember tahun lalu hingga 8 Januari 2013.
Penyadapan dilakukan setelah dipicu oleh penyebutan sejumlah kata kunci. NSA juga melakukan penyadapan atas jutaan pesan teks yang dikirim.
Tidak jelas apakah isi pembicaraan dan pesan tersebut disimpan, atau hanya sebagai info metadata - detil siapa berbicara dengan siapa.
Dan koran ini tidak menginformasikan apakah operasi, yang diberi nama kode US-985D, masih berlangsung.
Isu Kegiatan Spionase
Kementerian Luar Negeri Prancis dilaporkan Duta Besar Amerika, Charles Rivkin atas dugaan penyadapan tersebut.
Wartawan BBC di Paris melaporkan kemarahan sebagian besar untuk konsumsi publik, karena pemerintah Prancis sebelumnya juga dituduh melakukan operasi serupa.
Le Monde dalam laporan Juli silam menyebut pemerintah Prancis menyimpan banyak data pribadi warga negara mereka dalam sebuah komputer super di markas badan intelejen Prancis DGSE.
Sebelum di Prancis, media Jerman juga melaporkan bahwa agen Amerika juga meretas akun surat elektronik milik mantan Preiden Meksiko, Filipe Calderon. Isu spionase Amerika mengemuka setelah Snowden, mantan pekerja di NSA mengungkap operasi pengintaian yang dilakukan Amerika pada Juni silam.
Informasi yang dia bocorkan membuka klaim bahwa spionase sistematis dilakukan NSA dan CIA dalam skala global. Dengan target utama seperti Cina dan Rusia, termasuk sejumlah sekutu seperti Uni Eropa dan Brasil.
Skandal ini juga menyebabkan NSA dipaksa mengakui bahwa mereka telah mengumpulkan data surat elektronik dan data telepon jutaan warga Amerika.
Snowden saat ini tengah berada di Rusia, dan mendapatkan suaka politik. Sementara AS meminta agar Edward Snowden di ekstradisi ke Amerika guna menghadapi tuntutan kriminal. Amerika sangat luar biasa, mematai-matai seluruh negara di dunia guna kepentingan nasionalnya, terkait dengan keamanan. Bagiamana dengan Indonesia? af/hh
.