Rabu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 24 Oktober 2012 16:30 wib
22.886 views
Mewujudkan Daulah Islamiyah dengan Menghancurkan Penguasa Murtad
Oleh: Abu Abdullah Al-Muhajir
Pengantar Redaksi: Tulisan ini adalah pembahasan terakhir dari risalah berjudul “Gerakan-gerakan Islam dan Prioritas Konflik.” Dalam edisi terakhir ini dibahas secara gamblang, tujuan besar dari meruntuhkan musuh-musuh Islam, yakni tegaknya daulah Islamiyah.
Selain itu dikemukakan sejumlah alasan mengapa penguasa murtad menjadi prioritas dari sekian banyak musuh Islam yang harus dihadapi.
Lalu pada pada bagian penutup, penulis risalah ini mengajak seluruh gerakan jihad untuk merenungi surat Ali Imran ayat 103.
Selamat membaca dan semoga risalah ini bisa menjadi referensi guna menentukan langkah kebijakan bagi tiap-tiap gerakan jihad.
Bagaimana Jalan untuk Mewujudkan Daulah Islamiyah?
Sesungguhnya semua peristiwa yang terjadi saat ini adalah buah yang nampak, dimana kelompok orang-orang beriman telah memulai upaya untuk menegakkan Daulah Islam dan membebaskan umat dari cengkraman para penguasa murtad serta orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berada di belakang mereka.
Yang dituntut dari kita pada sisa waktu yang ada sekarang adalah mencari cara tercepat untuk mewujudkan tujuan ini. Demi menjaga agar usaha para mujahidin tidak gagal dan hancur berantakan dan sebagai upaya agar selamat dalam mewujudkan tujuan yang diharapkan.
Kami berpendapat bahwa umat Islam hendaknya memulai penegakan Daulah Islam di negeri-negeri kaum muslimin itu sendiri –yang biasa disebut negara-negara Islam-, karena sangat tidak logis jika kita memulai penegakan Daulah Islam di Eropa contohnya maupun di Amerika.
Atas dasar pendapat ini, langkah pertama yang mesti dijalani adalah menghancurkan para penguasa murtad yang berada di tengah-tengah kaum muslimin tersebut, karena merekalah musuh pertama dan utama.
Dan menegakkan Daulah Islam di atas puing-puing pemerintahan murtad mereka adalah tujuan yang harus dicanangkan oleh gerakan-gerakan Jihad.
Operasi terhadap Musuh-musuh Islam yang Lain
Pertanyaan sekarang adalah, “Apakah musuh-musuh Islam akan membiarkan gerakan-gerakan jihad berkonfrontasi dengan sekutu-sekutu mereka para murtadin dan menghancurkannya, padahal mereka tahu bahwa ini hanya langkah awal sebelum menghancurkan dan membinasakan mereka ?”
Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah letupan-letupan awal dari Malhamah Kubro (perang akhir zaman). Masing-masing pihak akan berupaya untuk mengalahkan yang lain tanpa kenal belas kasihan.
Dan tidak akan ada yang beranggapan bahwa musuh-musuh Islam yang lain akan membiarkan gerakan-gerakan jihad menghancurkan para pemerintah murtad, sedangkan mereka hanya berdiam diri.
Bahkan realita yang ada adalah bahwa orang-orang kafir tersebut akan melindungi dengan segenap kekuatan dan akan berjuang mati-matian untuk mengagalkan semua program yang akan menguntungkan para mujahidin.
Oleh karena itu, di samping para mujahidin harus menghadapi musuh mereka yang utama –yaitu memerangi para penguasa murtad-, mereka juga harus benar-benar sadar bahwa disana masih ada pertempuran lain yang erat kaitannya dengan pertempuran yang pertama, yaitu pertempuran melawan musuh-musuh Islam yang lain.
Realita yang lain juga adalah, bahwa pertempuran ini bersifat sadis dan tidak mengenal belas kasihan, tetapi meskipun sadis, hal ini tidak merubah hakikat sebenarnya yaitu bahwa, pertempuran ini hanyalah perpanjangan dari konfrontasi utama saat ini.
Maka seharusnya hal itu tidak menjadikan mujahidin beralih / berpaling dari musuh utama. Mereka juga harus selalu memiliki standar / patokan, bahwa pertempuran utama dan penentu untuk menegakkan Daulah Islam adalah melawan para penguasa murtad tersebut.
Begitu juga di saat mereka mengerahkan segenap kekuatan dan upaya untuk memerangi orang-orang murtad, mereka juga harus bisa menyimpan kekuatan dan tenaga untuk menghadapi kemungkinan adanya serangan mematikan dari musuh-musuh Islam yang lain.
Namun dengan pertimbangan bahwa kekuatan yang disiapkan untuk menghadapi orang-orang murtad sudah mencukupi untuk melawan dan menghancurkan mereka.
Karena kekuatan yang diperlukan untuk menghadapi musuh-musuh Islam yang lain dalam tahap ini sebenarnya hanya untuk menakut-nakuti saja dan menjauhkan mereka dari medan pertempuran yang ada.
Upaya untuk menghadapi para penguasa murtad didahulukan daripada musuh-musuh Islam yang lain ini, sebenarnya sudah pernah dicoba dan sudah beberapa kali dilakukan eksperimen.
Diantaranya adalah eksperimen Iran. Ketika itu Syah Iran adalah antek Amerika di wilayah tersebut. Revolusi Iran mengerahkan segenap upaya mereka untuk menggerakkan massa melawan Syah Iran dan kebjakan -kebijakannya. Syah Iran pun tidak mampu untuk meredam amarah massa yang telah tersulut.
Sekutu-sekutunya yaitu orang-orang Amerika juga tidak mampu menghentikan revolusi dan justru revolusi Iran yang mampu menggulingkan Syah Iran serta mengambil kebijakan-kebijakan di Iran. -Sejak tahun 1979 hingga sekarang-, revolusi ini juga berhasil menjauhkan Amerika dari pertempuran ini, bahkan mereka juga berhasil mengusir orang-orang Amerika.
Para mahasiswa menahan semua pegawai kedutaan Amerika di Teheran selama 444 hari. Semua rakyat Amerika akhirnya berdemonstrasi menuntut agar pemerintah Iran membebaskan orang-orang yang sedang ditahan. Bahkan presiden Amerika ketika itu yaitu “Carter” berusaha untuk membebaskan orang-orang yang ditahan dengan kekuatan, tetapi hal itu gagal total.
وما شاء الله كان وما لم يشأ لم يكن
“Apa yang dikehendaki oleh Allah pasti terjadi, sedangkan yang tidak dikehendaki-Nya, tidak mungkin terjadi.”[1]
Bukti lain adalah eksperimen Sudan. Meskipun Mesir mengerahkan kekuatan militernya, tetapi Revolusi Front Pembebasan dapat mengelabuhi pemerintah Mesir (tentu di belakangnya adalah Amerika), dan mengemasnya sedemikian rupa hingga revolusi tersebut benar-benar sukses.
Bahkan karena begitu indahnya polesan yang dilakukan oleh para anggota revolusi kepada pemerintah Mesir, hingga akhirnya Mesir menjadi negara yang pertama-tama mengakui pemerintahan Revolusi Pembebasan. [2]
Kenapa Kita tidak Mulai dengan Menyerang Musuh-musuh Islam yang Sudah Eksis dan lebih Mendahulukan para Penguasa Murtad?
Asumsi bahwa perang melawan Amerik Serikat dan sekutu-sekutunya sebagai perang yang menempati urutan pertama dari pada perang melawan para penguasa murtad, akan menjadikan gerakan-gerakan jihad semakin jauh dari jalan untuk mewujudkan tujuan utamanya yaitu, -menegakkan daulah Islam-.
Karena setelah Amerika Serikat hancur di bawah serangan-serangan mujahidin, -meskipun hal itu memiliki faedah dan manfaat yang besar-, tetapi tidak akan mampu mewujudkan tujuan yang diharapkan.
Bahkan, para mujahidin akan tetap dihadapkan dengan orang-orang yang akan memperlakukan mereka dengan buruk di tanah kelahiran mereka sendiri. Merekalah para penguasa murtad yang bercokol di tengah-tengah umat Islam.
Dan ketika Amerika Serikat runtuh, alangkah mudahnya para penguasa itu untuk mencari koalisi yang lain untuk mereka. Hal ini benar-benar terjadi, seperti yang telah dilakukan oleh negara-negara yang pernah menjadi sekutu Uni Sovyet setelah runtuh.
Ketika itulah para mujahidin akhirnya terpaksa harus berperang melawan sekutu yang baru tersebut dan berusaha untuk menghancurkannya dan begitu seterusnya tanpa ujung, kecuali Allah berkehendak lain.
Disini terkadang muncul pertanyaan lain: “Sesungguhnya kewajiban memerangi para penguasa murtad tersebut terkadang tidak bisa dimengerti oleh mayoritas putra-putra Islam di zaman ini. Akibatnya bisa jadi para pendukung gerakan-gerakan jihad akan semakin mengecil.
Lantas, kenapa kita tidak memulai dengan problem yang sudah disepakati oleh kaum muslimin, sehingga dengan begitu, jumlah para mujahidin akan semakin besar ?”
Jawaban untuk pertanyaan ini ada beberapa point, sebagai berikut:
Pertama, diabaikannya pertempuran pertama dan prioritas pertama oleh gerakan-gerakan jihad akan menjadikan mereka semakin jauh dari jalan untuk mewujudkan tujuan utama, sebagaimana telah kami jelaskan di atas.
Kedua, Umat Islam tidak pernah sama sekali meraih kemenangan dengan jumlahpersonal dan logistik mereka, tetapi Allah-lah yang menolong kelompok orang-orang beriman jika Dia berkehendak meskipun jumlah personilnya sedikit dan kekuatan logistiknya sangat minim.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
“Tidaklah kemenangan itu kecuali dari sisi Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. Ali Imran: 126)
Allah Ta’ala juga berfirman :
كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Berapa banyak kelompok kecil mampu mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah, dan Allah bersama orang-orang yang sabar”. (Q.S. Al-Baqarah: 249)
Bahkan ketika suatu hari kaum muslimin mengira bahwa mereka akan meraih kemenangan karena jumlah yang banyak, tetapi justru mereka lari ke belakang (kalah). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئاً وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِما رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
“Dan pada hari perang Hunain, ketika jumlah besar kalian membuat kalian ta’jub, ternyata hal itu sama sekali tidak berguna bagi kalian, dan bumi yang demikian luas terasa sempit oleh kalian. Kemudian kalian lari tunggang langgang ke belakang.” (Q.S. At-Taubah: 25)
Dan nanti pun banyaknya jumlah pengikut tidak bisa dijadikan dalil sebuah keberhasilan. Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
“Dan alangkah banyaknya manusia (yang kufur), meskipun kamu berhasrat agar mereka beriman.” (Q.S. Yusuf: 103)
Allah Ta’ala juga berfirman :
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
“Dan jika kamu menuruti (keinginan) mayoritas manusia yang berada di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh.” (Q.S. Al-An’am: 116)
Dan jumlah pengikut yang sedikit juga bukan dalil / bukti sebuah kegagalan. Imam Ahmad Rahimahullah menriwayatkan dalam musnadnya dari Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘anhu dari Nabi Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam :
عُرِضَتْ عَلَيَّ الْأُمَمُ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّهْطَ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلَ وَالنَّبِيَّ وَلَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ
“Diperlihatkan kepadaku umat-umat, lalu aku melihat ada seorang nabi yang pengikutnya kurang dari sepuluh orang, satu orang, bahkan ada nabi yang sama sekali tidak memiliki pengikut.”
Ketiga, kelompok jihad Islam harus menjelaskan kebenaran kepada umat, bersungguh-sungguh dalam hal tersebut, mencurahkan segenap kemampuan, bersungguh-sungguh dalam menyampaikan hukum syar’i yang benar kepada umat, berdakwah kepada Allah dengan hikmah serta mendekat kepada umat dengan hal-hal yang sesuai dengan syari’at Allah untuk memperbaiki hubungan yang retak dan mempersempit jurang pemisah antara jama’ah jihad dan putra-putra umat ini.
Adapun hasilnya adalah mutlak di tangan Allah dan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan para mujahidin. Allah Ta’ala berfirman :
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
“Dan katakanlah bahwa kebenaran itu datang dari Rabb kalian, siapa yang mau silahkan beriman dan siapa yang mau silahkan menjadi kafir.” (Q.S. Al-Kahfi: 29)
Imam Al Qurthubi berkata dalam menafsirkan ayat ini :
قل يا محمد لهؤلاء الذين أغفلنا قلوبهم عن ذكرنا: أيها الناس من ربكم الحق فإليه التوفيق والخذلان, وبيده الهدى والضلال, يهدي من يشاء فيؤمن, ويضل من يشاء فيكفر; ليس إلي من ذلك شيء, فالله يؤتي الحق من يشاء وإن كان ضعيفا, ويحرمه من يشاء وإن كان قوياً غنياً, ولست بطارد المؤمنين لهواكم; فإن شئتم فآمنوا, وإن شئتم فاكفروا
“Katakanlah wahai Muhammad kepada orang-orang yang telah kami lalaikan hati mereka dari mengingat kami : ‘Wahai manusia, dari Rabb kalianlah kebenaran itu dan kepadaNya-lah petunjuk dan ketundukan, di tanganNya-lah petunjuk dan kesesatan.
Dia akan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki sehingga orang tersebut beriman dan Dia juga menjadikan sesat siapa yang Dia kehendaki sehingga orang tersebut kufur. Aku sama sekali tidak ikut campur dalam hal itu’.
Jadi, Allah akan memberikan kebenaran kepada siapa saja yang Dia kehendaki meskipun orang tersebut lemah, dan mengharamkannya kepada seiapa saja yang Dia kehendaki meskipun orang tersebut kuat lagi kaya.
Dan aku tidak akan mengusir orang-orang beriman karena menuruti keinginan kalian. Jika kalian mau silahkan beriman dan jika kalian mau silahkan kalian kafir”
Keempat, terkadang pemahaman ini menyebabkan munculnya sikap menahan diri dari memerangi penguasa dengan lisan, menjelaskan kemurtadan mereka dan menyingkap aib-aib mereka. Hal ini justru menyelisihi manhaj para nabi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ في إِبْرَاهِيمَ والذين مَعَهُ إِذْ قَالُواْ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءآؤاْ مِّنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ الله كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ العداوة والبغضآء أَبَداً حتى تُؤْمِنُواْ بالله وَحْدَهُ
“Telah ada tauladan yang baik bagi kalian pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya. Tatkala mereka berkata kepada kaum mereka : ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan juga dari apa yang kalian sembah selain Alloh. Kami ingkar kepada kalian dan telah tampak permusuhan dan kemarahan antara kami dan kalian selamanya sehingga kalian beriman kepada Alloh semata…”(Q.S. Al-Mumtahanah: 4)
Imam ibnu Katsir berkata tentang tafsir ayat ini: “Allah Ta’ala berfirman kepada hamba-hambaNya yang Dia perintahkan mereka untuk memerangi, memusuhi, dan menjauhi orang-orang kafir serta berlepas diri dari mereka.”
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya”, yaitu para pengikut beliau yang beriman.
إِذْ قَالُواْ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءآؤاْ مِّنْكُمْ
”tatkala mereka berkata kepada kaum mereka : ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian,” artinya : “Kami baro’ kepada kalian.”
وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ
“dan dari apa saja yang kalian sembah selain Allah, kami kafirkan kalian,” artinya: “Kami ingkari agama dan jalan hidup kalian.”
وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَداً
“dan telah nampak permusuhan dan kemarahan antara kami dan kalian selamanya,” artinya : “Telah dimulai permusuhan dalam kebencian antara kami dan kalian sejak sekarang. Selama kalian masih tetap di atas kekafiran kalian maka kami akan senantiasa baro’ dari kalian dan marah kepada kalian”
حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“hingga kalian beriman kepada Alloh semata,” artinya : “Hingga kalian mentauhidkan Alloh beribadah hanya kepada-Nya yang tiada sekutu bagi-Nya dan kalian melepaskan semua bentuk berhala dan tandingan-tandingan yang kalian sembah bersamanya.”
Terakhir, renungan tentang ayat: “Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah kalian bercerai-berai.”
Allah ta’ala berfirman:
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ
“Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah kalian bercerai-berai.” (Q.S. Ali Imran: 103)
Imam Al Qurthubi berkata tentang tafsir ayat ini: “Dari Abdullah bin Mas’ud”,
واعتصموا بحبل الله جميعًا ولا تفرقو
‘Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah kalian bercerai-berai’, beliau berkata : “artinya adalah Al Jama’ah”. Hal ini diriwayatkan dari beliau dan dari yang lain dengan berbagai jalur. Tetapi maknanya satu sama lain berdekatan dan saling melengkapi.
Allah memerintahkan untuk bersatu dan melarang dari perpecahan, karena perpecahan adalah kebinasaan sedangkan jama’ah adalah keselamatan.
Imam Ibnu Katsir berkata : “Firman Allah Ta’ala :
ولا تفرقوا
“Dan janganlah kalian bercerai-berai,” artinya Allah memerintahkan mereka untuk berjama’ah dan melarang mereka dari perpecahan. ”
Persatuan dan tidak berpecah belah adalah kewajiban syar’i sebagaimana pada zaman sekarang, hal itu telah menjadi tuntutan politik.
Oleh karena itu, gerakan-gerakan jihad –meskipun ingin segera sampai pada target yang diharapkan secepat mungkin-, harus menghadapi pertempuran yang sedang berlangsung ini dalam satu barisan dan satu persepsi.
Karena bersatunya mereka di hadapan musuh-musuh mereka akan mengangkat derajat mereka di sisi Allah Subhanau wa ta’ala dan akan semakin kuat menopang kemenangan mereka dengan izin Allah. Oleh karena itu, mereka harus memperhatikan hal-hal berikut :
Pertama, Bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla baik bersembunyi-sembunyi maupun terang-terangan dan yakin bahwa kemenangan itu di tangan Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki.
وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
“Dan tidaklah kemenangan itu melainkan dari sisi Alloh Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. Ali Imran: 126)
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الخيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah : ‘Ya Allah,sang Pemilik Kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki, di tanganMu-lah kebaikan. Sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Ali Imran: 26)
Kedua, bersikap tawadhu’ (rendahkan diri) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengingkari diri (tidak menonjolkan diri / ujub) dalam mewujudkan tujuan umat.
Ketiga, melakukan kajian tematis secara mendalam terhadap semua negara yang berpeluang untuk memulai upaya menegakkan daulah Islam. Kemudian menyaring mana di antara negara-negara itu yang cocok untuk ditegakkan daulah Islamiyah di dalamnya -dari berbagai aspek-.
Keempat, berupaya untuk menyatukan gerakan-gerakan dengan nama ini dan bersepakat untuk memulai dari negeri yang paling dekat dari pada yang lain supaya mencapai target setelah kajian yang mendalam.
Kelima, mengantisipasi segala kemungkinan dan memusatkan semua potensi untuk mewujudkan tujuan di negara yang sudah di sepakati serta tetap memohon pertolongan kepada Alloh semata dalam tersebut.
Keenam, menyusupkan hal-hal yang bisa menimbulkan teror bagi salibis untuk mengusir dan menteror mereka serta menghalangi mereka ikut campur membantu sekutu-sekutu mereka para penguasa murtad.
Ketujuh, menjadikan negara ini sebagai sentral dan pemberangkatan awal untuk menyempurnakan perjalanan. Kemudian berjanji kepada Allah untuk tidak menyimpan potensi apapun untuk menyempurnakan perjalanan jihad di negara-negara lain, jika Allah Subhanahu wa Ta’ala mentakdirkan kesuksesan eksperimen ini.
Ini hal terakhir yang saya sebutkan dalam lembaran-lembaran ini. Kita memohon kepada Allah agar menjadikan kebaikan dalam tulisan ini, bermanfaat bagi kaum muslimin dan menampakkan hal yang keliru kepada kita.
Maha Suci Engkau, Ya Allah. Dengan memuji-Mu kami bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang haq selain Engkau. Kami memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.
Ini adalah seruan untuk gerakan-gerakan jihad -baik bagi individu maupun para pemimpin-, untuk membahas masalah ini dan keluar dengan pola pikir serta pemahaman yang sama tentang karakter konfrontasi, prioritas juga cara menghadapinya.
Mengkaji solusi dalam konfrontasi, yaitu dengan cara mengadakan pertemuan, pengkajian, menulis, surat menyurat dan berbagai upaya lain untuk sampai pada jalan amal yang benar, yang dengannya gerakan-gerakan jihad melaksanakan kewajiban dan menyingkirkan rintangan-rintangan dari jalan, demi meraih ridha Rabb dan Penciptanya serta mengembalikan umat kepada kemuliaan dan petunjukNya.
Allah Ta’ala berfirman :
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ
“Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Alloh, dan jangan bercerai-berai.” (Q.S. Ali Imran: 103).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai Orang-orang yang beriman, jika kalian menolong agama Alloh niscaya Alloh akan menolong kalian dan meneguhkan langkah kalian.” (Q.S. Muhammad: 7).
Dan Allah Ta’ala juga berfirman
وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan janganlah kalian saling bersengketa, sehingga kalian akan terpecah dan lenyaplah kekuatan kalian dan bersabarlah. Sesungguhnya Alloh bersama orang-orang yang sabar” (Q.S. Al-Anfal: 46)
Allah-lah pemberi taufiq dan Dia-lah yang menunjuki ke jalan yang lurus
Sumber: Majalah ‘’Al Mujaahiduun’’ no. 60
Tulisan terkait:
- Pergerakan Jihad dan Prioritas Konflik
- Mengklasifikasikan Musuh Islam dan Menentukan Prioritas Menghadapinya
[1] Meskipun pertempuran ini telah banyak berubah polanya dan lebih berat, kami mengira bahwa Amerika telah merasakan pengalaman pahit dari Eksperimen Iran. Tetapi tidak mustahil eksperimen seperti ini akan terulang kembali.
[2] Sebagai bukti, disini kami menyebutkan eksperimen Iran dan Sudan, hanya sebagai bukti lapangan (waqi’) tidak lebih. Dan jika tidak, maka kita harus tetap berpegang dengan ideologi dan manhaj bagi yang ingin menerapkan 2 eksperimen ini. Dan Allah-lah pemberi taufiq.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!