Sabtu, 11 Rajab 1446 H / 11 Januari 2025 21:35 wib
320 views
Ahmad Rofiqi: Syi'ah, Kekaguman yang Bermetastasis Menjadi Kesesatan
BANDUNG (voa-islam.com) - Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung menyelenggarakan kelas ke-16-nya di Ruang Tafsir Masjid Istiqamah Bandung pada Kamis (9/1/2024) malam. Topik perkuliahan malam itu adalah sejarah dan perkembangan aliran Syi'ah yang diampu oleh Ahmad Rofiqi, Lc., M.Pd.I., pendiri Pesantren Tamaddun di Jatinangor, Sumedang.
“Syi'ah itu artinya golongan. Dulu, semua golongan disebut Syi'ah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman memanggil Syi'ah Nabi Musa. Pengikut Ali adalah Syi'ah Ali, pengikut Muawiyah adalah Syi'ah Muawiyah,” ungkap Alumni Prodi Qur’an Kuliyah Dakwah Islam Tripoli Libya itu.
Namun, tutur Rofiqi, dengan semakin fanatiknya pengikut Ali bin Abi Thalib Radiyallahu Anhu (RA) terhadap dirinya, istilah Syi'ah menjadi identik dengan yang dikenal masyarakat sekarang. Akan tetapi, kalangan Syi'ah sendiri terbagi ke dalam beberapa kategori, mulai dari yang paling mild hingga yang ekstrem.
Secara terperinci, Rofiqi menjelaskan adanya golongan Tasyayyu yang mencintai Ali bin Abi Thalib di atas para sahabat yang lain namun tidak mencela sahabat, mereka inilah yang masih dapat ditoleransi secara akidah. Seseorang kemudian menjadi Syiah apabila berlebihan dalam dalam bersikap Tasyayyu, namun sebagian golongan ini tidak bersikeras bahwa Ali yang paling berhak atas kekhalifahan setelah Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam (SAW) wafat. Lalu sebagian lainnya adalah yang bersikukuh akan hak kepemimpinan Ali disebut Rafidhah, inilah golongan yang paling besar. Mereka yang mengiringi fanatisme pada Ali disertai kebencian pada sahabat disebut Ghulat, dan menjadi Ghulatul Ghulat apabila diiringi pula dengan keyakinan bahwa kedua belas imam Syiah akan kembali ke dunia dan memberikan azab kepada Umar bin Khatthab RA dan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA.
“Syi'ah adalah ajaran yang aneh dan penuh kontradiksi. Contohnya saja imam terakhir mereka, Muhammad Al-Mahdi, sebenarnya meninggal pada saat usia 5 tahun. Namun mereka (Syi'ah) tidak mau mengakui hal itu, karena nanti imamah mereka berakhir, dong. Karenanya orang Syi'ah percaya, ia mengalami ghaybah, atau hidup ke alam kegaiban, dan akan kembali bersama Nabi Isa Alaihissalam (AS),” ujar Rofiqi.
Uniknya, kedua belas imam yang menjadi panutan kalangan Syi'ah sendiri tidak mau disangkut-pautkan dengan teologi ini. Ia meminta para murid SPI Bandung untuk mencari tahu soal suatu buku yang ditulis oleh Dr. Ihsan Ilahi Zahiri asal Pakistan. Di dalam buku tersebut, Dr. Zahiri memaparkan bukti yang menunjukkan bahwa seluruh imam Syi'ah justru berlepas diri dari Syi'ah.
Rifka Afwani, salah seorang murid SPI Bandung, menyimpulkan bahwa Syi'ah terbentuk akibat pengkultusan umat terhadap figur tertentu. Menurutnya, meski sosok yang dicintai ini adalah tokoh mulia sekalipun, kecintaan berlebih terhadap manusia merusak iman dan membawa pada kesesatan.
“Mungkin itulah mengapa Rasulullah SAW berpesan, jika kita mencintainya, maka ikutilah ajarannya. Sebab, jika hanya mencintai orangnya, maka semua yang bernyawa akan mati. Dalam Islam, cara kita mencintai diatur oleh Allah, supaya cinta itu tetap menjadi anugerah, bukan fitnah,” ujar perempuan yang bekerja di Fakultas Geologi Universitas Padjadjaran (UNPAD) ini. (Khodijah/Ab)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!