Sabtu, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 7 September 2024 19:06 wib
13.321 views
Akmal Sjafril: Ghazwul Fikr Bisa Lebih Bahaya dari Perang Fisik
BANDUNG (voa-islam.com) - "Kalau ada yang nanya SPI (Sekolah Pemikiran Islam) ngebahas apa, saya jawabnya bahas ghazwul fikr. Walaupun nanti materinya beda-beda, tapi intinya sama, SPI ngebahas tentang perang pemikiran di masa sekarang yang sedang kita jalani," ungkap Akmal Sjafril, di pertemuan kedua perkuliahan SPI pada Kamis (5/9/2024) malam. Menurutnya, materi di pertemuan kedua tersebut adalah materi inti, yaitu tentang ghazwul fikr, atau perang pemikiran.
Ayah dari dua orang anak tersebut juga menjelaskan, “pengetahuan terkait ghazwul fikr efektif membuat orang—terutama Muslim—sadar bahwa mereka mempunyai masalah, baik masalah individu, terkhusus masalah umat.” Lebih lanjut Akmal menjelaskan, berbeda dengan perang fisik–yang bisa dengan mudah disadari, banyak orang yang tidak sadar ia sedang berada di medan ghazwul fikr.
“Tapi sayangnya, sadar atau tidak, menyerang atau diserang, ia tetap mendapat serangan dalam perang tersebut. Itulah yang membuat ghazwul fikr ini bisa lebih bahaya dari perang fisik, karena nggak keliatan, sehingga banyak orang yang nggak siap,” tambah Akmal.
Terkait definisi, Akmal menjelaskan, Ghazwah di sini berarti konfrontasi yang terencana, tujuannya adalah penaklukan. “Jika dalam perang fisik yang kalah bisa jadi terhitung syahid, di perang ini tidak demikian. Orang muslim yang kalah bukan menjadi syahid, melainkan menjadi takluk, dan tujuan musuh-musuh islam adalah membuat muslim takluk sampai mengikuti cara-cara hidup mereka,” papar Doktor Ilmu Sejarah tersebut.
Pendiri SPI itu juga menuturkan, sesuai namanya yaitu fikr, fikroh, atau pemikiran, maka perang ini hanya bisa dimenangkan dengan ilmu. Artinya, pihak yang lebih berilmulah yang akan menjadi pemenang..
Merespon materi terkait perang pemikiran ini, salah satu murid SPI, Ade Ihdinayah menuturkan, dirinya tertantang untuk belajar lebih banyak dan lebih tinggi. Mahasiswi Magister Hukum itu pun bercerita, bahwa sebelumnya ia termasuk orang yang terkontaminasi oleh ghazwul fikr, sehingga sekarang merasa perlu terlibat dalam perang tersebut.
"Kalau saya sih, inginnya setelah mendapat ilmu dan pengalaman, ingin upgrade diri tahapan dalam pergerakan dakwah, yah. Karena kalau kita mau incar musuh harus mentarget dulu nih kita kapasitasnya seperti apa dan musuh yang kita hadapi, seperti kata ustaz Akmal," ungkap Ade.
Di akhir sesi materi, Akmal selaku Kepala SPI Pusat berharap, murid-murid SPI Bandung angkatan 10 dapat terus membekali diri dengan ilmu dalam menghadapi perang ini. Menurutnya, jika banyak musuh Islam yang disekolahkan bahkan hingga bergelar doktor hanya untuk menyerang agama ini, maka muslim pun harus siap berada di level yang sama.
"Gelar itu kapital simbolik. Nggak ada yang nanya soal IPK, atau disertasi, cukup liat gelarnya aja orang udah mulai mikir buat berhadapan dengan kita. Jadi kalau memang ada kesempatan, sekolah setinggi-tingginya." pungkas Akmal.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!