Sabtu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 10 September 2022 22:38 wib
11.723 views
Konspirasi: Degradasi Makna Ghazwul Fikri
BANDUNG (voa-islam.com) - Kepala Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Pusat, Akmal Sjafril S.T., M.Pd.I., mengungkap degradasi makna ghazwul fikri dalam perkuliahan SPI Bandung di Ruang Tafsir Masjid Istiqamah, Jalan Citarum, Bandung.
Pertemuan kedua SPI Bandung Angkatan 8 yang dilaksanakan Kamis (8/9) malam itu dibuka oleh moderator yakni Raka alumni SPI Bandung Angkatan 1, kemudian dilanjutkan dengan tilawah oleh Fery, alumni SPI Bandung Angkatan 7.
Akmal Sjafril sebagai pemateri malam itu memberikan pemahaman tentang makna sesungguhnya ghazwul fikri.
“Banyak orang yang bilang ghazwul fikri adalah teori konspirasi. Padahal pengertian ini sangat tidak tepat,” ungkap Akmal.
Ghazwul fikri merupakan gabungan dari dua kata yang artinya ‘perang pemikiran’. Perang yang dimaksud adalah konfrontasi atau bentrokan yang terencana dengan tujuan penaklukan.
Sedangkan pemikiran merupakan sebuah potensi dari manusia yang hanya bisa dimanfaatkan sesuai kondisi akalnya.
“Oleh karena itu, seorang muslim dapat memenangkan ghazwul fikr dengan ilmu yang benar dan luas, serta keberanian dalam menyampaikan.” jelas penulis Islam Liberal 101 itu.
Kemudian penjelasannya disambung dengan tadabur Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 120. Ayat ini menekankan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak rela dan tidak akan berhenti melakukan tipu muslihat sampai kaum muslim mengikuti apa yang mereka inginkan. Akmal mengingatkan,
“Ayat ini merupakan nasihat yang tegas kepada kaum muslimin. Jika ada di antara kaum muslimin yang mengikuti Yahudi dan Nasrani karena hawa nafsu mereka, maka Allah tidak akan melindungi dan menolong mereka dari azab. Siapa yang bisa membantu jika Allah saja tidak mau?” tuturnya.
"Kenapa beberapa orang yang mendapat pendidikan intensif di pesantren bisa menjadi tokoh liberal?” tanya Asrul. Dijawab Akmal,
“Ya karena mereka mengalami geger budaya saat keluar dari lingkungan pesantren dan tergiur dengan kemewahan dunia ketika menjadi bagian dari gerakan liberal,” jelasnya.
Menanggapi jawaban tersebut, Asrul mengungkap.
“Itu membangun kesadaran saya untuk lebih waspada, selalu meningkatkan kapasitas diri, dan bersiap menghadapi segala serangan pemikiran dengan terus belajar serta terus bersama orang-orang yang ikhlas dan lurus dalam beragama,” ujarnya. [hadiyan/syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!