Selasa, 17 Jumadil Akhir 1446 H / 23 Maret 2021 11:30 wib
5.513 views
Al-Qur'an Mampu Menjawab Kejahiliyahan Konsepsi
BANDUNG (voa-islam.com) – Al-Qur’an adalah perkataan Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup, petunjuk, dan pembawa rahmat untuk seluruh alam. Ia adalah mukjizat yang hebat, tetap, dan kekal walaupun melalui berbagai zaman.
Namun hingga detik ini, musuh-musuh Islam masih terus berusaha untuk mengaburkan dan melepaskan Al-Qur’an dari sendi-sendi kehidupan umat Islam.
Kejahiliyahan konsepsi akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan segala sesuatu harus dapat dikritisi dan diuji kebenarannya dengan parameter akal dan pengalaman manusia, sehingga hanya yang dapat diterima oleh akal manusia dan berdasarkan pengalaman-lah yang dianggap benar; selain itu salah.
Direktur At-Taubah Institute Dr. Nashruddin Syarief dalam kuliah daring Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung pada Kamis (18/03/2021) malam mengatakan bahwa Al-Qur’an dalam kacamata kaum orientalis bukanlah sebagai wahyu melainkan hanya kitab yang muncul akibat kebudayaan Arab.
Ia tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara akal dan pengalaman, dan hanya bersifat dogmatis tidak ilmiah. Sehingga bukan manusia yang mengikuti Al-Qur’an, tapi Al-Qur’an yang harus mengikuti zaman.
“Itu tidak benar. Al-Qur’an tidak akan usang karena perputaran waktu dan penolakan dari golongan yang tidak beriman. Isinya terpelihara dari awal diturunkan sampai sekarang. Ia sakral, tidak ada satu orangpun yang dapat ataupun berani mengubanya. Ia dapat digunakan kapanpun, oleh siapapun, dan di manapun. Ia merupakan mukjizat intelek, menunjukkan kebenaran risalah dari objek yang menjadi risalah itu sendiri,” ujarnya melalui aplikasi Zoom.
Lebih lanjut, Nashruddin menyampaikan bahwa Al-Qur’an yang merupakan wahyu dari Allah adalah sumber ilmu tertinggi dalam Islam. Jika manusia menggunakan wahyu dalam keilmuan, maka sudah pasti akan mendapat kebenaran yang hakiki.
Menanggapi perkataan Nashruddin, salah seorang peserta berpendapat bahwa sumber ilmu dalam Islam adalah wahyu, indrawi, akal, dan intuisi.
“Saya melihat keempat aspek ini ada dalam tingkatan yang setara dan harus saling mendukung. Untuk mendapatkan ilmu yang utuh, maka keempat aspek tersebut harus dipertimbangkan secara stimulan,” ujar Asisten Manajer BMKA Salman ITB yang kerap disapa Izul itu.
Perkuliahan pertemuan ke-6 yang bertajuk “Wahyu dan Kenabian” itu ditutup dengan pesan Nashruddin kepada peserta, bahwa sebagai seorang muslim harus menggunakan konsep wahyu dan agama yang diajarkan oleh Islam dan harus belajar dua peradaban sekaligus yakni Islam dan Barat agar tahu kenapa ada orang-orang yang berpikir menyimpang dan tidak menggunakan wahyu sebagai sumber keilmuan. [syahid/salamah/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!