Ahad, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 23 Desember 2018 16:15 wib
5.390 views
Hamas Kecam Rencana Mahmoud Abbas untuk Bubarkan Parlemen Palestina
TEPI BARAT, PALESTINA (voa-islam.com) - Gerakan perlawanan Palestina Hamas telah mengecam rencana Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas untuk membubarkan parlemen, dengan mengatakan langkah itu hanya akan menambah perpecahan internal antara faksi-faksi Palestina.
"Keputusan Abbas memperdalam perpecahan internal Palestina dan menghancurkan sistem politik Palestina," kata Yehya Musa, seorang pemimpin senior Hamas dan anggota Dewan Legislatif Palestina (PLC), pada hari Sabtu (22/12/2018).
Pernyataan itu dikeluarkan beberapa jam setelah Abbas mengatakan bahwa ia akan segera menerapkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk membubarkan PLC, sebuah kamar yang didominasi dan dipimpin oleh Hamas sejak partai itu memenangkan pemilihan umum pada tahun 2006.
Langkah ini dilakukan di tengah keretakan yang melebar antara Partai Fatah pimpinan Mahmoud Abbas dan Hamas ketika keduanya menuduh satu sama lain menentang upaya rekonsiliasi.
PLC sebagian besar telah tidak berfungsi selama beberapa tahun terakhir. Namun, hukum Palestina memungkinkan pembicaranya untuk menjadi presiden sementara seandainya Abbas, yang kini berusia 83, meninggal saat menjabat.
Abbas mengatakan Sabtu bahwa pemerintahnya berkewajiban membubarkan PLC dan mengadakan pemilihan parlemen dalam waktu enam bulan.
Namun, Musa mengatakan pengumuman Abbas tidak memiliki nilai dan PLC akan melanjutkan pertemuannya di Jalur Gaza, tempat Hamas berpusat dan menjalankan pemerintahan lokal.
"PLC akan terus bekerja dan bersidang seperti biasa, terlepas dari keputusan Abbas," katanya, seraya menambahkan bahwa Abbas membentuk Mahkamah Konstitusi, yang mengeluarkan keputusan tentang pembubaran parlemen, dengan satu-satunya tujuan menetralkan kekuatan lembaga-lembaga hukum Palestina.
Abbas, yang pemerintahannya sebagai presiden telah diperdebatkan sejak masa jabatannya berakhir pada 2009, telah berulang kali berupaya menekan Hamas dengan mengurangi gaji pekerja pemerintah di Gaza. Namun, langkah baru-baru ini oleh Qatar untuk memotong kompas kantornya di Ramallah, di Tepi Barat yang diduduki Israel, untuk memberi Hamas uang tunai yang besar untuk membayar para pekerjanya, tampaknya secara khusus membuat marah pemimpin Palestina tersebut.
Tidak seperti Abbas yang memiliki reputasi buruk bekerja sama dengan Israel dalam masalah-masalah keamanan dan politik, Hamas membanggakan diri dari tiga perang mereka dengan rezim Tel Aviv sejak merebut kekuasaan di Gaza pada 2007. (st/ptv)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!