Sabtu, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 1 Desember 2018 17:33 wib
5.409 views
Rasa Haru dan Semangat Perjuangan Agama di Reuni 212
JAKARTA (voa-islam.com)- Menghadiri Tabligh Akbar 212 pada hari Ahad, tanggal 2 Desember 2018 adalah ajang silaturrahim yang memberikan ungkapan rohaniyah tersendiri. Ada nilai indah yang tidak dapat diungkapkan dengan kata kata.
Ada rasa haru dan semangat perjuangan agama yang membuncah, indah, lembut, tapi kuat,” demikian rasa Wasekjen MUI Pusat, kiai Tengku Zulkarnain.
Namun mengapa, kata dia, acara yang sudah dijamin oleh UUD 1945 pasal 28 tentang kemerdekaan berkumpul, bersyarikat, dan mengeluarkan pendapat itu malah coba dihalangi oleh segelintir orang yang seolah olah kebakaran bulu kumis. Mereka, lanjut beliau, bukan tidak tahu Undang Undang, tapi nampaknya rasa "takut, dan dengki" telah membuat semuanya tertutup.
“Mata, telinga, dan hati... Kami, kaum muslimin sudah diajari Allah dan Rasul-Nya untuk bersikap dan bertindak. Mentaati kesepakatan bagi kami adalah sebuah kewajiban NKRI adalah negara kesepakatan, pasti kami akan menjaganya dengan segenap jiwa raga kami.”
Sangat aneh ketika sekelompok orang sudah berani mulai melontarkan tuduhan bahwa Reuni Akbar 212 adalah kepanjangan HTI dan Khilafah.
“Pada topi yang mereka pakai tersemat "bintang merah" mirip seperti yang dipakai kaum PARTA KOMUNIS CHINA...Wahai orang orang bodoh, berhentilah menyebarkan fitnah. Acara 212 bukan baru pertama digelar. Umat Islam bukan baru pertama berkumpul ramai ramai dan berorasi.”
Memperlihatkan kepanikan atas acara umat Islam yg 88,7 persen populasinya mendiami negeri ini adalah tindakan berbahaya. Melawan arus adalah sebuah tindakan nekat yang akan memberikan buah yang pahit.
“Biarkan kami berkumpul pantau dan amati saja. Kalaupun kalian takut, sembunyikan saja. Kalaupun kalian benci, sembunyikan saja. Kami tidak akan terpancing dengan membuat onar.
Usaha untuk mengancam, menakut-nakuti, membuat acara tandingan, apalagi mau memukul mundur, atau bahkan memakai tangan oknum aparat untuk membungkam acara ini akan sia sia saja.”
Seperti orang yang mencoba menyetop aliran air. Bagaimana mau membendung air? Dia akan mencari jalannya sendiri dengan mengalir damai!
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!