Rabu, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 15 Agutus 2018 19:23 wib
7.138 views
Buku Gagasan dan Pemikiran Suripto Diluncurkan
JAKARTA (voa-islam.com), Pengamat intelijen, Suripto meluncurkan buku berjudul “Gagasan dan Pemikiran Suripto, Intel Tiga Zaman” pada 15 Agustus 2018 di Jakarta.
Ketua Panitia Peluncuran Buku sekaligus Ketua Tim Editor buku tersebut, Aat Surya Safaat, di Jakarta mengemukakan, peluncuran buku mantan intel di era Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi itu akan dilanjutkan dengan acara bedah buku.
Bedah buku itu menghadirkan tiga narasumber, yakni Ekonom Senior Dr Ichsanuddin Noorsy, Direktur Pasca Sarjana Universitas As-Syafiiyah Jakarta Prof Dr Zainal Arifin Hoesien, dan Direktur Eksekutif Institute for Strategic and Development Studies (ISDS) M Aminuddin.
Ichsanuddin Noorsy berpendapat buku Suripto menyoroti peristiwa-peristiwa konspiratif dan besar terkait perang ekonomi-politik Internasional. "Soal Arab Spring, mengapa Khadafi jatuh, buku ini membahasnya,"katanya.
Namun, lanjut Ichsan, beberapa ulasan senada cukup dijadikan satu bab bahasn saja. "Misal bahasan Zionisme dan Freemasonry, utu cukup disatukan dalam satu bab," katanya.
Sementara itu, Prof Dr Zainal Arifin Hoesien berpendapat bahwa buku itu bukan diperuntukkan sebagai buku ilmiah, tapi buku refleksi terkait peristiwa besar dan kebijakan pemerintahan.
"Ada kesan bukan diperuntukkan buku ilmiah, tapi buku refleksi tentang peristiwa dan kebijakan terkait sosial, ekonomi, ideologi, budaya, dan politik. Karena bersifat refleksi, buku ini didapat dari apa yang dia rasakan, diamati, dan disimpulkan ke dalam suatu sikap,"ucapnya.
Misal, lanjut Zaenal, soal penerapan sistem demokrasi yang sudah mapan. Dalam refleksi Suripto ternyata demokrasi yang berjalan adalah demokrasi transaksional. Dimana, hal tersebut dipertontonkan elit politik dan para saudagar.
"Semua aktivitas demokrasi boleh dilakukan semuanya, asal ada guidance-nya, yaitu hukum. Pak Ripto di sini mengkritik penegakan hukum kita yang lemah,"tuturnya.
Lebih jauh Zaenal menjelaskan perspektif buku ini adalah peringatan bagi penyelenggara kekuasaan, penegak hukum dan aktivis untuk menjaga public distrust.
Adapun M Aminuddin, menilai buku Suripto sebagai buku yang luar biasa. Suripto menurutnya seorang intelijen yang tidak hanya membahas dunia intelijen, tapi mempelajari banyak bidnag dan menyeluruh.
"Kalau Zulkifli Lubis disebut Bapak Intelijen, Suripto layak disebut sebagai Intelektual Intelijen,"cetusnya.
Diketahui, buku “Gagasan dan Pemikiran Suripto, Intel Tiga Zaman” itu berisi gagasan dan pemikiran Suripto terkait isu-isu aktual dan relevan di bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, dan internasional.
Buku dengan isi lebih dari 300 halaman itu juga berisi testimoni tentang figur dan kiprah Suripto dari tokoh nasional, yakni dari mantan Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ustadz Hilmi Aminuddin dan dari pengusaha dan tokoh masyarakat Sumatera Utara, H Anif.
Tokoh lain yang memberikan kesaksian yaitu salah satu tokoh buruh Arif Minardi dan mantan Menteri Kehutanan di era Presiden Abdurrahman Wahid yang juga pernah menjadi Walikota Depok dua periode (2006-2011 dan 2011-2016), Nurmahmudi Ismail.
Salah satu kesan menarik disampaikan oleh Ustadz Hilmi Aminuddin, yakni bahwa Suripto adalah tokoh pemberani dan intel sejati. Betapa tidak, Suripto dengan berani mengantarkan bantuan senjata secara langsung kepada para pejuang Muslim Bosnia yang tengah dikepung tentara Serbia di tahun1990-an.
Mengutip Suripto, Aat juga menjelaskan, pemikiran-pemikiran yang dituangkan dalam buku tersebut dapat mengkristal berkat bimbingan, gemblengan, dan interaksi yang intensif antara Suripto dengan guru, begawan, tokoh, ustadz, dan ayahandanya sendiri.
Oleh karena itu buku tersebut dipersembahkan Suripto untuk orang-orang yang dikagumi dan dihormatinya itu sebagai kenang-kenangan dalam perjalanan hidupnya yang sudah mencapai lebih dari delapan dekade.
Dalam buku tersebut juga ada kata pengantar dari Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan. Anies berkenalan dengan Suripto di tahun 1992 saat ia kuliah dan aktif di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Anies baru tahu belakangan bahwa Suripto adalah seorang intel. Keduanya sering berdiskusi selama berjam-jam, dan mereka mempunyai kesamaan dalam pemikiran, termasuk dalam melihat bagaimana Indonesia ke depan.
Kesan Anies, Suripto adalah figur pemberani yang penuh dengan pengalaman dalam pergerakan. Bila ditengok perjalanan hidupnya, Suripto sudah memimpin gerakan mahasiswa sejak awal 1960-an, jauh sebelum Anies lahir. (bil/voa-islam)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!