Senin, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 4 September 2017 13:57 wib
4.696 views
MUI Jateng: Tinjau Keanggotaan Myanmar di ASEAN
SEMARANG (voa-islam.com), Minggu ini, saat umat Islam merayakan Idul Adha 1438 Hijriyah dan penyembelihan hewan kurban sebagai bentuk keimanan, ketakwaan, dan kepedulian sosial, mendadak hati kita tersentak, teriris-iris, dan tercabik-cabik oleh berita pembakaran, pembantaian hingga pembunuhan yang teramat sadis, brutal dan kejam yang dilakukan militer Myanmar terhadap warga muslim Rohingnya di wilayah Arakan, Rakhine, Myanmar.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum MUI Jateng, Prof Dr H Ahmad Rofiq MA, Semarang (2/9/2017).
"Warga dibakar hidup-hidup saat berjamaah salat subuh di Masjid. Di Maungdaw, militer memperkosa massal, menculik, membantai, termasuk terhadap bayi dan anak-anak," katanya.
Sungguh ironis, lanjut Rofiq, penguasa Myanmar, Aung San Sukyi sebagai peraih Nobel Perdamaian, justru tidak berbuat apapun untuk menghentikannya, malah membiarkan. "Kekejian militer Myanmar semakin mengganas karena didukung pula para bikhu dengan busana "kebesaran agama"-nya yang secara terang-terangan terlibat dalam aksi yang jauh dari kepantasan sebagai manusia,"ujarnya.
Dewan Rohingnya Eropa (European Rohingnya Council), seperti postingan Djoko Edhi Abdurrahman, mantan anggota Komisi Hukum DPR, meminta dunia untuk melindungi rakyat sipil dari kekejaman militer di bawah kekuasaan Suu Kyi. Terjadi serangan mematikan terhadap pos-pos perbatasan di Rakhine Myanmar Barat, Jumat (25/8/2017) hingga menewaskan 100 warga. Ribuan penduduk diusir, rumah dibakar dengan mortir dan senapan mesin.
"Sebuah tontonan yang sangat "telanjang" dalam aksi kejahatan kemanusiaan genocida di abad modern yang serba canggih. Lebih aneh lagi, masyarakat dunia seperti PBB, termasuk aktivis HAM masih membiarkan tragedi tersebut,"jelasnya.
Atas dasar kondisi tersebut, MUI Jawa Tengah mengutuk keras atas kekejian, kekejaman, dan kebrutalan militer Myanmar terhadap muslim Rohingnya termasuk rezim penguasa dan pimpinan agama mayoritas yang melakukan pembiaran.
"Royal Swedish Academy of Sciences Karolinska Institut Norwegian Nobel Committee agar mencabut hadiah nobel yang pernah diserahkan kepada Aung San Suu Kyi,"ucap Rofiq.
MUI Jateng juga mendesak Presiden dan pimpanan umat beragama agar menempuh langkah diplomatik guna menghentikan kebiadaban, kekejian, dan kebrutalan gerakan genosida tersebut sesegera mungkin.
"Mendesak Presiden RI agar melibatkan Masyarakat ASEAN sesegera mungkin meninjau dan mempertimbangkan kembali keanggotaan Myanmar, yang dianggap sudah tidak pantas lagi untuk duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dalam komunitas masyarakat ASEAN,"lontar Rofiq.
Kemudian, MUI Jateng Mendesak para pemimpin agama di ASEAN, terutama pimpinan Buddha agar mengambil langkah kongkret untuk menghentikan kebiadaban tersebut atas nama agama.
"Mendesak para pegiat dan pejuang HAM Indonesia dan internasional untuk mengajukan ke Mahkamah Interenasional siapa pun yang terbukti mendalangi, melakukan, dan membiarkan pembantaian terhadap warga muslim Rohingnya," cetus Rofiq
Selanjutnya, kata Rofiq, MUI Jateng menyerukan seluruh umat Islam di Indonesia untuk membaca qunut nazilah dan shalat ghaib bagi muslim Rohingnya dan mendoakan semoga dicatat Allah sebagai para syuhada'.
"Menyerukan kepada aktivis kemanusiaan Indonesia dan internasional untuk menggalang dana guna membantu dan meringankan penderitaan para muslim di Rohignya," pungkasnya. (Bilal/voa-islam)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!