Ahad, 23 Jumadil Awwal 1446 H / 11 Juni 2017 19:30 wib
9.783 views
Geliat Olahraga Berkuda dan Memanah
SUKOHARJO (voa-islam.com)--Plas-plas. Satu demi satu anak panah melesat dari busur Siswanto (37). Namun belum satu pun mengenai target dengan tepat. Warga sragen itu mengaku baru belajar panahan tradisional atau yang lebih dikenal dengan sebutan jemparingan.
“Saya baru empat kali belajar panahan. Kelihatannya gampang tapi ternyata nggak mudah juga. Sudah diincar kayaknya pas, eh ternyata masih meleset,” ujar Siswanto saat ditemui di arena jemparingan Kawasan Wisata Sunnah Desa Kemasan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (3/6).
Tak hanya memanah, Siswanto juga belajar menunggang kuda. Namun, ia juga masih mengalami kesulitan. Ia belum bisa memacu kuda yang ditungganginya untuk berlari lebih kencang.
“Naik kuda ternyata juga nggak semudah pas lihat. Soalnya masih takut juga kalau jatuh,” ujarnya.
Biasanya, ia datang dengan lima orang teman. Sedari bakda Ashar hingga menjelang Maghrib ia dan temannya bergantian menikmati asyiknya latihan.
Siswanto mengaku tertarik belajar memanah dan berkuda lantaran dua olahraga tersebut merupakan sunnah Nabi. Sebagai seorang muslim ia yakin, melakoni dua olahraga tersebut memiliki nilai ibadah. Tak heran, ia rela merogoh uang Rp 100 ribu untuk berkuda dan Rp 10 ribu untuk memanah tiap kali datang.
Tak hanya kaum Adam, dua olah raga sunnah itu juga mengundang daya tarik bagi kaum Hawa untuk turut mencoba. Mahayati Kusnul Khotimah salah satunya (20). Mahasiswi asal Desa Transan , Gatak, Sukoharjo itu menggeluti horseback archery, memanah sambil berkuda.
Kampus Kuda Klaten menjadi tempat ia mengasah ketangkasan. Ia pun rela merogoh uang Rp 1,4 juta untuk sepuluh kali pertemuan. "Saya mulai berlatih sejak Januari kemarin, kenal olahraga ini dari sosmed,” ungkap Khatim, di Kampus Kuda Klaten, Kamis (1/6/2017) lalu.
Selain menantang, ia merasakan banyak manfaat dari horseback archery. Konsentrasi, ketangkasan dan kesabaran serta olah fisik terasa saat berlatih.
Meskipun pernah jatuh, ia mengaku tak kapok. “Pernah jatuh sekali, gara-gara kurang konsentrasi, tapi gak apa seru banget kok dan yang terpenting bisa menghidupkan sunnah. Biasanya aku dua pekan sekali latihan di sini,” imbuhnya.
Olahraga Sunnah
Abdullah Giman Kepala Desa Kemasan Kecamatan Polokarto, Sukoharjo menuturkan olahraga memanah, berkuda dan berenang di kemasnya dalam paket mendirikan Wisata Sunnah Desa Kemasan.
Wisata Sunnah Desa Kemasan merupakan salah satu pilar pengembangan desa, selain pondok pesantren dan pengembangan masjid. Wisata Sunnah diluncurkan sejak Juni 2016 lalu, dengan modal sekitar lebih dari Rp 115 juta tanpa anggaran desa sedikitpun.
“Diajarkannya olahraga ini dalam rangka menghidupkan sunnah. Kami harapkan dengan sinergisnya wisata sunnah, pondok pesantren dan pemberdayaan masyarakat dapat tercipta generasi islami yang turut membangun bangsa,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia tak mematok tarif tinggi agar masyarakat tertarik untuk menekuni olah raga tersebut. Untuk menikmati wisata sunnah berkuda, memanah dan berenang, pengunjung cukup merogoh uang Rp 150 ribu.
Setelah lima kali datang, pengunjung dapat menjadi member dengan beranggotakan minimal 6 orang. Biaya berkuda pun relatif lebih murah hanya Rp 30 ribu rupiah.
Tiap rombongan bisa berkuda mulai jam delapan pagi hingga menjelang Dzuhur atau bakda Ashar hingga menjelang Maghrib. Komitmen menghidupkan sunnah juga menjadi alasan berdirinya Kampous Kuda Klaten pada 2016 lalu.
Mulanya Kampus Kuda Klaten hanya mengakomodir kegiatan ekstrakulikuler santriwan dan santri wati Pondok Persantren Tahfidzul Quran (PPTQ) Ibnu Abbas Klaten yang berjumlah 850 orang. Tujuh bulan belakangan, pengelola membuka Kampus Kuda Klaten untuk umum.
Bahkan pada tiga bulan pretama tidak dibebankan biaya. “Awalnya kita gratiskan, selain untuk memperkenalkan kami ingin masyarakat turut menghidupkan sunnah,” ujar Muhammad Jamaludin Efendi (44), pengelola Kampus Kuda Klaten.
Jamal mengatakan satu ekor kuda harganya Rp 60 juta, sedang perawatan kuda mencapai Rp 2,5 juta. Tinggginya operasional membuat pihaknya harus mematok tarif bagi pengunjung umum dalam bebrapa paket belajar.
Paket Khalid (belajar berkuda harian) Rp 150 ribu, paket Moosa (private intensif 10x pertemuan) Rp 1,4 juta dan paket Thoriq (belajar pada waktu weekend / Sabtu Ahad) Rp 200. ribu.
Namun demikian member tetap yang mengambil paket privat intensif hanya 15 orang. "Pernah kita gathering yang hadir 280 orang, tapi satupun tidak ada yang kembali. Sebenatnya minat untuk olahraga ini sangat tinggi, tapi daya beli masyarakatnya rendah. Kalau dibandingkan kota-kota lainnya tarif belajar di sini sangat murah,” ujarnya.
Jamal menambahkan Kampus Kuda Klaten merupakan satu satunya tempat belajar horseback archery yang dikelola secara profesional. Pihaknya memberikan pelajaran mulai yang paling dasar hingga untuk profesional.
Tidak jarang kampus kuda Klaten mendapat kunjungan dari berbagai pondok pesantren, bahkan belakangan dikunjungi mufti dari Palestina.
“Horseback Arcery sebenarnya mudah, bagi yang sudah bisa berkuda bahkan dalam hitungan menit sudah bisa. Karena materinya 80 persen berkuda dan 20 persen memanah,” tandasnya.
Jamal berharap kehadiran Kampus Kuda Klaten semakin menambah jumlah umat muslim yang dapat berkuda dan memanah. Terlebih olahraga tersebut merupakan sunna dan memiliki nilai ibadah. * [Aan/Syaf/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!