Rabu, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 26 Oktober 2016 13:20 wib
13.367 views
Habib Rizieq: SARA Dijadikan Senjata Bungkam Umat Bicara Kepemimpinan Islam
JAKARTA (voa-islam.com)--Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab menentang keras larangan membicarakan kewajiban memilih pemimpin muslim di masjid-masjid. Menurutnya, wacana tersebut adalah propaganda politik memuluskan menangnya pemimpin kafir di Jakarta.
"Ayat al-Maidah 51 boleh di bacakan di masjid, itu bukan politisasi masjid, tapi menyampaikan ajaran Islam," katanya saat tabligh akbar di masjid Al-Makmur, Tanah Abang, Jakarta, Senin malam (24/10/2016).
Habib Rizieq meminta kepada para ustadz, mubaligh dan dai untuk tidak takut menyampaikan surat al-Maidah 51 di masjid-masjid dan di mimbar-mimbar pada saat khutbah atau tabligh akbar.
"Saat ini, SARA dijadikan senjata agar umat Islam tidak membicarakan kepemimpinan. SARA dijadikan senjata agar kafir menguasai Jakarta," ungkap lulusan Universitas Madinah itu.
Oleh karena itu, Habib Rizieq meminta masyarakat agar mewaspadai propaganda SARA untuk membungkam umat Islam tidak membicarakan kepemimpinan dan penolakan terhadap pemimpin kafir.
"Ini bukan soal SARA tapi soal aqidah. Yang melarang orang kafir memimpin bukan manusia, tapi Allah Subhanahu wa Ta'ala," terangnya.
Habib Rizieq menerangkan bahwa ayat pelarang pemimpin kafir termaktub di al-Qur'an lebih banyak daripada ayat larangan memakan babi dan Khamar. Namun anehnya, umat Islam lebih waspada terhadap babi dan khamar dibanding pada pemimpin kafir.
"Mengapa larangan memakan babi dan minum khamar kita taati, tapi larangan pemimpin kafir kita tidak taat?" sindirnya.
Lanjut Habib Rizieq, di antara ayat larangan pemimpin kafir adalah surat al-Maidah ayat 51. Ayat ini, nilainya, sudah sangat jelas, singkat dan padat. Sehingga tidak memerlukan penafsiran yang rumit dan mendalam.
"Ulama salaf dan khalaf sepakat menafsirkannya sebagai larangan pemimpin kafir," tutupnya. * [Bilal/Syaf/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!