Ahad, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 21 Agutus 2016 13:01 wib
4.231 views
Merdeka itu Lepas dari Ketergantungan Pihak Lain
BANDUNG (voa-islam.com) - Setiap tanggal 17 Agustus, hampir seluruh rakyat di Indonesia merayakan hari kemerdekaannya. Namun, ada sebagian masyarakat yang sering menyampaikan sebuah pertanyaan. Apakah di Indonesia benar-benar sudah merdeka? Atau apa sebenarnya makna kemerdekaan itu sendiri?
Kita coba kembalikan pada apa definisi merdeka itu? Menurut KBBI dan juga beberapa literatur disebutkan bahwa merdeka itu lepas dari ketergantungan pihak lain, bersifat independent atau mandiri.
"Nah, dari definisi yang sederhana itu, tinggal kita lihat saja faktanya sekarang. Apakah dari setiap aspek kehidupan sekarang sudah bisa mandiri atau terlepas dari intervensi pihak lain? Tentunya bisa kita pastikan tidak, dari mulai politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan dan hampir semua aspek masih sangat ketergantungan," kata Dosen Kimia Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Ferli Septi Irwansyah M. Si, kepada voa-islam.com Kamis (18/08) yang lalu ketika ditanya tentang apakah Indonesia sudah merdeka.
"Ambil contoh saja dalam masalah pengelolaan SDA. Mayoritas pengelolaan dan penguasaanMenya dilakukan oleh asing, Tambang Emas dikuasai Asing (PT. Freeport), tambang Batubara dikuasai Asing (PT. AGM), tambang Gheotermal dikuasai Asing (PT. Chevron), sampai Tambang Minyak dan Gas juga dikuasai Asing (Shell, Petronas, Chevron). Kalau kita kan cuman kebagian tarik tambang pas Agustusannya saja. Jadi apakah Indonesia sudah merdeka?," lanjut Ferli yang juga Direktur Rumah Belajar Rancage Bandung.
...sebenarnya yang diperingati setiap tangal 17 Agustus itu bukan kemerdekaannya, tapi hanya proklamasinya saja. Faktanya kita masih terjajah dengan penjajahan gaya baru, yaitu neoimperalisme dan neoliberalisme
Belum lagi, kata Ferli di spek yang lainnya. Jadi sebenarnya yang diperingati setiap tangal 17 Agustus itu bukan kemerdekaannya, tapi hanya proklamasinya saja. Faktanya kita masih terjajah dengan penjajahan gaya baru, yaitu neoimperalisme dan neoliberalisme.
"Apa yang harus dilakukan? Tentunya hal yang pertama yang harus kita lakukan adalah tetap bersyukur atas apa yang sudah dilakukan oleh para pahlawan dan pejuang dahulu sehingga kita terbebas dari penjajahan fisik oleh para penjajah," ungkapnya.
"Tapi kita tidak bisa hanya mencukupkan sampai bersyukur saja, tapi juga harus berupaya untuk bisa menghilangkan penjajahan gaya baru tadi. Bukan malah mengisi kemerdekaan ini dengan hanya acara-acara seremonial bahkan dengan festival-festival yang jauh dari semangat perjuangan para pahlawan," pungkasnya. [fikri/syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!