Senin, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 11 April 2016 13:46 wib
6.502 views
Pedulikan Mantan Pendeta
JAKARTA (voa-islam.com) - Rabu siang, 6 April lalu, LAZIS Dewan Dakwah kedatangan pria tua berpeci lusuh. Mukanya kusut.
‘’Maaf, Saya minta ongkos transport saja ke Sumedang,’’ katanya lirih.
Mahmud Faaz, staf LAZIS Dewan Dakwah, lalu membelikannya sebungkus nasi untuk makan siang. Setelah segar, barulah pria ini berkisah.
Lelaki tersebut nama lengkapnya Drs H Robby Abdurahman Amabi. Hari itu, ia usai menyambangi saudaranya yang seorang pendeta di Ibukota. Selain bermaksud meminta ongkos pulang ke Sumedang, Robby juga mengajak kerabatnya berdiskusi soal agama.
Entah bagaimana diskusinya, ternyata saudara Robby murka. Pria inipun pamit dengan tangan kosong.
Ia lalu ke Masjid Istiqlal, berusaha menemui KH Mustafa Yakub yang dikenalnya. Oh, ternyata Pak Kyai sudah bukan lagi Imam Masjid Istiqlal. Gagal lagi Robby mendapat ongkos pulang. Akhirnya, sampailah ia ke Gedung Dewan Dakwah.
‘’Dulu saya sempat dibimbing KH Rusyad Nurdin di Bandung. Dari beliaulah saya mengenal Dewan Dakwah. Maka saya ke sini,’’ tutur Robby.
Kok, seorang yang bergelar Drs dan Haji, sampai tak punya ongkos pulang kampung?
Robby Abdurahman Amabi, nama asalnya Robby Saul Amabi STh, MTh. Pendeta kelahiran Kupang, 14 Juni 1956, ini memeluk Islam pada 5 Desember 1990. Ia berikrar syahadat di Kantor MUI Mataram, NTB, bersama istri dan kedua anaknya. Istrinya, Ny Rokaesih Elia Sth (kini Ny Rokaesih Zaenab Elia), waktu itu juga seorang paderi.
Menurut Robby, ia penasaran pada agama Islam setelah berdiskusi dengan Ahmad Salim Badjide, kawan akrab semasa SMP dan SMA. Robby lalu mengajak istrinya untuk coba membuka-buka Al Qur’an dan terjemahannya. Surah Al Ikhlas adalah halaman pertama yang terbuka olehnya.
Dari situ, Robby lalu menemui Ulama Muhammadiyah Kupang, H Taher Badjide. Setelah berdiskusi secara ilmiah, Robby pulang dengan keyakinan baru.
‘’Kita harus masuk Islam, karena itulah agama fitrah kita,’’ katanya pada sang istri setiba di rumah. Keluarga ini lalu memeluk Islam.
Tentu saja keislaman Ketua Pendeta Kristen Kota Kupang dan Sarjana Terbaik Sekolah Alkitab Kota Batu Malang serta Master Teologi Universitas Satya Wacana Salatiga, ini memicu ‘’gempa’’ di Kupang
Tentu saja keislaman Ketua Pendeta Kristen Kota Kupang dan Sarjana Terbaik Sekolah Alkitab Kota Batu Malang serta Master Teologi Universitas Satya Wacana Salatiga, ini memicu ‘’gempa’’ di Kupang.
Robby lalu mengajak keluarganya hijrah ke Sumedang pada 1990. Di sini mereka banyak dibantu oleh KH Rusyad Nurdin yang juga guru agama mereka. Robby pun mendapat hadiah naik haji dari Pemprov Jawa Barat (1993) dan Kementrian Agama (1995).
Kini, Robby hidup sederhana dengan istri dan 4 anak muslimah mereka. Istri Robby membuka kedai di rumah, sedang tiga putri mereka yang lulusan SMA mengajar di Madrasah Diniyah Pamulihan, Sumedang, Jawa Barat.
Di Bandung juga ada mantan pendeta Dennie Usrana Somantri. Setelah memeluk Islam pada 1993, ia mengajak banyak orang mengikuti jejaknya. Kini ia hidup dengan kondisi fisik memperihatinkan di sebuah kontrakan. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!