Ahad, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 31 Januari 2016 21:30 wib
7.605 views
Ustadz Adnan: Berdakwah di Tanah Karo Harus dengan Jurus Maudzatil Hasanah
KARO (voa-islam.com) - Tiga puluh delapan tahun berdakwah di lereng Gunung Sinabung Tanah Karo, Ustadz Adnan Effendi mengaku sudah menangani prosesi penguburan ratusan warga muslim setempat. Namun, dalam pelaksanaannya, ia musti berkompromi dengan adat setempat.
‘’Kalau ada warga muslim meninggal maka saya biarkan upacara adatnya diselenggarakan panitia adat, sedangkan jenazahnya saya urus sesuai syariat,’’ tutur da’i senior bermarga Batubara itu.
Jumlah warga muslim Karo hampir seimbang dengan jumlah penduduk non-muslim. Namun di sebagian besar desa, umat Islam minoritas. Karena itu, kata Ustadz Adnan, berdakwah di Tanah Karo harus dengan jurus maudzatil hasanah. Pendekatan yang tepat, seperti pengalaman mengurus jenazah tadi.
Tips dakwah ini dikemukakan Ustadz Adnan dalam diskusi dakwah di aula Masjid Al Jihad Desa Tiga Serangkai, Kec Simpang Empat, Karo, Selasa (26/1).
Diskusi tersebut difasilitasi LAZ (Lembaga Amil Zakat) Ulil Albab Medan yang dipimpin Munawar, melalui Program Sahabat Dakwah. Para peserta adalah belasan da’i yang menginduk kepada Ulil Albab, Dewan Dakwah, dan AMCF (Asia Muslim Charity Foundation).
Dialog tentang strategi dakwah itu juga dihadiri Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) M Natsir, Misbahul Anam MA, dan aktivis senior PII (Pelajar Islam Indonesia) Karo Ustadz Ilyas Tarigan, serta pengurus dan relawan Ulil Albab.
Ustadz Adnan yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kab Karo, menyampaikan penghargaan kepada Dewan Dakwah dan Ulil Albab yang selalu berkoordinasi dengan MUI dalam penempatan da’i di Karo.
‘’Koordinasi ini penting, agar komunikasi dan dakwah kita lebih lancar. Bagaimanapun, Saya juga bertanggungjawab atas keberadaan para da’i di sini,’’ ujarnya.
Ia berpesan, utamanya buat para da’i muda, jangan memprioritaskan masalah khilafiyah furu’iyah (perbedaan cabang fiqih). Misalnya, jangan dulu persoalkan tata cara sholat yang tidak prinsip, yang penting warga mau datang ke masjid buat sholat.
Ustadz Misbahul Anam dalam diskusi menyampaikan, para da’i pedalaman semacam di Karo ini harus menjaga keikhlasan. Ikhlas menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan hidup, juga ikhlas untuk tidak populer.
‘’Dakwah lebih efektif dengan perbuatan ketimbang kata-kata. Karena itu berdakwahlah dengan perilaku sehari-hari yang bijak,’’ katanya menandaskan pesan Ustadz Adnan.
Menurut Ustadz Anam, popularitas da’i adalah salah satu penyakit dakwah yang berbahaya. Menyitir peringatan seorang ulama, saat ini begitu banyak khatib (da’i panggung) tapi amat sedikit da’i. Akibatnya, dakwah belum memberikan dampak yang signifikan dalam perubahan masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Mardjoni, sarjana STID Natsir yang baru ditugaskan sebagai da’i di Desa Sukandebi, mengaku bahagia mengikuti diskusi dakwah.
‘’Saya jadi terhibur karena banyak kawan da’i yang sebagian kondisinya lebih berat daripada saya. Acara ini juga penting untuk menimba pengalaman dari para senior,’’ kata da’i asal Sambas, Kalimantan Barat, ini.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!